Jumat, 22 Juni 2012

Karena kita harus makan





Karena kita harus makan


Maka apapun kita lakukan
Berpura-pura dibalik topeng
Menyembunyikan Kepedihan
Bernyanyi dan berjoged sekedar melupakan kegetiran
Sebab hidup tak banyak meyediakan pilihan
Makan atau tidak makan dan mati mengenaskan
Karena kita harus makan
Maka apapun kita lakukan
Kita pakai kostum  dan  topeng kepalsuan
Sedangkan  dibaliknya batin kita tersayat,
Nak, apalah artinya harga diri dan rasa malu
Sebab perutmu memang lebih berarti dari sekeping harga diri
Karena kita harus makan, dan kau harus hidup
Apapun kita lakukan karena hidup tak menyediakan
Banyak pilihan, antara tetap hidup dan mati dijalanan

Selasa, 19 Juni 2012

Melatih Berperasaan Positif.


Sebelum tidur, tulislah lima hal positif yang Anda lakukan pada hari itu. Mulai dari hal sederhana, seperti tersenyum pada istri, anak, tema dan orang lain yang bekerja dengan Anda, bahkan orang yang dipinggir jalan. Bisa juga mendengarkan keluh kesah orang yang tertimpa masalah, lalu Anda membantunya untuk bebas dari perasaan tak nyaman. Bisa juga mengunjungi orang sakit atau menelepon dan menanyakan perkembangan kesehatannya. Atau, hal positif lainnya yang Anda lakukan hari ini. Selain pengalaman tersebut, tulis juga waktu terjadinya. Layangkan pikiran Anda ke waktu itu dan rasakan peristiwa itu terjadi lagi. Rasakan perasaan positif yang serupa, pasang senyum manis di bibir dan ucapkan : Alhamdulillah. Setelah itu tidurlah.
(Sumber : Terapi Berpikir Positif, Dr Ibrahim Elfiky)

Senin, 11 Juni 2012

Yang Palsu di Sekitar Kita




dunia ini penuh kepalsuan Mungkinkah tiada keikhlasan Apakah ini suatu pembalasan Ku sadar kebesaranMu Tuhan(Jani Manismu)Dunia ini memang penuh  kepalsuan seperti kutipan lagu “Janjimu di Atas”. Meski  agak  hiperbolis, namun sebenarnya kita sudah terbiasa dengan hal-hal yang palsu, seperti, rambut palsu, bulu mata palsu, gigi palsu serta uang palsu. Bahkan di negeri ini palsu memalsukan seakan sudah menjadi kenyataan hidup sehari hari, ditengah persaingan yang semakin sulit dan kompetitif. Tidak hanya barang saja yang dengan mudah dipalsukan, tetapi sesuatu yang sangat sacral  pun, tidak luput dari kepalsuan. Contohnya, di negeri ini sudah menjadi kewajiban bagi siapapun yang akan menduduki jabatan tertentu untuk di sumpah , yang disebut dengan sumpah jabatan. Esensi dari sumpah itu akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya demi kepentingan masyarakat luas dengan mengenyampingkan kepentingan pribadi. Fakta yang terjadi setelah menjabat malah sebaliknya. Sumpah yang pernah dibacakan dibawah Kitab Suci itu seakan-akan menjadi seremonial belaka.Berbagai kepalsuan yang marak terjadi belakangan ini sungguh memprihatinkan. Ada dua peristiwa yang berkaitan dengan pemalsuan, di muat di beberapa Koran local dan nasional pekan ini. Peristiwa pertama adalah pemalsuan ijazah Sarjana ( S 1) dan diploma, yang dilakukan oleh oknum PNS di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Puluhan guru tertipu dengan ijazah mereka yang ternyata palsu. Hal itu diketahui setelah Ijazah mereka ditolak dinas pendidikan setempat. Sebelumnya, mereka mengikuti kuliah kelas jauh di sebuah peguruan tinggi swasta. Puluhan guru, yang sebagian guru honor telah mengeluarkan kocek yang relative besar untuk guru honorer demi mendapatkan ijazah bodong tersebut. Disebutkan untuk setingkat sarjana “seharga” lima belas juta, dan diploma senilai Sembilan juta.Walhasil, jika ijazah mereka saja palsu, lantas bagaimana dengan ilmu yang mereka peroleh selama ini? Lalu, bagaimana pula mereka selama ini mengajar di depan kelas dengan mengandalkan ijazah palsu? Saya kira masih banyak pertanyaan yang bisa kita lontarkan pada kasus ini. Jawabannya, tentu saja bisa beragam pula. Supaya tidak pusing, .tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.Berita lain yang boleh jadi sangat menarik adalah pemalsuan data peserta MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran). Seorang peserta kafilah dari Jawa Barat untuk cabang Hifzilquran, Ahmad Basyir  di diskulifikasi oleh panitia dengan alasan yang bersangkutan memalsukan umur. Berdasarkan ketentuan peserta untuk cabang tersebut berusia 20 tahun. Di dalam formulir Basyir mengaku lahir tahu 1992, namun berdasarkan data panitia ternyata yang bersangkutan lahir tahun 1980. Hal itu diketahui dari data base panitia, sebab sebelumnya yang bersangkutan pernah ikut lomba serupa , namun yang bersangkutan berasal dari Kalimantan Timur.Yang lebih menarik adalah pengakuan salah seorang Pembina Hifzilquran yang berceloteh bahwa pemalsuan seperti ini sudah menjadi rahasia umum dalam ajang MTQ. Menurtunya, modus pemalsuan dalam bentuk pemalsuan domisili peserta, selain soal usia tadi. Menanggapi peristiwa yang menimpa anggotanya, Pembina berkilah bahwa Basyir “sedang sial” karena pemalsuannya terbongkar panitia. Subhanallah.Musabaqah Tilawatil Quran, adalah kegiatan “lomba” membaca al quran. Kegiatan ini sejatinya bukan semata-mata kompetesi untuk mencari juara. Tetapi lebih dari itu,sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan terhadap Al Quran sebagai wahyu dari Allah SWT. Melalui ajang ini, diharapkan tumbuh motivasi untuk membaca dan memahami isinya. Di samping itu juga, terkandung nilai seni qiroat , bacaan . Sementara itu, bagi ummat Islam membaca quran merupakan satu ibadah. Siapapun yang membaca quran hendaknya bertujuan hanya semata-mata bentuk peribadatan kepada Allah SWT.Sayangnya, makna membaca quran sebagai ibadah melaliui ajang MTQ itu sudah jauh dari tujuan semula, tetapi sudah terkontaminasi oleh kepentingan duniawi, seperti memperoleh hadiah dan bonus, yang jumlahnya jutaan, serta ingin mengangkat gengsi daerah tertentu. Sehingga untuk itu sebagian peserta  berani memalsukan data demi tercapainya tujuan di atas. Yang palsu pada akhirnya akan terbongkar juga. 


Minggu, 10 Juni 2012

Pastikan Kita Tetap Bahagia




Dalam otak kita ada sejenis zat kimia yang disebut serotonin. Zat kimia ini mengatur apa saja yang kita lakukan , pikirkan dan rasakan. Banyaknya serotonin yang tersedia bagi otak menentukan tingkat energy, motivasi, nafsu seks, kemampuan mengingat, kemampuan berkonsentrasi pada pelajaran di sekolah atauj olah raga. Tingkat serotonin juga mengontrol tingkat kebahagiaan yang Anda rasakan. Pendeknya, zat kimia yang namanya serotonin ini bisa disebut sebagai “kimia kebahagiaan”.
Jika persediaan zat kimia ini berkurang, efeknya adalah timbul rasa malas, depresi , putus asa, dipenuhi rasa bersalah, kesepian, mengkritik diri sendiri atau orang lain, menarik diri dari pergaulan atau bisa yang paling patal adalah  niat untuk pamit dari kehidupan ini alis ingin bunuh diri

Fikmin #Reuni#




Ret deui manehna kana arloji. Geus liwat satengah jam tinu waktu nu dijangjikeun. Telepon deui kitu? Teu kudu lah, da tadi ge Si Mamih sakitu jentrena, jam dalapan cenah. “Pokona  nu  ieu mah mantab we Bos, Janda Kembang…dijamin serpis memuaskan” kitu ceuk si Mamih teh. Nyebut janda kembang teh ras ka anakna nu cikal S Erni, geus sataun cenah rarandaan lantaran salakina ngancrud. Geus meh tilu taun manehna teu panggih jeung anakana sabada  ngilu  jeung pamajikanana nu geus dipirak lan taran kapanggih salingkuh jeung anak buahna. Teu kungsi lila aya nu ngetrok kana panto hotel bari dituturkeun ku sora halimpu “Selamat  malam. Om” bari bray panto muka, belenyeh awewe sampulur make baju ngepas pulas buereum. Ngan sajorelat eta imut awewe sampulur the    ngoceak . “Papihhhhh……” cenah bari ngagabrug. Manehna olohok bari istigfar. “Erni…!!.” Les kapiuhan.

Guru Bermaian Sulap ? Kenapa tidak !




Banyak cara yang dilakukan guru  untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Salah satunya adalah bermain sulap. Bermain sulap ? Ya , benar. Semua orang pasti senang melihat pertun jukan sulap , demikian juga para siswa. Sulap yang dilakukan oleh guru bukan hanya sekedar terampil “mengelabui “ siswa, namun sebenarnya di balik permainan itu terselip sisi edukasi. Yakni sulap yang digunakan tersebut berfungsi menanamkan sugesti pada siswa.
Contoh sulap yang saya gunakan saat di kelas adalah membengkokan sendok, seperti yang dilakukan beberapa pesulap professional yang sering ditampilkan di layar televise. Sendok yang saya pegang di tangan kanan saya goyang-goyangkan dengan menggerakkan tangan, saat itulah saya katakan “ Sendok ini sangat keras dan kaku, tetapi bila kalian punya kesungguhan dan mau berusaha untuk mencobanya, maka sendok ini menjadi bengkok”. Setelah itu sendok yang sudah bengkok saya perlihatkan pada siswa. Sesaat kemudian para siswa bertepuk tangan sambil tertawa.
Sekali lagi, di sini yang ditonjolkan sebenarnya adalah menanamkan sugesti bahwa : bila kalian punya kesungguhan dan mau berusaha untuk mencobanya, maka sendok ini menjadi bengkok”. Di samping  itu, tentu saja unsur   hiburan bagi siswa tetap penting.
Terima kasih untuk mas Fadli yang telah mengajarka trik sulap yang sederhana tapi memikat. Ada yang mau belajar main sulap?

Fikmin #Boneka#




“Mun uih nyanadak boneka kanggo Ima nya , Pa !”. Bapana nyampeurkeun, tuluy ngusapan buukna. Geus kitu mah bapana indit , norobos simpena peuting. Ti harita Ima remen nanyakeun ka indungna, iraha bapana balik, manehna hayang geura boga boneka, manehna hayang geura sare di barengan ku boneka. “Sabar …nya” kitu jawaban indungna. Teuing geus sabaraha puluh kali saban nanyakeun bapana jeung boneka ukur di jawab sabar. Bapana euweuh bejana, can karuhhan iraha datangna. Nu aya teh dua urang lalaki turun tina mobil tuluy ngobrol jeung indungna. Ti saprak  kadatangan tamu eta, saban ditanyakeun iraha bapa balik indungna kalah ceurik bari ngusapann buukna. Kadieu nakeun Ima kakaranya nyaho  yen cenah nu datang teh pulisi. Nya ti harita bapana teu datang deui. Harepan yen bapana bakal datang mawa  boneka tetep aya dina implengan Ima.

Apa yang terjadi jika marah sambil berdiri?



(inilah jawaban kedokteran)
“Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan  berdiri, maka sebaiknya ia duduk. Jika kemarahan telah hilang (maka cukupkanlah ia dengan duduk itu). Jika dengan duduk ini kemarahannya belum hilang, maka sebaiknya ia berbaring “ (HR Ahmad dan Abu Dawud)”
Ilmu kedokteran moden telah menemukan bahwa  ada sejumlah perubahan dalam tubuh manusia yang disebabkan kemarahan. Pada saat marah, gumpalan lemak yang ada di atas  ginjal mengeluarkan dua jenis hormon, yaitu hormon adrenalin dan non-adrenalin. Hormon adrenalin keluar sebagai bentuk respon terhadap salah satu jenis emosi maupun tekanan jiwa, seperti rasa takut dan kemarahan. Hormon ini dikeluarkan untuk mengurangi kadar gula dalam darah. Dan biasanya kedua jenis hormon ini tidak dikeluarkan dalam waktu bersamaan.

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman



Tulisan ini saya copy dari sahabat saya Facebook saya,  Abi Cheeka Chev. Semoga beliau tidak ngambek kalau tulisannya saya copy. Yang jelas tulisan ini memang bermanfaat. Nuhun  Abi...Meski banyak yang berkomentar, kenapa hanya 99, tidak seratus? Ataw koq banyak amat sih. Ya, selamat menikmati lah.

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang

Melakukan Hypnosys sederhana pada siswa.




Mau mencoba “memasukkan “ sugesti pemberdayaan diri bagi siswa? Saran di bawah ini boleh di coba.
Pertama, bawalah siswa ke ruangan yang sejuk, hening dengan suasana yang lebih nyaman, (boleh di mushola sekolah)
Kedua, bangunlah dan ciptakan suasana keakraban ( rapport) hal ini penting agar siswa merasa nyaman dan percaya pada guru.
Berikan penjelasan bagi siswa pentingnya mereka memiliki sugesti positif dalam diri mereka serta apa manfaatnya bagi mereka.
Berikan kesempatan siswa untu menuliskan dalam secarik kertas sugesti diri mereka sesuai dengan tujuan dan apa yang mereka harapkan.
(Misalnya : saya adalah siswa terbaik dan saya yakin akan kemampuan saya, saya selalu berusaha dengan segala kemampuan saya untuk mencapai cita-cita saya. Bagi saya semuanya menjadi mudah…dst)
Mintalah siswa untuk duduk dengan dengan rilek, punggung tegak , tangannya di letakkan pada kedua paha mereka.
Mintalah siswa untuk memfokuskan perhatian pada benda yang ada di hadapan mereka (misalnya pada dinding ruangan)
Perintahkah siswa agar menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan lembut, lakukan beberapa kali
Berikutnya, mintalah siswa untuk memejamkan matanya agar lebih rileks, lalu perintahkan agar focus perhatian pada nafas yang keluar melalui hidung.
Katakan pada mereka “Saat ini anda dalam keadaan rileks, saya akan meghitung satu sampai tiga dan setiap kali saya menghitung anda semakin rileks. “(Guru menghitung dengan suara datar dan tenang dan jarang antara hitungan beberapa detik.jangan terlalu  cepat)
Setelah siswa tampak rileks guru berkata “ Saat ini Anda benar-benar dalam keadaan rileks. Anda adalah pelajar yang baik pelajar yang memliliki citacita mulia dan luhur. Untuk menuju keberhasilan mencapai cita-cita diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Percayalah dengan kekuatan dan kemampuan yang ada pada Anda, cita-cita Anda akan tercapai..”
“Saat ini munculkan kembali sugesti Anda yang tela di tulis, bayangkan bahwa hari ini saa ini dan detik ini…kata-kata yang telah Anda tulis sedang anda masukkan ke dalam diri Anda. Bayangkan saat ini kata-kata teresebut tertanam dalam jantung Anda dan mengalir dalam darah Anda”
Hening sejenak, saat ini biarkan siswa sedang memasukkan kata-kata tersebut dalam dirinya. Beri waktu beberapa menit
“Baik, saat ini, imajinasikan bahwa Andan sedang merayakan keberhasilan yang telah anda perjuangkan..”
Berikan waktu beberapa menit dan perhatkan oleh guru bagaimana ekspresi siswa.
Setelah terasa cukup , ajaklah siswa berdoa agar dalam usaha mencapai keberhasilan itu mendapat ridlo Allah SWT.
Berikutnta..”Saya akan menghitung satu sampai tiga…dan saat hitungan ketiga Anda membuka mata dan badan Anda terasa segar dan bersemangat…..tunjukkanlah senyum  terbaik Anda saat anda membuka mata..”
“Satu…..dua….tiga…..”
Catatan :
Pada saat guru member sugesti, nada suara guru harus tenang dan datar. Dalam melakukan kegiatan ini efektif atau tidaknya tergantung seberapa PD Anda melakukkannya. Selamat mencoba.

Jumat, 08 Juni 2012

Bisa jadi ini adalah hal yang “remeh”




 “Motivasi belajar siswa  sebenarnya bergantung dari motivasi mengajar guru”
Saat Masuk Ke kelas.
Tatap muka seluruh sisiwa dengan menebarkan senyuman. (apapun kondisinya, senyum menjadi sangat mutlak)
Berikan pujian untuk hal-hal berikut :
Suasana dan lingkungan kelas yang bersih
Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran waktu itu
Berikan  pujian secara personal pada siswa tertentu.
Katakan hal berikut :
Merasa senang mengajar di kelas tersebut
Mintaa maaf bila Anda terlambat masuk kelas atau pada hari yang lalu Anda tidak masuk dan berikan alas an.
Saat KBM berlangsung
Bila Anda memberikan tugas yang harus di kerjakan, sebaiknya lakukan hal berikut :
Perintah untuk melaksanakan tugas diberikan secara terinci, dan pastikan siswa mengerti apa yang harus dikerjakan.
Pastikan bahwa perlengkapan mereka sudah siap, seperti LKS, buku paket, serta alat  tulis.
Tentukan waktu untuk mengerjakan, tanyakan pada siswa berapa menita waktu yang mereka perlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Berkelilinglah pada setiap siswa selama mengerjakan tugas, dan  katakan  Anda sangat senang dan siap membantu bila siswa menemukan kesulitan.
Saat  Anda  kegiatan KBM berakhir.
Berikan pujian atas partisipasi seluruh siswa dalam mengikuti KBM.
Berikan pujian secara personal bagi siswa yang menonjol waktu itu.
Bagi guru yang mengajar pada jam terakhir sebelum siswa meninggalkn kelas, bisa melakukan hal berikut :
Menyarankan agar hati-hati di jalan
Amanatkan agar belajar di rumah.
Berikan afirmasi misalnya : Kalian pasti sukses. Kalian adalah anak-anak terbaik.

Catatan :
Lakukan hal di atas dengan keikhlasan, bila dilakukan dengan terpkasa dan penuh kepura-puraan, bahasa tubuh Anda akan mudah di “baca” oleh siswa.
Hal-hal yang disebutkan di atas boleh jadi hal yang sederhana dan sudah “sangat klise” tapi percayalah jika kita melaksanakan secara konsisten, berkesinambungam, dilakukan dengan penuh kesedaran oleh seluruh guru di sekolah, efeknya isnya Allah akan terasa. Bila Anda melakukan dengan ikhlas, Anda telah mengeluarkan energy positif di dalam kelas. Hal-hal postif lah yang kelak akan Anda terima.
Bila Anda menemukan siswa atau suasana kelas yang menjengkelkan, Anda tidak perlu memuntahkannya di depan teman-teman guru, akan lebih baik anda tuangkan di catatan harian  ini. Ini adalah cara terbaik untuk mengeluarkan energy negative yang bermanfaat.


Di rimbun kemboja



(mengenang almarhum ayah)

Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur
Langit yang temaram  memantulkan cahaya, dari awan yang tersisa
Lamat-lamat menjelamakan sebua wajah wajah teduh , seperti dari sorga datangnya
“apa khabarmu anakku?” katanya dengan suara berat seakan-akan sudah berabad lamanya
Tak ada kata yang terucap kecuali  air mata yang basah menandakan kerinduan ini
seperti deretan batu pemakaman yang mebisu, ah mengapa perjumpaan ini hanya sesaat,
seperti sangkuriang yang bergegas membuat perahu karena mentari telah terlanjur tiba,
Wajah yang teduh itu tak berkata apa-apa, kecuali dari kelopak mata itu memancar
air mata kasih saying tentang  berjuta cerita yang  terjalin dalam irama suka dan duka
megapa senja ini terlalu cepat bergegas?  dan sosok itu kini hanyalah setitik cahaya di kejauhan
Sebelum air mata ini mengering dan pipi basah, hanya inilah  yang sempat berujar
“suatu saat,kita akan dipertamukan lagi, dalam satu keluarga, di sorga-Nya, Nak”
Sesaat kemudian rimbunan kemboja itu semakin sunyi, hanya dengus nafas yang mengalir perlahan
Setelah itu Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur, dan semakin mengabur

Ada apa di Balik Wudhu Kita ?




Sebelum seorang mukmin melaksanakan shalat, ia diwajibkan berwudu. Tidak sah shalat seseorang bila tidak memiliki wudhu. Dalam keadaan tertentu, seperti misalnya sakit, atau tiada air, dapat menggunakan debu yang disebut dengan tayaamum. Selama ini, tentu kita sering melaksanakan wudhu, dan kita memahaminya sebagai aktivitas rutin menjelan shalat. Yang kita tahu, wudhu adalah mebersihkan bagian anggota badan tertentu, (kaki, tangan, wajah serta kepala) dengan menggunakan air. Namun, dibalik aktivitas pemebersihkan tersebut, tidak banyak yang tahu nilai-nilai dan hikmah di balik aktivitas itu.
Bila dikaji, ternyata dibalik aktivitas membersihkan anggota badan tersebut terkandung lambang-lambang pemebersihan diri. Apa saja lambing pemebersihan diri itu? Uraian berikut yang saya kutip dari tulisan sahabat saya , menyadarkan kita betapa pentingnya wudhu tersebut bagi kesehatan Jiwa kita.

WUDLU. Shalat pada hakekatnya bukan sekedar lambang pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah, tetapi lebih dari itu. Syarat pertama sebelum melaksanakan shalat adalah membersihkan tubuh dari najis, baik pada pakaian maupun tempat yang akan digunakan untuk shalat.

Ditinjau dari segi kesehatan, wudlu merupakan unsur mendidik agar kebersihan tetap dijaga dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada alat panca indra.

Setiap muslim selain mandi, dalam sehari semalam lima kali mencuci bagian tubuhnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit. Segi kejiwaan wudlu merupakan anjuran, bahwa kita harus bisa menjaga diri dari hal-hal yang dilarang Allah. Sebagai contoh mata, mulut, telinga, tangan dan kaki harus suci agar tidak digunakan untuk hal-hal yang maksiat.

Mata merupakan salah satu alat panca indra yang mempunyai arti dan fungsi sangat penting artinya. Kenikmatan yang telah Allah berikan lantaran mata, tentunya kita tidak dapat menghitungnya. Di antaranya dengan dikaruniai mata kita dapat melihat berbagai keindahan alam yang telah diciptakan Allah. Tetapi mata juga merupakan pangkal dari setiap fitnah ataupun kemaksiatan, maka harus dijaga baik-baik.

Mulut merupakan organ tubuh yang sangat penting, misalnya untuk makan dan berbicara. Namun di sisi lain ibadah akan menjadi rusak atau batal kesemuanya hanya disebabkan mulut. Karenanya apabila kita hendak melakukan ibadah secara baik, maka hendaklah meninggalkan pembicaraan-pembicaraan yang tidak bermanfaat dan tidak ada artinya.

Telinga secara lahiriah harus bersih dari sumber penyakit dan secara kejiwaan telinga harus dijaga agar tidak digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik (dilarang Allah). Demikian juga dengan tangan dan kaki, janganlah digunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan

Menuju Zona Ikhlas




Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam wujud yang sempurna (ahsanniitaqwim). Salah satu kesempurnaannya adalah intrumen yang di miliki oleh manusia sebagai system navigasi. Sistem navigasi ini adalah “intrumen”  canggih yang di miliki manusia seperti yang terdapat dalam pesawat modern. Kita  mengagumi system navigasi yang dimiliki pesawat modern, tetapi kadang lupa dengan system navigasi yang ada dalam diri kita sendiri.
Sistem nevigasi tersebut adalah perasaan di hati Sitem navigasi ini secara cepat akan menuntut sebarap jauh kita menuju sumber “keberkahan” Sang Pencipta. Ketika perasaan kita postif atau ikhlas , posisi kita reatif  dekat dengan “pintu keberkahan”, dan ketika perasaan kita negative atau nafsu maka saat itu kita berada jauh dari pintu “berkah” untuk mencapai tujuan itu.
Melalaui “instrument” navigasi ini, kita dapat mengetahui bahwa di dalam diri kita terdapat dua zona, yakni zona nafsu dan zona ikhlas. Zona nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi berbagai keinginan, namun terasa menyesakkan dada. Zona ini diselimuti oleh   energi rendah karena yang ada di dalamnya adalah perasaan negative , cemas, takut , keluh kesah, dan amarah. Sedangkan zona ikhlas adalah zona yang bebas hambatan, terasa lapang di hati. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang berenergi  tinggi seperti rasa syukur, sabar, focus, tenang dan happy, ketika  kita ikhlas  kitapun merasa penuh tenaga. Sebaliknya saat tidak ikhlas , kita merasa  resah, kacau, tidak bahagia, dan kehabisan tenaga .
Daftar energy rendah yang ada dalam zona nafsu (zona ini berada pada tataran gelombang beta)
1.       Takut
2.       Marah
3.       Cemas
4.       Keluh kesah
Daftar energy tinggi  yang ada dalam zona ikhlas (zona ini berada pada tataran gelombang alfa)
1.       Syukur
2.       Sabar
3.       Fokus
4.       Tenang
5.       Bahagia
Tidaklah mungkin bagi kita untuk mengatur pikiran kita yang jumlahnya mencapai 60.000 setiap hari agar semuanya positif. Untuk itu ada cara yang lebih smart dan simple.
Yang harus kita lakukan adalah  keterampilan untuk mengakses  zona ikhlas setaip saat. Bayangkanlah analogi  gelombang radio  ini.  Kita memutar radio pada gelombang AM. Digelombang ini kita akan menemukan banyak noise, suaranya mono, sehingga kita tidak nyaman mendengarkan siaran stasiun radio yang mengudara pada gelombang ini. Sebaliknya, coba kita putar tuning ke frekwensi FM, maka kita akan mendapatkan suara jernih, tajam dan setero. AM adalah analogi dari zona nafsu sedangkan FM adalah analogi zona ikhlas.
Berbahagiala mereka yang selalu berlatih sehingga bisasenantiasa memutar frekwesinya ke zona ikhlas. !

(sumber bacaan : Quntum Ikhlas , Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) The Power Of Positif Feeling, Erbe Sentanu)



Saya Ingat Bi Ade




Sudah hamper seminggu badan saya tidak sehat. Sudah dua kali saya mengunjungi dokter, belum seratus persen sembuh. Meski obat sudah habis. Lalu, melalui sahabat saya seorang teman yang berpofesi sebagai dokter, saya minta saran obat yang bias membantu penyakit saya. Selama saya kurang sehat, saya tetap melakukan aktivitas mengajar atau kegiatan lain seperti biasa. Sehingga dengan keadaan seperti itu, tetangga saya yang melihat saya tentu tidak menyangka saya sakit. Selebihnya mereka tidak tahu keadaan saya, karena memang jarang berjumpa.
 Ini yang menyedihkan.Berbeda misalnya saat saya mengeluh dengan agak sedikit bercanda di status facebook saya. Sesaat kemudian berbagai komentar yang isinya mendoakan dan mananyakan kesehatan, yang menghawatirkan kesehatan saya, sampai yang menyarankan saya agar lebih beristirahat.
Saya jadi ingat Mang Tia yang rumahnya di sebelah selatan, Bah Alit yang jadi ketua RT, Mang Atang, Bi Ade dan Mang Ujang yang rumahnya berdempetan dengan rumah saya. Terakhir bertemu Mang Ujang seminggu yang lalu. Bahkan Bi Ade janda tua yang hidu p sebatang kara yang rumah biliknya nempel di rumah saya, saya lupa lagi kapan terakhir saya menyapanya. Lebih parah lagi Mang Tia , seingat saya , berjumpa dan bersalaman di halaman masjid saat beres shalat Ied. Itu beberapa bulan yang lalu.
Mereka, yang saya sebutkan tadi adalah para tetangga dekat, bukan orang jauh. Tiba tiba-tba seakan menjadi jauh, seakan-akan tidak pernah kenal. Saya jadi ingat seorang tetangga yang menyindir kebiasaan kita yang begitu hangat dan akrab dengan teman yang jauh, bahkan sampai berangkulan seakan-akan seabad mereka tak bertemu, tapi tampak “datar” dan biasa-biasa saja, tanpa kehangatan saat bertemu tetangga dan kerabat dekat. Saya jadi tersindir.
Saat ini , saya ingat Mang Tia, Mang Ujang dan Bi Ade. BI Ade saat ini sudah punya beras belum ya? Apakah bulan ini anaknya yang kerja di Jakarta sudah kirim uang untuk membeli beras yang harganya makin  naik itu? Mudah-mudahan Kang Enur pemilik warung di depan itu masih mau member kas bon beras, garam, sabun colek atau supermi.

Apakah Anda Narsis?



Tersebut sebuah kisah ada seorang pemuda tampan. Pemuda itu hendak menyeberangi sungai, saat ia mau menyeberang itu ia melihat ke sungai dan tampaklah wajahnya. Sejenak ia mengangumi wajahnya sendiri di sungai itu dan lama kelamaan ia “jatuh cinta” dengan bayangan wajahnya sendiri. Pemuda yang kemudian diketahui bernama Narsisius itu sejak itu selalu mengagumi wajahnya sendiri. Dari situlah kemudian muncul  istilah Narsis, yakni seseorang yang menyanangi atau cinta pada dirinya sendiri.
Narsis atau narsisme tidak hanya dikenal di rana psikologi, tetapi juga di kenal di dunia kesenian., termasuk diantaranya dalam dunia kepenulisan . Narsisme gejala seseorang yang kagum dengan karanganya sendiri. Kekaguman terhadap  karangan sendiri itu pada gilirannya akan melupakan hasratnya untuk belajar dan menggali ilmu dari orang lain. Selalu menganggap karyanya paling baik dan menonjol dari yang lain. Sikap ini juga menimbulkan sikap berpuas diri, sehingga menutup peluangnya untuk belajar kembali dari karya orang lain.
Seorang penulis atau calon penulis yang ingin maju, hendaknya memang menghindari sikap narsisme tersebut. 

Hanya Dua Kata



Franky Raweyai seorang pengusaha pengeboran minyak lepas pantai yang sukses. Kesuksesan diraih berkat kerja kerasnya  yang dimulai dari seorang petugas pengecat perahu di Singapura. Tahun 2003, ia mengalami musibah yang  yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan. Ia terjatuh di tangga rumahnya, dan setelah  itu para dokter memvonisnya bahwa kedua kakinya tak bisa berfungsi sedia kala, dan harus menggunakan kursi roda untuk menopang aktivitasnya.
Pada setiap orang yang menjenguknya, Franky meminta temannya agar mencari pil yang bisa mengehentikan kehidupannya, alias kematian. Ia putus asa dan sudah bulat untuk bunuh diri. Sebelum niatnya kesam paian, ia menemukan kembali cahaya kehidupan saat melihat anak jalanan pengamen yang meinta-minta di sudut jalan kota Jakarta sesaat setelah ia melakukan pengobatan alternative di daerah Bekasi. Ia membayangkan anak-anaknya akan seperti itu jika ia tidka bangkit dari keputusasaannya. Esoknya ia berniat bekerja lagi. 
Berbeda ketika saat ia masih normal, semua dilakukan secara mandiri. Di rumah, ia merasa paling hebat, ia merasa paling berkuasa, istri dan anak-anaknya tidak begitu diperhatikannya. Demikian juga dengan keadaan di kantor, ia begitu berkuasa memarahi anak buahnya dengan seenaknya bila anak buahnya melakukan kesalahan. Pendeknya ia memiliki sifat sombong . Demikian ia utarakan hal itu dalam acara Kikc Andi di Metro TV pecan ini.
Setelah kejadian itu, ternyata ia berubah. Penuh perhatian pada keluarga, juga kepada bawahannya. Secara jujur ia mengakui, saat ini dia sering menggunakan kata “tolong” dan “terima kasih” apabila menyuruh anak buahnya di kantor. Sebelumnya, ia tidak pernah menggunakan kosa kata itu.
Dua kata itu “tolong” dan “terima kasih” ditemukan oleh sang pengusaha ketika ia sudah kehilangan kedua kakinya. Sungguh mahal arti kedua kata itu bagi dirinya.
Cerita sederhana di atas tentu banyak member hikmah dan pelajaran bagi kita semua. Biarlah setiap orang yang membaca tulisan di atas menyimpulkan dan menarik hikmah sendiri. Selamat Merenung.

Kami sadalah serigala





Jiwa kami sedang terbakar amarah
Kami berhadapan saling menghunus makian
Kepala kami terbakar dendam
Kami betatapan saling menebar ancaman
Hati kami bagai para singa siap melahap sajian
Dari daging dan darah saudara dan handai taulan
Kami seperti prajuit  negeri tanpa ruh
yang sedang menanti genderang siap di tabuh
Kami siap saling menebas tubuh
Duh        !

Di ujung hari



Di ujung hari yang basah
Saat bulan  Juni terlambat tiba
Aku ingin menulis surat untuk Tuhan
Sekedar berterima kasih
Untuk semua anugerah ini
Sebelum segalanya menjadi lupa
Dan Kau menegurku dengan cara-Mu

Si Penambal Ban




Minggu adalah hari untuk memanjakan istri, meski hanya sekedar mengantarnya ke pasar  naik motor. Seperti hari Minggu ini. Hari ini berbeda, karena begitu motor di naiki berdua, tiba –tiba motor seperti oleng, pasti ada yang tidak beres. Benar saja, saat di lihat ban belakang gembos. Terpaksa motor di dorong dan istri menemani di belakang , menyusuri jalan sekitar pasar untuk mencari tukang tambal ban. Tenu ini bukan  suasana yang indah seperti saat dua puluh tahun  yang lalu. Saat di mana pengalaman seperti ini terasa indah, persis seperti Ratna dan Galih dalam “Gita Cinta dari SMA”
Di dekat pangkalan ojeg, seorang tukang ojek menunjuk ke satu arah, me nunjukkan tempat tambal ban, meski saya belum bertanya, rupanya ia melihat saya memerlukan bantuan dan tak perlu bertanya dulu. Sampai di tempat yan di tuju, meski di sana ada kompresor besar yang menandakan di sana tempat tambal ban, tapi saya tak melihat si penambal ban. Namun, tiba-tiba dari dalam kios itu muncul seorang pemuda kurus, berkurlit gelap , dan berjaket yang menutupi sebagian kepalanya, dan sebelah tangannya mengepit jangka untuk menopang satu kakinya yang lebih pendek. Segera ia mengarahkan tangannya agar saya menaikkan motor ke trotoar. Beberapa saat saya agak tercengang, saya agak ragu apakah si pemuda tadi bisa menambal  ban dalam keadaan seperti itu.
Dugaan saya meleset persen, saya lihat ia tampak gesit menyetandarkan motor, lalu membuka ban dan pergi menarik tali kompresor dengan sebelah tangan, semuanya berjalan normal dan tidak tampak sedikit pun terlihat “berabe” seperti yang saya khawatirkan.
Selama beberapa saat saya memperhatikan dia menambal  ban, saya merasa kagum dengan “keterbatasan fisik” nya ia tidak menyerah dan tidak menganggapnya sebagai rintangan. Saya membandingkannya dengan pemuda-pemuda sebayanya yang lebih senang jadi pengamen meski fisiknya sehat. Kalau saja ia menjadi pengamen, atau menjadi peminta-minta sekalipun, si penambal ban tadi tentu akan menarik simpati dan rasa kasihan setiap orang. Tapi itu tidak dilakukannya. Boleh jadi ia lebih senang bekerja keras meski dalam keadaan cacat, sebab dengan cara itu ia lebih terhormat dan tentu saja tidak menjadi beban kasihan orang lain. Saya berpikir , setiap pemuda meski mencotoh dan menjadikan semangat pemuda si penambal ban tadi sebagai sumber inspirasi.
Jadi, kalau si tambal ban tadi tidak pantang menyerah, me

Jurus Penjaga Toko




OLeh Iwan Ardhie Priana

“Jangan dulu membuka toko, kalau belum bisa tersenyum”. Kata sahabat saya, seorang keturunan Cina yang menulis kalimat itu di dinding Facebooknya. Boleh jadi, itu merupakan rahasia sukses para pengusaha Cina dalam berdagang, disamping resep lain, seperti keuletan, gigih dan hemat. Resep yang mudah sebenarnya, bahkan bisa jadi itu bagian dari bagian dari prosedur tak tertulis  dalam upaya meningkatkan pelayanan pada konsumen. Sudah sering saya dengar dari teman atau dari berbagai buku, bagaimana orang-orang Cina mampu menjadi pengusaha , jadi pedagang dan pengelola toko, dengan berbagai jurusnya. Tapi jurus tersenyum itu benar-benar hal baru.
Begitu hebatkah pengaruh tersenyum pada konsumen? Tanya saya dalam hati. Tiba-tiba saya jadi teringat secarik kertas di tempel di dekat  meja kassa di sebuah swalayan yang saya kunjungi. Isinya pendek “Tegurlah karyawan Kami bila tidak tersenyum”. Ternyata, pertokoan modernpun telah mengadopsi jurus toko Cina.
Peribahasa Cina itu ternyata ikut menginspirasi saya sehingga saya ikut-ikutan pula mengadopsi kalimat itu “Jangan dulu masuk ke kelas kalau belum bisa tersenyum”. Benar-benar menjiplak. Tapi tak apalah, asal untuk kebaikan. Mengapa saya begitu tertarik untuk mengadopsi pepatah Cina itu ? Karena  saya masih sering melihat beberapa teman saya –yang juga guru- punya persepsi yang keliru dengan senyumnya. Teman saya sering khawatir senyum itu akan meruntuhkan “wibawanya”. Walhasil, setiap masuk kelas, ia lebih PD dengan memasang wajah perang. Alih-alih ingin menjaga wibawa dan disegani murid, ia malah sering mendapat umpatan dan makian siswa, tentu saja dengan cara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.
Saya sendiri agak heran, darimana teman saya beroleh pengetahuan tentang hubungan senyum dengan wibawa.  Saya malah sering melihat tokoh-tokoh kharismatik dan berwibawa dalam poto dengan pose sedang tersenyum. Termasuk para tokoh otirter yang pernah ada di dunia ini, dalam fotonya ingin mencitrakan orang baik dengan tersenyum.
Saat diam-diam saya intip ke kelasnya, suasana kelas benar-benat sunyi seperti kuburan. Mungkin itulah suasana yang menurutnya paling cocok untuk memahami pelajarannya. Bahkan anak yang mencoba untuk mencairkan suasana dengan sedikit menyunggingkan senyumnya pun sering di hardik.
“Kenapa kamu tersenyum? Meledek ya?” Ah, malang benar anak terebut.
 Saat saya beritahukan pada teman saya bahwa saya punya motto “jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa terenyum” ia malah mencibir. Bagaimana mau bisa tersenyum jika kepala ini sudah begitu penuh dengan persoalan hidup juga persoalan rumah tangga? Tanyanya dengan nada apatis dan pasrah. Namun, ia tidak menjawab ketika saya tanyakan apakah dengan memasah wajah “garang” itu persoalan di kepalanya  menjadi lebih enteng? Dia tidak menjawab.
Saya jadi teringat cerita yang saya baca dari sebuah buku tentang seorang guru aneh di suatu sekolah. Pak Guru aneh ini punya kebiasaan yang unik saat sebelum masuk da n keluar kelas. Sebelum masuk ke kelas, ia menuju sebuah pohon yang berada tak jauh dari kelasnya. Ia meloncat dan kedua tangganyya menggapai sebuah batang yang menjulur datar, seseat kemudian tubuhnya bergelantung ke depan ke belakang  beberapa kali.Selesai mengalantung ia akan masuk kelas. Hal yang sama ia lakukan saat pulang sekolah. Diam-diam sang Kepala Sekolah ini sering memperhatikan gejala ganjil sang guru ini, sehingga setelah beberapa hari melihat pemandangan itu, ia meminta bapak guru mengadap ke kantornya.
“Sudah beberapa hari ini saya melihat Bapak menggelantung di pohon kayu itu, baik saat mau masuk ke kelas dan keluar kelas. Boleh saya tahu, apa sebenarnya yang Bapak lakukan?” Tanya kepala sekolah, setelah keduanya berhadapan.
“Terus terang saja Pak, saya ini sebelum berangkat ke sekolah, banyak sekali persoalan yang saya hadapi, saya tak mau persoalan itu menganggu pikiran saya , saat saya berada di depan siswa saya” jawab sang guru.
“Lalu, apa hubungannya dengan menggantung di pohon?”
“Saat saya begelayut saya berkata, hei pohon, aku tak mau persoalan ku ini mengangguku saat aku masuk dan mengajar, aku titipkan persoalan ini kepadamu, dan saat keluar sekolah pun saya katakan ‘hei pohon’ kini aku sudah mengajar dan persoalan yang aku titipkan kepadamu aku ambil kembali” demikian jawab bapak guru tenang.
Cerita yang mungkin tidak lucu ini sebenarnya menyimpan agar tidak membawa persoalan ke dalam kelas, apapun caranya.
Untuk sahabat saya yang sering memasang wajah perang, sebenarnya saya ingin menyarankan padanya agar suatu waktu nanti, ia duduk di bangku murid. Lalu murid itu semuanya suruh ke luar, dan setelah itu satu persatu murid itu masuk ke kelas dan setiap murid melemparkan senyum padanya. Pada saat itu, saya sebenarnya ingin bertanya padanya, adakah alasan untuk tidak tersenyum?
Kalau orang Cina sukses dengan prinsip “Jangan dulu membuka toko sebelum tersenyum” saya yakin seorang guru juga akan sukses dengan moto “Jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa tersenyum”. Sebuah cara yang sederhana untuk sukses dan dicintai murid , sebuah cara mudah untuk menjadi guru yang bisa membawa kesejukan di dalam kelas.Sayangnya,  kadang-kadang, kita selalu berpikir untuk melakukan hal-hal spektakuler untuk mengubah keadaan.

Rabu, 06 Juni 2012

Sesuaikan ucapan kita dengan bahasa tubuh


Seseorang datang menghampiri Anda. Wajahnya merah padam, giginya gemeletuk dan urat-urat di wajahnya menegang, dan ia berkata “ Sungguh…! Saya tidak marah !”. Percayakah Anda dengan ucapan orang tersebut ? Saya yakin Anda sebenarnya lebih percaya pada bahasa non verbalnya, seperi wajah yang memerah dan gigi yang gemeletuk. Artinya  Anda lebih meyakini orang itu sebagai orang yang sedang marah.
Seorang pemuda mengatakan pada pacarnya “Aku mencintaimu”. Gadis tadi akan melihat raut wajah pemuda tadi, dan melihat matanya, untuk  meyakinkan apakah ada kesesuaian antara bahasa verbalnya dengan bahasa nonverbalnya. Dalam komunkasi kita memang tidak hanya menggunakan bahasa verbal, tetapi bahasa
nonverbal. Celakanya, bahasa nonverbal ini memiliki peran sebesar 70 % bagi efektivitas komunikasi Anda. Saat Anda berbi cara dengan orang lain, orang lain secara tidak s adar akan meraba bahasa nonverbal Anda untuk meyakinkan ucapan Anda. 
Di kelas, seorang guru ingin meredakan keriuhan dan kegaduan dengan berteriak “Diamm…!!!!”. Anak-anak tidak merespon lalu, pak guru mulai panik , ia  memperbesar volumenya dan ditambah dengan memukul papan tulis dengan penghapus berkali-kali…”Diam…..!!!” “Brak…brak…..brak….”
Kenapa anak-anak tidak diam? Jawabannya sederhana. Sebenarnya sang guru bukan sedang menyuruh diam tetapi sedang menyuruh untuk ribut. Perhatikan volume suaranya dan juga kegaduhan yang ditumbulkan oleh suara penghapus.  Jadi, wajarlah jika anak-anak kita tidak diam karena secara tidak langsung diperintahkan oleh bahas nonverbal guru. Lalu, apa yang perlu di lakukan? Ya mudah saja, jika anak suruh lah anak diam dengan cara   gurunya diam di depan kelas  sambil melempakan senyum ke seisi kelas. Di sini memang diperlukan kesabaran. Tapi percayalah, anak-anak akan merespon “bahasa tubuh “ kita. Inilah cara paling mudah membuat suasana kelas tenang  tanpa harus menguras banyak energy guru. Selamat mencoba !.

Selasa, 05 Juni 2012

Sebotol wiski


Sebotol wiskiSebotol wiski di tepi zaman
Direguk dalam gairah nyanyian
Bulan hanya serpihan kaca
Memantul dalam gairah dukaSebotol wiski di tepi zaman
Direguk dalam gairah tarian
Saat bulan menghiba ratapi malamnya sia-sia
Menyaksikan Tuhan diusung dalam keranda

Semuanya berawal dari pikiran



Semuanya berawal dari pikiran. Doa yang kita panjatkan kehadirat Tuhan  berawal dari apa yang kita pikirkan. Jadi, pikiran juga doa. Pikiran juga yang akan membawa Anda  saat ini apakah Anda berangkat ke sekolah atau ke kantor dengan langkah kaki yang ringan mantap atau melangkah dengan langkah yang gontai yang berat? Jawabannya bergantung apa yang ada dalam pikiran kita.

Seorang sahabat yang punya hobi memancing, selalu beraharap akan
segera datang hari Sabtu. Karena setiap hari Sabtu itu ia akan pergi bersama
teman-temannya memancing. Belum juga hari Sabtu tiba, dan belum juga ia berada
di pinggir kolam. Tetapi pikiran dan bayangan suasana memancing membuatnya
ba. Sejak dari rumah pun kegembiraan itu mulai terasa. Bersiull sambil menyiap
begitu bergairah. Semangatnya tampak begitu menyala. Bahkan bila saatnya t
ikan perlengkapan memancing, kadang-kadang juga sambil bernyanyi nyanyi kecil. Di
saat ikan menggelepar saat kail di tarik.
benaknya terbayang bagamana nikmatnya saat ikan memagut kailnya. Bagaimana puasny
a

Pada saat itu, sama sekali tak terbayang kesulitan yang dihadapi,
misalnya bagaimana jika hujan , atau kendaraannya mogok di tengah jalan, tali
kailnya putus. Hal-hal itu sama sekali tidak masuk ke dalam pikirannya. Meski
sebenarnya dalam kenyataan  itu terjadi
.

Seorang sahabat, mengeluh karena ia mulai merasakan bosan dan
malas saat akan berangat mengajar. Ia mengeluh karena merasa usianya sudah tua
dan beberapa saat lagi pensiun. Keluhan yang sama juga dirasakan seorang
yang menyebabkan perasaan malas itu menghinaggapinya?
sahabat, padahal usianya jauh lebih muda di bawahnya. Saat dtelisik, apa

Rasa malas  situ ternyata berasal dari pikirannya, bukan dari
perasaannya. Saat ia akan berangkat, ia selalu terpikir kelakuan siswanya yang
nakal, sulit di atur, tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Belum lagi ia
kurang begitu suka dengan sikap kepala sekolahnya yang sangat disiplin, selalu
jakan sekolah yang sering berubah dan berganti yang memberikan beban tamba
mengorek kesalahannya, cerewet dan sebagainya. Juga berbagai instruksi dan keb
ihan baginya.

Benarkan siswanya nakal? Ya memang, tetapi dari puluhan siswanya
satu kelas , hanya satu dua saja yang ulahnya berlebihan. Ia lupa ada puluhan
murid lain yang selalu memperhatikan saat ia mengajar. Anak-anak tidak mau
sinya kurang jelas. Tentang sikap kepala sekolahnya yang seperti it
mengerjakan tugas, itu bukan sifat mereka. Itu  karena perintah dan instru
ku, ia lupa di sekolah tempatnya mengajar kan tidak hanya ada seorang kepala sekolah,
atnya itu ada juga yang senasib dengannya.
juga ada teman guru yang lain yang masih mau menjadi sahabatnya, bahkan diantara saha
b

Rasa malas  sang sahabat sebenarnya bersumber dari apa yang
dia pikirkan. Semuanya seakan-akan menjadi sulit dan berat. Demikianlah ia
mulai hari dengan memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Kalau saja kita mau mengubah pikiran kita, mungkin semuanya menjadi
lain. Saat kita akan pergi mengajar. Saat itulah sebenarnya kita berpikir dan
merasakan “suasana” kegembiraan dan kesenangan memancing, bayangkan tentang
irkan “yang senang-senang saja”. Mulai saat ini, mengapa pikiran  kita b
ikan yang menggelepar saat kalil kita dipagut ikan. Pendeknya, mari kita pi
kiarkan hanyut dengan menderita dengan bayangan negative yang kita buat sendiri?  Kitalah sebenarya “pemilik” isi pikiran kita, mau jadi
menyenangkan atau mau jadi menjengkelkan semuanya atas kuasa kita. Kita tinggal memilihnya. Selamat memilih
.

Jika tahun ajaran baru ini cara mengajar dan metode yang kita terapkan “kopi paste” dengan tahun yang lalu, maka bersiaplah untuk stress



Oleh Iwan Ardhie priyana
Oleh Iwan Ardhie priyana
Mengapa? Karena salah satu factor pencetus stress adalah rutinitas yang monoton. Rutinitas  yang monoton akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan, bahasa gaulnya BT. Kalau gurunya BT, jangan terlalu berharap anak didik kita bersemngat dan bergairah. Kejenuhan yang secara tidak langsung ditunjukan guru, seperti virus yang akan mudah menular pada siswa. Kalau gurunya sudah BT, dan anak meresponya dengan BT pula, kira-kira apa yang terjadi di kelas ?  Silahkan bayangkan sendiri.
Jadi, jawaban mengapa anak-anak seperti kurang termotivasi belajar, yang sering dikeluhkan oleh para guru, mungkin perl u di jawab sendiri oleh guru, apakah selama ini para guru  kita telah menumbuhkan iklim bergairah di dalam kelas? Kalau menggunakan teori stimulus = respon , maka jawabanya mudah, respon yang diberikan siswa adalah jawaban langsung dari stimulus guru. Stimulus yang kita berikan  dalam bentuk kejenuhan bisa di gambarakan sebagai negative, dan responnya pun menjadi negatif  pula. Jadi, seperti kata pepatah, kata berjawab gayung bersambut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, rutinitas  yang monoton akan menjadi factor pemicu stress. Hasil penelitian  yang ditemukan mengenai stress dan pekerjaan, dilihat dari sisi psikologis memang bukan kabar baik, dan  kelihatannya perlu diwaspadai . Apa saja itu? Nah inilah sebagian gejalanya. :
Kecamasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustasi , marah dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilanga n konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan kreatifitas
Menurunnya rasa percaya diri.
Tidak ada yang bagus kan? Itu baru satu aspek, masih ada aspek lain, misalnya gejala  fisiologis dan gejala perilaku. Tapi, stop dulu lah… tunggu ulasan berikutnya.  Harapannya, semoga tidak stress menunggu kabar berikutnya.


Berhati-hatilah dengan Hypnoterapi



Oleh Iwan Apriyana
Catatan untuk Asep Haerul  Gani

Perkenalan saya dengan hypnoterapi  diperoleh  dengan cara yang “menyesatkan” dan tak terduga. Mengapa disebut menyesatkan? Karena hal itu berbeda dengan perkenalan saya dengan kata cinta misalnya. Kata cinta diperkenalkan melalui cara-cara dan peristiwa yang menyenangkan, seperti pertemuan dengan seseorang yang saya senangi, lagu-lagu yang menguras emosi, bunga-bunga yang indah, puisi yang mendayu-dayu ; serta  berbagai pengalaman yang sepenuhnya diliputi suasana hati yang riang. Meskipun sesugguhnya  peristiwa cinta sendiri tidak berarti selamanya menyenangkan, tetapi tetap saja tidak menggoyahkan pendririan dan pemahaman  saya terhadap cinta sebagai suatu “yang aduhai” meskipun cinta sendiri sering  saya anggap sebagai “Cerita Indah Namun Tiada Arti “.
Pengalaman  berkenalan dengan hypnoterapi tidak seindah saya mengenal dan memahami kata cinta. Hypnoterapi atau  yang pada awalnya saya identikkan dengan hipnotis, diperkenalkan melalui  peritiwa kriminal yang saya dengar dari mulut ke mulut atau yang  saya baca di koran. Dari situ, saya mulai mengenal hipnotis sebagai salah satu modus operandi tindakan jahat yang patut dijauhi  yang sekaligus juga tersimpan kebencian yang sangat di dalamnya. Dalam hati, saya membayangkan seseorang yang  kehilangan banyak benda berharga karena ia telah dihipnotis oleh seseorang yang mungkin wajahnya menyeramkan dan tidak memiliki perasaan.
Kebencian terhadap hypnotis semakin menguat ,saat saya mengalami peristiwa yang saya anggap sangat konyol. Siang itu, disebuah pusat pertokoan yang menjual onderdil computer di daerah Kosambi,  tiba-tiba saya ditepuk oleh seseorang yang tidak saya kenal. Namun orang itu dengan sangat meyakinkan bertanya pada tentang beberapa” temannya”  diinstansi saya . Beberapa  nama temannya itu tidak saya kenal, hanya saya mengenal satu nama yang disebutkan oleh orang itu yang kebetulan menjadi pimpinan  di kantor pusat. Sejenak kemudian saya sudah terlibat pembicaraan,meskipun saya sebenarnya lebih banyak bengongnya, ketimbang merespon ucapannya. Pada saat kebengongan saya mencapai titik kulminasinya, ia kemudian mengatakan bahwa ia butuh sejumlah uang untuk ongkos pulang ke satu daerah di Sumedang. Dan tentu sudah dibayangkan bagaimana endingnya. Dengan enteng saya mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya pada “sahabat baru” saya itu. Setelah beberapa saa orang itu berlalu dari muka saya, baru saya menyadari , apakah benar-benar ia  orang dekat dengan atasan saya  di kantor pusat? Kenapa saya  harus mau mengikuti perintahnya untuk mengeluarkan uang? Mengapa saya tidak bertanya tentang hal-hal lain untuk menguji apakah benar-benar ia mengenal teman di kantor pusat? Saya berkesimpulan saya telah di hipnotis !. Sejak itu saya katakan dalam diri “Behati-hati lah dengan hipnotis.
Kebencian saya, terhadap hipnotis serta berbagai hal yang ada disekitarnya pun terus berlangsung sampai suatu saat saya mengalami perstiwa yang tak terduga.
Sore itu, di pertengahan tahun 2009 ; seseorang mengudang saya untuk menghadiri diskusi bulanan  yang diselenggarakan oleh PPS (Pusat Studi  Sunda) dengan tema  “Tarapeutik Sastra Keur Kajembaran Diri “. Judul diskusi tersebut menarik karena berhubungan dengan dunia yang sudah lama saya geluti dan saya merasa bagian di dalamnya ; yakni sastra. Pembicara utama dalam diskusi itu disebutkan oleh moderator bernama Asep Haerul Gani  serta  Teddy AN Muhtadin. Nama yang pertama di sebut tidak saya kenal, apakah ia seorang penulis atau penggiat sastra, sedang nama yang kedua sering saya baca tulisanya  di sebuah majalah berbahasa Sunda di mana saya pernah menulis di media itu sekitar tahun 90-an.
Ada hal yang menarik perhatian saya dalam diskusi itu, yakni paparan yang dikemukakan Asep Haerul Gani  , bahwa selama ini satsra  teutama puisi hanya diselisik dari aspek   bahasanya yang mengandung rima, metaphor dan gaya bahasa yang ada di dalamnya. Padahal sesuguhhnya puisi mengandung unsure pengobatan (terapi). Contoh yang paling nyata dalam kasus ini adalah penggunaan mantera-mantera yang banyak digunakan para dukun untuk melakukan terapi. Sebagai seorang yang penikmat sastra, saya memperoleh pemahaman dan kesadaran baru tentang dunia  sastra lewat diskusi itu. Khususnya, bagaimana sastra mampu memberikan efek terapi bagi orang lain.
Diskusi tersebut, dalam perkembangannya kemudian menggoda saya untuk lebih memahami  hubungan antara sastra dengan terapi. Beruntunglah waktu  itu Asep Haerul Gani memberikan  soft kopi beberapa tulisan yang berkaitan dengan terapi. Saat saya pelajari tulisan itu, sebenarnya tidak secara khusus menyingung peranan sastra dengan terapi, tetapi lebih menekankan bagaimana proses terapi dengan  mengguakan pendekatakan hyponterapi.  Tapi aneh bin ajaib, saat saya membaca tulisan itu yang sebagian besar  berbicara soal hipnotis dan hypnoterapi , kebencian saya terhadap kata hipnotis yang entah berapa lama tersimpan dalam memori saya seakan akan mmenguap begitu saja. Saat itu boleh jadi saya jadi amnesia terhadap hipnotis. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah ,timbulnya  perasaan  tertarik dengan berbagai penanganan kasus yang dialami klien dalam tulisan itu yang mengalami masalah yang berhubungan dengan pribadinya dengan menggunakan pendekatan hypnoterapi.
Entah jin mana  yang ditiupkan oleh Asep Haerul Gani dalam diri saya , sehingga mulai saat itu saya begitu rajin  membaca berbagai hal yang berhubunan dengan hipnotis dan hipnoterapi, saya juga begitu rajin menjelajahi poral NLP di internet, rajin mendownload berbagai uraian yang berhubungan dengan hypnosis, dan meskipun agak  malas terpaksa membeli buku  yang didalamnya menguraikan  hipnotis dengan segala macam pernak-perniknya.
“Buat apa membaca bukunya kalau nggak ikut praktik?” Membaca buku saja tak berarti apa-apa kalau tidak ikut pelatihan” kata-kata itulah yang sering diungkapkan kan oleh Asep pada saat saat saya berkomunkisi denganya. Kalaupun saya bertanya banyak hal jawabanya singkat saja “ikut saja pelatihannya”.  Saya ini kan cuma pegawai yang gajinya  gak cukup memadai untuk ikut pelatihan?  Jawabnnya tetap saja pendek “ikut saja pelatihannya”.
Benar, saya berasumsi bahwa pengetahuan sepraktis dan semudah apapun yang beruhubungan dengan hypnoterapi tidak berarti bila tidak ikut pelatihan. Bagaimana seorang dikatakan pendekar kalau selamanya tapa di atas gunung  dan tidak pernah ikut bertarung dengan pendekar lainnya nuntuk menguji sejauh mana kemahiran jurusnya?
Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa  dan didorong oleh keinginan yang luhur (koq jadi  mirip alinea ketiga Pembukaan UUD 45 ya?) serta atas provokasi Kang Asep Haerul Gani, saya berksempatan mengkuti pelatihan selama dua hari di Bandung (meski ada bolongnya karena terganggu kegiatan saya yang lain). Selama dua hari itu, pemahaman saya tentang hypnoterapi lebih terbuka dari sebelumnya. Lewat berbagai bentuk latihan Asep menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan hypnoterapi, berbagai metode latihan tersebut memunculkan wawasan dan pemahaman baru tentang tubuh, kecerdasan tubuh, memberdayakan diri, dan berbagai hal lain yang tidak saya jumpai sebelumnya termasuk dalam buku sekalipun.
Hal yang penting dari hypnoterapi adalah melakukan praktik. Beruntunglah saya sebagai guru karena banyak memiliki murid. Sebagian metode yang pernah  diajarkan saya coba praktikkan pada puluhan murid saya. (Nak maafkan Bapak karena telah menjadikan kalian kelinci percobaan…!). Hasilnya, sungguh luar biasa, saya punya pengalaman yang belum pernah saya alami sebelumnya, dan saya merasakan kegembraan serta “keberdayaan diri ” yang tidak saya rasakan sebelumnya,  terlebih karena respon dari teman-teman pun demikian bagusnya termasuk dari kepala sekolah yang berkali-kali mengakatan “bagus” dan “nuhun Pak Iwan” dan telah memprogramkan kegiatan yang saya lakukan itu pada anak-anak dalam persiapan menghadapi ujian nasional pekan depan.
Tidak hanya itu, seorang teman dengan keikhlasan yang penuh berharap pada saya untuk membantu memecahkan masalah yang dia alami. Dengan keberanian yang penuh pula  sambil “nyambat” guru saya Asep Haerul Gani, saya mencoba melakukan terapi. Alhamdulah dia berhasil mengalam trance, ia mengalami peristiwa yang sangat luar biasa, tanganya terasa berat dan kaku padahal ia ingin sekali merangkul ibunya yang dihadirkan dalam imajinasinya. Ada gurat-gurat kelegaan di dalam wajahnya yang sangat berbeda saat ia belum mengalami terapi, dengan berapi-api ia ceritakan pengalaman itu kepada rekan yang lain.
Banyak hal yang sesungguhnya ingin saya paparkan dalam catatan ini.  Namun sengaja tidak saya paparkan di sini sebab yakin teman-teman yang lain memiliki pengalam an yang lebih spketuakuler dan lebih dahsyat dari pengalaman saya .
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya sebenarnya ingin berkata “ Berhati-hatilah dengan hypnoterapi”  mengapa? Karena kita akan mengalami hal-hal yang terduga dan sangat luar biasa.

Memahami Fenomena Kesurupan pada Siswa



Oleh Iwan Apriyana

Kesurupan menurut pandangan tradisional adalah peristiwa  masuknya satu kekuatan ke dalam tubuh seseorang yang kemudian menjelma menjadi tokoh lain di luar diri seseorang tersebut.  Sebagian masyarakat menganggap kesurupan sebagai fenomena mistik yang luar bisaa dan aneh. Kesurupan sering  dihubungkan dengan keadaan jiwa  seseorang yang berada dalam situasi “kosong”. Di Bali, kesurupan dimaknai sebagai sinyal dari  kekuatan roh dan leluhur  yang sedang menunjukkan kuasanya atas situasi yang terjadi.  
Respon terhadap kesurupan  terbelah menjadi dua kubu yang saling bertentangan. Ada yang memandang kesururpuan sebagai fenomena mistik, dan supranatural, seperti pandangan tradisional tadi, ada juga pandangan yang menganggapnya sebagai fenomena psikologis. Akibat dari kedua pandangan tersebut, penatalaksanaan  terhadap kesurupan pun menjadi berbeda pula.
Karena  kesurupan merupakan fenomena mistik, pandangan tradisonal melakukan penyembuhan dengan menggunakan kekuatan supranatural seperti doa-doa; dan mantra ; yang dilakukan oleh tokoh yang memiliki mekuatan supranatural pula, seperti pawang, dukun  ustad dan sebagainya. Tokoh-tokoh tersebut diyakini memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan roh yang “nyurup”;  sehingga dapat  mengembalikan kekuatan  yang “nyurup”  tadi ke luar dari diri seseorang untuk kembali ke habitat asalnya.
Dalam khazanah kesenian tradisional, fenomena kesurupan memang sengaja dipelihara, untuk menunjukkan keunikan yang dimiliki seni tradional tersebut. Seperti tampak pada kesenian kuda lumping.  Para pemain kuda lumping diyakini telah dimasuki roah gaib sehingga membuatnya mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh akal sehat. Seperti memakan beling, rumput dan sebagainya .
Namun, entah karena jenuh tinggal di alam lain, atau mungkin ingin mencoba pengalaman baru,  para roh dan mahluk dari dunia lain yang bisanya hadir nyurup ke dalam pemain kuda lumping, kini rajin pula  bersemayam dan nyurup pada pelajar sekolah kita . Dunia pendidikan pun menjadi sangat sibuk dan heboh dengan adanya fenemona kesurupan yang melanda para siswa tersebut . Kejadian tersebut tak urung  memunculkn spekulasi  adanya ketidakyamanan para roh atau mahluk lain yang “ngageugeuh” di sekitar sekolah tersebut. Untuk itu ada juga sekolah yang mengadakan ritual-ritual tertentu sebagai bentuk kompromi dengan para roh supaya tidak berulah dan menyambangi para siswa.
Benarkah  fenomena kesurupan  itu sebagai fenomena mistik sebagai akibat dari masuknya satu entitas ke dalam tubuh badan seseorang ? Asep Haerul Gani,  seorang psikolog yang juga trainer pada pelatihan Ericksonan Hiynoterapy dengan tegas menyangkalnya. Menurutnya, kesurupan yang  dialami para siswa adalah gejala psikologis, dan tidak memiliki relasi atau disebabkan oleh adanya fenomena mistik, yakni jin yang masuk ke dalam diri siswa. Berkaitan dengan maraknya gejala kesurupan yang melanda para siswa sekolah, Asep menengarai adanya faktor pemicunya. Pertama gajala kesurupan muncul saat menjelang Ujian Sekolah dan UN (Ujian Nasional), kedua kesurupan terjadi dibeberaa seolah tertentu yang menerapkan sistem belajar full day.
Menurut Asep, kesurupan dipicu oleh adanya stress yang melanda siswa. Stres yang dialami para siswa mengalami titik didih  akibat orang tua yang atau pihak lain seakan-akan tidak peduli pada keaadan siswa. Pada saat tertentu, stress yang mengalami titik didih itu meledak dalam bentuk kesurupan. Kesurupan yang dialami para siswa  bersifat massal, karena sugesti yang ditimbulkannya. Pada saat kesurupan siswa menunjukkan gejala perubahan pisik, seperti terdengar auman, cakaran, teriakan, kejang pada kaki dan tangan, bola mata membelakak.  Dalam kondisi seperti itu, seolah-olah siswa  menjelama menjadi mahluk lain dari dunia lain.
Berkaitan dengan adanya tokoh lain, seperti “mahluk gaib” yang menjelma pada diri seorang pelajar, Asep menjelaskannya dengan menggunakan pendekatan psikologi  budaya. Menurutnya, ketika tidak ada orang yang perduli dengan dirinya  , maka siswa yang mengalami kesurupan  mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh lain yang pernah hidup dalam pandangan masyarakat disuatu daerah yang  memiliki pengaruh dan kekuatan.  Hal itu dilakukan untuk memberi tekanan pada orang lain agar memperhatikan dirinya. Lalu, bagaimana para siswa mengenal dan menhadirkan tokoh itu? Menurut Asep  kehadiran tokoh itu sendiri mungkin dikenalnya melalui cerita-cerita yang pernah di rekam di alam bawah sadarnya.
Dengan menggunakan logika seperti ini, kita dapat melihat hal ini pada perilaku seorang anak yang sangat mencintai tokoh tertentu, seperti sipderman, batman dan tokoh-tokoh lain yang menjadi idolanya. Dan pada saat-saat tertentu sang anak pun menunjukkan tingkah laku, dan katakter tokoh yang menjadi idolanya. Itulah saat dimana seorang anak sedang mengalami “kesurupan” dan orang dewasa menganggapnya sebagai hal yang lumrah.
Dalam hal penanganan terhahap kesurupan, seperti yang pernah dilakukannya, Asep Haerul Gani, menggunakan dua macam teknik , yakni dengan teknik mengikuti polanya, memotong polanya.
Cara pertama dlakukan denban mengajak berdialog dengan seseorang.  dalam stuasi seperti ini ,orang yang akan menyembuhkan dituntut untuk  memahami alur pikiran orang yang kesurupan. Dalam kasus ini Asep mencontohkan saat ia menangani seseorang yang kerurupan dengan mengaku  dirinya sebagai “macan” dari hutan tertentu. Maka saat itu Asep mengajak dialog “sang macan” setelah dialog itu “nyambung” Asep meminta  agar macan itu tidur beberapa menit, dan benar saja macan itu mengikuti perintahnya dan tertidur, saat bangun orang yang  kerusupan sudah sadar kembali.
Cara yang kedua dengan menggunkan  teknik memotong polanya. Untuk kasus ini Asep memiliki pengalaman saat menyembuhkan orang yang mengaku sebagai jin dari wilayah tertentu. Saat berdalog dengan jin itulah Asep mengancamnya akan membakar jin tersebut, entah karena takut dengan ancanamn tersebut , sesaat kemudian orang yang keurupan itu sadar.
Berkaitan dengan pandangan bahwa kesurupan  terjadi karena ada jin yang masuk ke dalam diri seseorang, Asep memiliki pemahaman  bahwa jin yang dimaksud adalah jin yang berasal dari bahasa Arab “jinna” yang artinya “tersembunyi” ; bukan dalam pengertian jin sebagai mahluk gaib atau mahluk halus.
Mengingat fenomena kesurupan bukanlah fennomena mistik, tetapi merupakan gejala psikolgis, maka sudah sewajarnya jika pihak sekolah dan orang tua memahami kondisi kejiwaan para siswanya, terutama menjekang kegiatan Ujian Nasional , dimana kondisi kejiwaan siswa berada dalam tekanan yang hebat. Untuk itu diperlukan suasana yang nyaman dan kondusif . Untuk mencegah terjadinya kesurupan pada siswa guru perlu memiliki “mantra-mantra” berupa kata-kata atau pernyataan menyejukkan yang bisa menjelmakan suasana yang nyaman dan tenang. Bukan dengan  pernyataan dan kata-kata  yang malah bisa memicu tekanan itu lebih berat lagi sehingga menjadi pemantik bagi diri siswa untuk terjadinya kesurupan.


                                                                                                                                                    Penulis,
                                                                                                                  Peminat Erikcsonian Hyponterapy
                                                                                                                  Guru SMPN 1 Nagreg Kab. Bandung


  (Iwan Apriyana, SMPN 1 Nagreg Kab. Bandung, Jl Raya Nagreg 776, 081573138069/022 7950794, iwanapriyana@yahoo.co.ic)

Text widget

About

Jumat, 22 Juni 2012

Karena kita harus makan





Karena kita harus makan


Maka apapun kita lakukan
Berpura-pura dibalik topeng
Menyembunyikan Kepedihan
Bernyanyi dan berjoged sekedar melupakan kegetiran
Sebab hidup tak banyak meyediakan pilihan
Makan atau tidak makan dan mati mengenaskan
Karena kita harus makan
Maka apapun kita lakukan
Kita pakai kostum  dan  topeng kepalsuan
Sedangkan  dibaliknya batin kita tersayat,
Nak, apalah artinya harga diri dan rasa malu
Sebab perutmu memang lebih berarti dari sekeping harga diri
Karena kita harus makan, dan kau harus hidup
Apapun kita lakukan karena hidup tak menyediakan
Banyak pilihan, antara tetap hidup dan mati dijalanan

Selasa, 19 Juni 2012

Melatih Berperasaan Positif.


Sebelum tidur, tulislah lima hal positif yang Anda lakukan pada hari itu. Mulai dari hal sederhana, seperti tersenyum pada istri, anak, tema dan orang lain yang bekerja dengan Anda, bahkan orang yang dipinggir jalan. Bisa juga mendengarkan keluh kesah orang yang tertimpa masalah, lalu Anda membantunya untuk bebas dari perasaan tak nyaman. Bisa juga mengunjungi orang sakit atau menelepon dan menanyakan perkembangan kesehatannya. Atau, hal positif lainnya yang Anda lakukan hari ini. Selain pengalaman tersebut, tulis juga waktu terjadinya. Layangkan pikiran Anda ke waktu itu dan rasakan peristiwa itu terjadi lagi. Rasakan perasaan positif yang serupa, pasang senyum manis di bibir dan ucapkan : Alhamdulillah. Setelah itu tidurlah.
(Sumber : Terapi Berpikir Positif, Dr Ibrahim Elfiky)

Senin, 11 Juni 2012

Yang Palsu di Sekitar Kita




dunia ini penuh kepalsuan Mungkinkah tiada keikhlasan Apakah ini suatu pembalasan Ku sadar kebesaranMu Tuhan(Jani Manismu)Dunia ini memang penuh  kepalsuan seperti kutipan lagu “Janjimu di Atas”. Meski  agak  hiperbolis, namun sebenarnya kita sudah terbiasa dengan hal-hal yang palsu, seperti, rambut palsu, bulu mata palsu, gigi palsu serta uang palsu. Bahkan di negeri ini palsu memalsukan seakan sudah menjadi kenyataan hidup sehari hari, ditengah persaingan yang semakin sulit dan kompetitif. Tidak hanya barang saja yang dengan mudah dipalsukan, tetapi sesuatu yang sangat sacral  pun, tidak luput dari kepalsuan. Contohnya, di negeri ini sudah menjadi kewajiban bagi siapapun yang akan menduduki jabatan tertentu untuk di sumpah , yang disebut dengan sumpah jabatan. Esensi dari sumpah itu akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya demi kepentingan masyarakat luas dengan mengenyampingkan kepentingan pribadi. Fakta yang terjadi setelah menjabat malah sebaliknya. Sumpah yang pernah dibacakan dibawah Kitab Suci itu seakan-akan menjadi seremonial belaka.Berbagai kepalsuan yang marak terjadi belakangan ini sungguh memprihatinkan. Ada dua peristiwa yang berkaitan dengan pemalsuan, di muat di beberapa Koran local dan nasional pekan ini. Peristiwa pertama adalah pemalsuan ijazah Sarjana ( S 1) dan diploma, yang dilakukan oleh oknum PNS di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Puluhan guru tertipu dengan ijazah mereka yang ternyata palsu. Hal itu diketahui setelah Ijazah mereka ditolak dinas pendidikan setempat. Sebelumnya, mereka mengikuti kuliah kelas jauh di sebuah peguruan tinggi swasta. Puluhan guru, yang sebagian guru honor telah mengeluarkan kocek yang relative besar untuk guru honorer demi mendapatkan ijazah bodong tersebut. Disebutkan untuk setingkat sarjana “seharga” lima belas juta, dan diploma senilai Sembilan juta.Walhasil, jika ijazah mereka saja palsu, lantas bagaimana dengan ilmu yang mereka peroleh selama ini? Lalu, bagaimana pula mereka selama ini mengajar di depan kelas dengan mengandalkan ijazah palsu? Saya kira masih banyak pertanyaan yang bisa kita lontarkan pada kasus ini. Jawabannya, tentu saja bisa beragam pula. Supaya tidak pusing, .tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.Berita lain yang boleh jadi sangat menarik adalah pemalsuan data peserta MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran). Seorang peserta kafilah dari Jawa Barat untuk cabang Hifzilquran, Ahmad Basyir  di diskulifikasi oleh panitia dengan alasan yang bersangkutan memalsukan umur. Berdasarkan ketentuan peserta untuk cabang tersebut berusia 20 tahun. Di dalam formulir Basyir mengaku lahir tahu 1992, namun berdasarkan data panitia ternyata yang bersangkutan lahir tahun 1980. Hal itu diketahui dari data base panitia, sebab sebelumnya yang bersangkutan pernah ikut lomba serupa , namun yang bersangkutan berasal dari Kalimantan Timur.Yang lebih menarik adalah pengakuan salah seorang Pembina Hifzilquran yang berceloteh bahwa pemalsuan seperti ini sudah menjadi rahasia umum dalam ajang MTQ. Menurtunya, modus pemalsuan dalam bentuk pemalsuan domisili peserta, selain soal usia tadi. Menanggapi peristiwa yang menimpa anggotanya, Pembina berkilah bahwa Basyir “sedang sial” karena pemalsuannya terbongkar panitia. Subhanallah.Musabaqah Tilawatil Quran, adalah kegiatan “lomba” membaca al quran. Kegiatan ini sejatinya bukan semata-mata kompetesi untuk mencari juara. Tetapi lebih dari itu,sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan terhadap Al Quran sebagai wahyu dari Allah SWT. Melalui ajang ini, diharapkan tumbuh motivasi untuk membaca dan memahami isinya. Di samping itu juga, terkandung nilai seni qiroat , bacaan . Sementara itu, bagi ummat Islam membaca quran merupakan satu ibadah. Siapapun yang membaca quran hendaknya bertujuan hanya semata-mata bentuk peribadatan kepada Allah SWT.Sayangnya, makna membaca quran sebagai ibadah melaliui ajang MTQ itu sudah jauh dari tujuan semula, tetapi sudah terkontaminasi oleh kepentingan duniawi, seperti memperoleh hadiah dan bonus, yang jumlahnya jutaan, serta ingin mengangkat gengsi daerah tertentu. Sehingga untuk itu sebagian peserta  berani memalsukan data demi tercapainya tujuan di atas. Yang palsu pada akhirnya akan terbongkar juga. 


Minggu, 10 Juni 2012

Pastikan Kita Tetap Bahagia




Dalam otak kita ada sejenis zat kimia yang disebut serotonin. Zat kimia ini mengatur apa saja yang kita lakukan , pikirkan dan rasakan. Banyaknya serotonin yang tersedia bagi otak menentukan tingkat energy, motivasi, nafsu seks, kemampuan mengingat, kemampuan berkonsentrasi pada pelajaran di sekolah atauj olah raga. Tingkat serotonin juga mengontrol tingkat kebahagiaan yang Anda rasakan. Pendeknya, zat kimia yang namanya serotonin ini bisa disebut sebagai “kimia kebahagiaan”.
Jika persediaan zat kimia ini berkurang, efeknya adalah timbul rasa malas, depresi , putus asa, dipenuhi rasa bersalah, kesepian, mengkritik diri sendiri atau orang lain, menarik diri dari pergaulan atau bisa yang paling patal adalah  niat untuk pamit dari kehidupan ini alis ingin bunuh diri

Fikmin #Reuni#




Ret deui manehna kana arloji. Geus liwat satengah jam tinu waktu nu dijangjikeun. Telepon deui kitu? Teu kudu lah, da tadi ge Si Mamih sakitu jentrena, jam dalapan cenah. “Pokona  nu  ieu mah mantab we Bos, Janda Kembang…dijamin serpis memuaskan” kitu ceuk si Mamih teh. Nyebut janda kembang teh ras ka anakna nu cikal S Erni, geus sataun cenah rarandaan lantaran salakina ngancrud. Geus meh tilu taun manehna teu panggih jeung anakana sabada  ngilu  jeung pamajikanana nu geus dipirak lan taran kapanggih salingkuh jeung anak buahna. Teu kungsi lila aya nu ngetrok kana panto hotel bari dituturkeun ku sora halimpu “Selamat  malam. Om” bari bray panto muka, belenyeh awewe sampulur make baju ngepas pulas buereum. Ngan sajorelat eta imut awewe sampulur the    ngoceak . “Papihhhhh……” cenah bari ngagabrug. Manehna olohok bari istigfar. “Erni…!!.” Les kapiuhan.

Guru Bermaian Sulap ? Kenapa tidak !




Banyak cara yang dilakukan guru  untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Salah satunya adalah bermain sulap. Bermain sulap ? Ya , benar. Semua orang pasti senang melihat pertun jukan sulap , demikian juga para siswa. Sulap yang dilakukan oleh guru bukan hanya sekedar terampil “mengelabui “ siswa, namun sebenarnya di balik permainan itu terselip sisi edukasi. Yakni sulap yang digunakan tersebut berfungsi menanamkan sugesti pada siswa.
Contoh sulap yang saya gunakan saat di kelas adalah membengkokan sendok, seperti yang dilakukan beberapa pesulap professional yang sering ditampilkan di layar televise. Sendok yang saya pegang di tangan kanan saya goyang-goyangkan dengan menggerakkan tangan, saat itulah saya katakan “ Sendok ini sangat keras dan kaku, tetapi bila kalian punya kesungguhan dan mau berusaha untuk mencobanya, maka sendok ini menjadi bengkok”. Setelah itu sendok yang sudah bengkok saya perlihatkan pada siswa. Sesaat kemudian para siswa bertepuk tangan sambil tertawa.
Sekali lagi, di sini yang ditonjolkan sebenarnya adalah menanamkan sugesti bahwa : bila kalian punya kesungguhan dan mau berusaha untuk mencobanya, maka sendok ini menjadi bengkok”. Di samping  itu, tentu saja unsur   hiburan bagi siswa tetap penting.
Terima kasih untuk mas Fadli yang telah mengajarka trik sulap yang sederhana tapi memikat. Ada yang mau belajar main sulap?

Fikmin #Boneka#




“Mun uih nyanadak boneka kanggo Ima nya , Pa !”. Bapana nyampeurkeun, tuluy ngusapan buukna. Geus kitu mah bapana indit , norobos simpena peuting. Ti harita Ima remen nanyakeun ka indungna, iraha bapana balik, manehna hayang geura boga boneka, manehna hayang geura sare di barengan ku boneka. “Sabar …nya” kitu jawaban indungna. Teuing geus sabaraha puluh kali saban nanyakeun bapana jeung boneka ukur di jawab sabar. Bapana euweuh bejana, can karuhhan iraha datangna. Nu aya teh dua urang lalaki turun tina mobil tuluy ngobrol jeung indungna. Ti saprak  kadatangan tamu eta, saban ditanyakeun iraha bapa balik indungna kalah ceurik bari ngusapann buukna. Kadieu nakeun Ima kakaranya nyaho  yen cenah nu datang teh pulisi. Nya ti harita bapana teu datang deui. Harepan yen bapana bakal datang mawa  boneka tetep aya dina implengan Ima.

Apa yang terjadi jika marah sambil berdiri?



(inilah jawaban kedokteran)
“Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan  berdiri, maka sebaiknya ia duduk. Jika kemarahan telah hilang (maka cukupkanlah ia dengan duduk itu). Jika dengan duduk ini kemarahannya belum hilang, maka sebaiknya ia berbaring “ (HR Ahmad dan Abu Dawud)”
Ilmu kedokteran moden telah menemukan bahwa  ada sejumlah perubahan dalam tubuh manusia yang disebabkan kemarahan. Pada saat marah, gumpalan lemak yang ada di atas  ginjal mengeluarkan dua jenis hormon, yaitu hormon adrenalin dan non-adrenalin. Hormon adrenalin keluar sebagai bentuk respon terhadap salah satu jenis emosi maupun tekanan jiwa, seperti rasa takut dan kemarahan. Hormon ini dikeluarkan untuk mengurangi kadar gula dalam darah. Dan biasanya kedua jenis hormon ini tidak dikeluarkan dalam waktu bersamaan.

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman



Tulisan ini saya copy dari sahabat saya Facebook saya,  Abi Cheeka Chev. Semoga beliau tidak ngambek kalau tulisannya saya copy. Yang jelas tulisan ini memang bermanfaat. Nuhun  Abi...Meski banyak yang berkomentar, kenapa hanya 99, tidak seratus? Ataw koq banyak amat sih. Ya, selamat menikmati lah.

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang

Melakukan Hypnosys sederhana pada siswa.




Mau mencoba “memasukkan “ sugesti pemberdayaan diri bagi siswa? Saran di bawah ini boleh di coba.
Pertama, bawalah siswa ke ruangan yang sejuk, hening dengan suasana yang lebih nyaman, (boleh di mushola sekolah)
Kedua, bangunlah dan ciptakan suasana keakraban ( rapport) hal ini penting agar siswa merasa nyaman dan percaya pada guru.
Berikan penjelasan bagi siswa pentingnya mereka memiliki sugesti positif dalam diri mereka serta apa manfaatnya bagi mereka.
Berikan kesempatan siswa untu menuliskan dalam secarik kertas sugesti diri mereka sesuai dengan tujuan dan apa yang mereka harapkan.
(Misalnya : saya adalah siswa terbaik dan saya yakin akan kemampuan saya, saya selalu berusaha dengan segala kemampuan saya untuk mencapai cita-cita saya. Bagi saya semuanya menjadi mudah…dst)
Mintalah siswa untuk duduk dengan dengan rilek, punggung tegak , tangannya di letakkan pada kedua paha mereka.
Mintalah siswa untuk memfokuskan perhatian pada benda yang ada di hadapan mereka (misalnya pada dinding ruangan)
Perintahkah siswa agar menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan lembut, lakukan beberapa kali
Berikutnya, mintalah siswa untuk memejamkan matanya agar lebih rileks, lalu perintahkan agar focus perhatian pada nafas yang keluar melalui hidung.
Katakan pada mereka “Saat ini anda dalam keadaan rileks, saya akan meghitung satu sampai tiga dan setiap kali saya menghitung anda semakin rileks. “(Guru menghitung dengan suara datar dan tenang dan jarang antara hitungan beberapa detik.jangan terlalu  cepat)
Setelah siswa tampak rileks guru berkata “ Saat ini Anda benar-benar dalam keadaan rileks. Anda adalah pelajar yang baik pelajar yang memliliki citacita mulia dan luhur. Untuk menuju keberhasilan mencapai cita-cita diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Percayalah dengan kekuatan dan kemampuan yang ada pada Anda, cita-cita Anda akan tercapai..”
“Saat ini munculkan kembali sugesti Anda yang tela di tulis, bayangkan bahwa hari ini saa ini dan detik ini…kata-kata yang telah Anda tulis sedang anda masukkan ke dalam diri Anda. Bayangkan saat ini kata-kata teresebut tertanam dalam jantung Anda dan mengalir dalam darah Anda”
Hening sejenak, saat ini biarkan siswa sedang memasukkan kata-kata tersebut dalam dirinya. Beri waktu beberapa menit
“Baik, saat ini, imajinasikan bahwa Andan sedang merayakan keberhasilan yang telah anda perjuangkan..”
Berikan waktu beberapa menit dan perhatkan oleh guru bagaimana ekspresi siswa.
Setelah terasa cukup , ajaklah siswa berdoa agar dalam usaha mencapai keberhasilan itu mendapat ridlo Allah SWT.
Berikutnta..”Saya akan menghitung satu sampai tiga…dan saat hitungan ketiga Anda membuka mata dan badan Anda terasa segar dan bersemangat…..tunjukkanlah senyum  terbaik Anda saat anda membuka mata..”
“Satu…..dua….tiga…..”
Catatan :
Pada saat guru member sugesti, nada suara guru harus tenang dan datar. Dalam melakukan kegiatan ini efektif atau tidaknya tergantung seberapa PD Anda melakukkannya. Selamat mencoba.

Jumat, 08 Juni 2012

Bisa jadi ini adalah hal yang “remeh”




 “Motivasi belajar siswa  sebenarnya bergantung dari motivasi mengajar guru”
Saat Masuk Ke kelas.
Tatap muka seluruh sisiwa dengan menebarkan senyuman. (apapun kondisinya, senyum menjadi sangat mutlak)
Berikan pujian untuk hal-hal berikut :
Suasana dan lingkungan kelas yang bersih
Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran waktu itu
Berikan  pujian secara personal pada siswa tertentu.
Katakan hal berikut :
Merasa senang mengajar di kelas tersebut
Mintaa maaf bila Anda terlambat masuk kelas atau pada hari yang lalu Anda tidak masuk dan berikan alas an.
Saat KBM berlangsung
Bila Anda memberikan tugas yang harus di kerjakan, sebaiknya lakukan hal berikut :
Perintah untuk melaksanakan tugas diberikan secara terinci, dan pastikan siswa mengerti apa yang harus dikerjakan.
Pastikan bahwa perlengkapan mereka sudah siap, seperti LKS, buku paket, serta alat  tulis.
Tentukan waktu untuk mengerjakan, tanyakan pada siswa berapa menita waktu yang mereka perlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Berkelilinglah pada setiap siswa selama mengerjakan tugas, dan  katakan  Anda sangat senang dan siap membantu bila siswa menemukan kesulitan.
Saat  Anda  kegiatan KBM berakhir.
Berikan pujian atas partisipasi seluruh siswa dalam mengikuti KBM.
Berikan pujian secara personal bagi siswa yang menonjol waktu itu.
Bagi guru yang mengajar pada jam terakhir sebelum siswa meninggalkn kelas, bisa melakukan hal berikut :
Menyarankan agar hati-hati di jalan
Amanatkan agar belajar di rumah.
Berikan afirmasi misalnya : Kalian pasti sukses. Kalian adalah anak-anak terbaik.

Catatan :
Lakukan hal di atas dengan keikhlasan, bila dilakukan dengan terpkasa dan penuh kepura-puraan, bahasa tubuh Anda akan mudah di “baca” oleh siswa.
Hal-hal yang disebutkan di atas boleh jadi hal yang sederhana dan sudah “sangat klise” tapi percayalah jika kita melaksanakan secara konsisten, berkesinambungam, dilakukan dengan penuh kesedaran oleh seluruh guru di sekolah, efeknya isnya Allah akan terasa. Bila Anda melakukan dengan ikhlas, Anda telah mengeluarkan energy positif di dalam kelas. Hal-hal postif lah yang kelak akan Anda terima.
Bila Anda menemukan siswa atau suasana kelas yang menjengkelkan, Anda tidak perlu memuntahkannya di depan teman-teman guru, akan lebih baik anda tuangkan di catatan harian  ini. Ini adalah cara terbaik untuk mengeluarkan energy negative yang bermanfaat.


Di rimbun kemboja



(mengenang almarhum ayah)

Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur
Langit yang temaram  memantulkan cahaya, dari awan yang tersisa
Lamat-lamat menjelamakan sebua wajah wajah teduh , seperti dari sorga datangnya
“apa khabarmu anakku?” katanya dengan suara berat seakan-akan sudah berabad lamanya
Tak ada kata yang terucap kecuali  air mata yang basah menandakan kerinduan ini
seperti deretan batu pemakaman yang mebisu, ah mengapa perjumpaan ini hanya sesaat,
seperti sangkuriang yang bergegas membuat perahu karena mentari telah terlanjur tiba,
Wajah yang teduh itu tak berkata apa-apa, kecuali dari kelopak mata itu memancar
air mata kasih saying tentang  berjuta cerita yang  terjalin dalam irama suka dan duka
megapa senja ini terlalu cepat bergegas?  dan sosok itu kini hanyalah setitik cahaya di kejauhan
Sebelum air mata ini mengering dan pipi basah, hanya inilah  yang sempat berujar
“suatu saat,kita akan dipertamukan lagi, dalam satu keluarga, di sorga-Nya, Nak”
Sesaat kemudian rimbunan kemboja itu semakin sunyi, hanya dengus nafas yang mengalir perlahan
Setelah itu Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur, dan semakin mengabur

Ada apa di Balik Wudhu Kita ?




Sebelum seorang mukmin melaksanakan shalat, ia diwajibkan berwudu. Tidak sah shalat seseorang bila tidak memiliki wudhu. Dalam keadaan tertentu, seperti misalnya sakit, atau tiada air, dapat menggunakan debu yang disebut dengan tayaamum. Selama ini, tentu kita sering melaksanakan wudhu, dan kita memahaminya sebagai aktivitas rutin menjelan shalat. Yang kita tahu, wudhu adalah mebersihkan bagian anggota badan tertentu, (kaki, tangan, wajah serta kepala) dengan menggunakan air. Namun, dibalik aktivitas pemebersihkan tersebut, tidak banyak yang tahu nilai-nilai dan hikmah di balik aktivitas itu.
Bila dikaji, ternyata dibalik aktivitas membersihkan anggota badan tersebut terkandung lambang-lambang pemebersihan diri. Apa saja lambing pemebersihan diri itu? Uraian berikut yang saya kutip dari tulisan sahabat saya , menyadarkan kita betapa pentingnya wudhu tersebut bagi kesehatan Jiwa kita.

WUDLU. Shalat pada hakekatnya bukan sekedar lambang pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah, tetapi lebih dari itu. Syarat pertama sebelum melaksanakan shalat adalah membersihkan tubuh dari najis, baik pada pakaian maupun tempat yang akan digunakan untuk shalat.

Ditinjau dari segi kesehatan, wudlu merupakan unsur mendidik agar kebersihan tetap dijaga dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada alat panca indra.

Setiap muslim selain mandi, dalam sehari semalam lima kali mencuci bagian tubuhnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit. Segi kejiwaan wudlu merupakan anjuran, bahwa kita harus bisa menjaga diri dari hal-hal yang dilarang Allah. Sebagai contoh mata, mulut, telinga, tangan dan kaki harus suci agar tidak digunakan untuk hal-hal yang maksiat.

Mata merupakan salah satu alat panca indra yang mempunyai arti dan fungsi sangat penting artinya. Kenikmatan yang telah Allah berikan lantaran mata, tentunya kita tidak dapat menghitungnya. Di antaranya dengan dikaruniai mata kita dapat melihat berbagai keindahan alam yang telah diciptakan Allah. Tetapi mata juga merupakan pangkal dari setiap fitnah ataupun kemaksiatan, maka harus dijaga baik-baik.

Mulut merupakan organ tubuh yang sangat penting, misalnya untuk makan dan berbicara. Namun di sisi lain ibadah akan menjadi rusak atau batal kesemuanya hanya disebabkan mulut. Karenanya apabila kita hendak melakukan ibadah secara baik, maka hendaklah meninggalkan pembicaraan-pembicaraan yang tidak bermanfaat dan tidak ada artinya.

Telinga secara lahiriah harus bersih dari sumber penyakit dan secara kejiwaan telinga harus dijaga agar tidak digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik (dilarang Allah). Demikian juga dengan tangan dan kaki, janganlah digunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan

Menuju Zona Ikhlas




Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam wujud yang sempurna (ahsanniitaqwim). Salah satu kesempurnaannya adalah intrumen yang di miliki oleh manusia sebagai system navigasi. Sistem navigasi ini adalah “intrumen”  canggih yang di miliki manusia seperti yang terdapat dalam pesawat modern. Kita  mengagumi system navigasi yang dimiliki pesawat modern, tetapi kadang lupa dengan system navigasi yang ada dalam diri kita sendiri.
Sistem nevigasi tersebut adalah perasaan di hati Sitem navigasi ini secara cepat akan menuntut sebarap jauh kita menuju sumber “keberkahan” Sang Pencipta. Ketika perasaan kita postif atau ikhlas , posisi kita reatif  dekat dengan “pintu keberkahan”, dan ketika perasaan kita negative atau nafsu maka saat itu kita berada jauh dari pintu “berkah” untuk mencapai tujuan itu.
Melalaui “instrument” navigasi ini, kita dapat mengetahui bahwa di dalam diri kita terdapat dua zona, yakni zona nafsu dan zona ikhlas. Zona nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi berbagai keinginan, namun terasa menyesakkan dada. Zona ini diselimuti oleh   energi rendah karena yang ada di dalamnya adalah perasaan negative , cemas, takut , keluh kesah, dan amarah. Sedangkan zona ikhlas adalah zona yang bebas hambatan, terasa lapang di hati. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang berenergi  tinggi seperti rasa syukur, sabar, focus, tenang dan happy, ketika  kita ikhlas  kitapun merasa penuh tenaga. Sebaliknya saat tidak ikhlas , kita merasa  resah, kacau, tidak bahagia, dan kehabisan tenaga .
Daftar energy rendah yang ada dalam zona nafsu (zona ini berada pada tataran gelombang beta)
1.       Takut
2.       Marah
3.       Cemas
4.       Keluh kesah
Daftar energy tinggi  yang ada dalam zona ikhlas (zona ini berada pada tataran gelombang alfa)
1.       Syukur
2.       Sabar
3.       Fokus
4.       Tenang
5.       Bahagia
Tidaklah mungkin bagi kita untuk mengatur pikiran kita yang jumlahnya mencapai 60.000 setiap hari agar semuanya positif. Untuk itu ada cara yang lebih smart dan simple.
Yang harus kita lakukan adalah  keterampilan untuk mengakses  zona ikhlas setaip saat. Bayangkanlah analogi  gelombang radio  ini.  Kita memutar radio pada gelombang AM. Digelombang ini kita akan menemukan banyak noise, suaranya mono, sehingga kita tidak nyaman mendengarkan siaran stasiun radio yang mengudara pada gelombang ini. Sebaliknya, coba kita putar tuning ke frekwensi FM, maka kita akan mendapatkan suara jernih, tajam dan setero. AM adalah analogi dari zona nafsu sedangkan FM adalah analogi zona ikhlas.
Berbahagiala mereka yang selalu berlatih sehingga bisasenantiasa memutar frekwesinya ke zona ikhlas. !

(sumber bacaan : Quntum Ikhlas , Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) The Power Of Positif Feeling, Erbe Sentanu)



Saya Ingat Bi Ade




Sudah hamper seminggu badan saya tidak sehat. Sudah dua kali saya mengunjungi dokter, belum seratus persen sembuh. Meski obat sudah habis. Lalu, melalui sahabat saya seorang teman yang berpofesi sebagai dokter, saya minta saran obat yang bias membantu penyakit saya. Selama saya kurang sehat, saya tetap melakukan aktivitas mengajar atau kegiatan lain seperti biasa. Sehingga dengan keadaan seperti itu, tetangga saya yang melihat saya tentu tidak menyangka saya sakit. Selebihnya mereka tidak tahu keadaan saya, karena memang jarang berjumpa.
 Ini yang menyedihkan.Berbeda misalnya saat saya mengeluh dengan agak sedikit bercanda di status facebook saya. Sesaat kemudian berbagai komentar yang isinya mendoakan dan mananyakan kesehatan, yang menghawatirkan kesehatan saya, sampai yang menyarankan saya agar lebih beristirahat.
Saya jadi ingat Mang Tia yang rumahnya di sebelah selatan, Bah Alit yang jadi ketua RT, Mang Atang, Bi Ade dan Mang Ujang yang rumahnya berdempetan dengan rumah saya. Terakhir bertemu Mang Ujang seminggu yang lalu. Bahkan Bi Ade janda tua yang hidu p sebatang kara yang rumah biliknya nempel di rumah saya, saya lupa lagi kapan terakhir saya menyapanya. Lebih parah lagi Mang Tia , seingat saya , berjumpa dan bersalaman di halaman masjid saat beres shalat Ied. Itu beberapa bulan yang lalu.
Mereka, yang saya sebutkan tadi adalah para tetangga dekat, bukan orang jauh. Tiba tiba-tba seakan menjadi jauh, seakan-akan tidak pernah kenal. Saya jadi ingat seorang tetangga yang menyindir kebiasaan kita yang begitu hangat dan akrab dengan teman yang jauh, bahkan sampai berangkulan seakan-akan seabad mereka tak bertemu, tapi tampak “datar” dan biasa-biasa saja, tanpa kehangatan saat bertemu tetangga dan kerabat dekat. Saya jadi tersindir.
Saat ini , saya ingat Mang Tia, Mang Ujang dan Bi Ade. BI Ade saat ini sudah punya beras belum ya? Apakah bulan ini anaknya yang kerja di Jakarta sudah kirim uang untuk membeli beras yang harganya makin  naik itu? Mudah-mudahan Kang Enur pemilik warung di depan itu masih mau member kas bon beras, garam, sabun colek atau supermi.

Apakah Anda Narsis?



Tersebut sebuah kisah ada seorang pemuda tampan. Pemuda itu hendak menyeberangi sungai, saat ia mau menyeberang itu ia melihat ke sungai dan tampaklah wajahnya. Sejenak ia mengangumi wajahnya sendiri di sungai itu dan lama kelamaan ia “jatuh cinta” dengan bayangan wajahnya sendiri. Pemuda yang kemudian diketahui bernama Narsisius itu sejak itu selalu mengagumi wajahnya sendiri. Dari situlah kemudian muncul  istilah Narsis, yakni seseorang yang menyanangi atau cinta pada dirinya sendiri.
Narsis atau narsisme tidak hanya dikenal di rana psikologi, tetapi juga di kenal di dunia kesenian., termasuk diantaranya dalam dunia kepenulisan . Narsisme gejala seseorang yang kagum dengan karanganya sendiri. Kekaguman terhadap  karangan sendiri itu pada gilirannya akan melupakan hasratnya untuk belajar dan menggali ilmu dari orang lain. Selalu menganggap karyanya paling baik dan menonjol dari yang lain. Sikap ini juga menimbulkan sikap berpuas diri, sehingga menutup peluangnya untuk belajar kembali dari karya orang lain.
Seorang penulis atau calon penulis yang ingin maju, hendaknya memang menghindari sikap narsisme tersebut. 

Hanya Dua Kata



Franky Raweyai seorang pengusaha pengeboran minyak lepas pantai yang sukses. Kesuksesan diraih berkat kerja kerasnya  yang dimulai dari seorang petugas pengecat perahu di Singapura. Tahun 2003, ia mengalami musibah yang  yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan. Ia terjatuh di tangga rumahnya, dan setelah  itu para dokter memvonisnya bahwa kedua kakinya tak bisa berfungsi sedia kala, dan harus menggunakan kursi roda untuk menopang aktivitasnya.
Pada setiap orang yang menjenguknya, Franky meminta temannya agar mencari pil yang bisa mengehentikan kehidupannya, alias kematian. Ia putus asa dan sudah bulat untuk bunuh diri. Sebelum niatnya kesam paian, ia menemukan kembali cahaya kehidupan saat melihat anak jalanan pengamen yang meinta-minta di sudut jalan kota Jakarta sesaat setelah ia melakukan pengobatan alternative di daerah Bekasi. Ia membayangkan anak-anaknya akan seperti itu jika ia tidka bangkit dari keputusasaannya. Esoknya ia berniat bekerja lagi. 
Berbeda ketika saat ia masih normal, semua dilakukan secara mandiri. Di rumah, ia merasa paling hebat, ia merasa paling berkuasa, istri dan anak-anaknya tidak begitu diperhatikannya. Demikian juga dengan keadaan di kantor, ia begitu berkuasa memarahi anak buahnya dengan seenaknya bila anak buahnya melakukan kesalahan. Pendeknya ia memiliki sifat sombong . Demikian ia utarakan hal itu dalam acara Kikc Andi di Metro TV pecan ini.
Setelah kejadian itu, ternyata ia berubah. Penuh perhatian pada keluarga, juga kepada bawahannya. Secara jujur ia mengakui, saat ini dia sering menggunakan kata “tolong” dan “terima kasih” apabila menyuruh anak buahnya di kantor. Sebelumnya, ia tidak pernah menggunakan kosa kata itu.
Dua kata itu “tolong” dan “terima kasih” ditemukan oleh sang pengusaha ketika ia sudah kehilangan kedua kakinya. Sungguh mahal arti kedua kata itu bagi dirinya.
Cerita sederhana di atas tentu banyak member hikmah dan pelajaran bagi kita semua. Biarlah setiap orang yang membaca tulisan di atas menyimpulkan dan menarik hikmah sendiri. Selamat Merenung.

Kami sadalah serigala





Jiwa kami sedang terbakar amarah
Kami berhadapan saling menghunus makian
Kepala kami terbakar dendam
Kami betatapan saling menebar ancaman
Hati kami bagai para singa siap melahap sajian
Dari daging dan darah saudara dan handai taulan
Kami seperti prajuit  negeri tanpa ruh
yang sedang menanti genderang siap di tabuh
Kami siap saling menebas tubuh
Duh        !

Di ujung hari



Di ujung hari yang basah
Saat bulan  Juni terlambat tiba
Aku ingin menulis surat untuk Tuhan
Sekedar berterima kasih
Untuk semua anugerah ini
Sebelum segalanya menjadi lupa
Dan Kau menegurku dengan cara-Mu

Si Penambal Ban




Minggu adalah hari untuk memanjakan istri, meski hanya sekedar mengantarnya ke pasar  naik motor. Seperti hari Minggu ini. Hari ini berbeda, karena begitu motor di naiki berdua, tiba –tiba motor seperti oleng, pasti ada yang tidak beres. Benar saja, saat di lihat ban belakang gembos. Terpaksa motor di dorong dan istri menemani di belakang , menyusuri jalan sekitar pasar untuk mencari tukang tambal ban. Tenu ini bukan  suasana yang indah seperti saat dua puluh tahun  yang lalu. Saat di mana pengalaman seperti ini terasa indah, persis seperti Ratna dan Galih dalam “Gita Cinta dari SMA”
Di dekat pangkalan ojeg, seorang tukang ojek menunjuk ke satu arah, me nunjukkan tempat tambal ban, meski saya belum bertanya, rupanya ia melihat saya memerlukan bantuan dan tak perlu bertanya dulu. Sampai di tempat yan di tuju, meski di sana ada kompresor besar yang menandakan di sana tempat tambal ban, tapi saya tak melihat si penambal ban. Namun, tiba-tiba dari dalam kios itu muncul seorang pemuda kurus, berkurlit gelap , dan berjaket yang menutupi sebagian kepalanya, dan sebelah tangannya mengepit jangka untuk menopang satu kakinya yang lebih pendek. Segera ia mengarahkan tangannya agar saya menaikkan motor ke trotoar. Beberapa saat saya agak tercengang, saya agak ragu apakah si pemuda tadi bisa menambal  ban dalam keadaan seperti itu.
Dugaan saya meleset persen, saya lihat ia tampak gesit menyetandarkan motor, lalu membuka ban dan pergi menarik tali kompresor dengan sebelah tangan, semuanya berjalan normal dan tidak tampak sedikit pun terlihat “berabe” seperti yang saya khawatirkan.
Selama beberapa saat saya memperhatikan dia menambal  ban, saya merasa kagum dengan “keterbatasan fisik” nya ia tidak menyerah dan tidak menganggapnya sebagai rintangan. Saya membandingkannya dengan pemuda-pemuda sebayanya yang lebih senang jadi pengamen meski fisiknya sehat. Kalau saja ia menjadi pengamen, atau menjadi peminta-minta sekalipun, si penambal ban tadi tentu akan menarik simpati dan rasa kasihan setiap orang. Tapi itu tidak dilakukannya. Boleh jadi ia lebih senang bekerja keras meski dalam keadaan cacat, sebab dengan cara itu ia lebih terhormat dan tentu saja tidak menjadi beban kasihan orang lain. Saya berpikir , setiap pemuda meski mencotoh dan menjadikan semangat pemuda si penambal ban tadi sebagai sumber inspirasi.
Jadi, kalau si tambal ban tadi tidak pantang menyerah, me

Jurus Penjaga Toko




OLeh Iwan Ardhie Priana

“Jangan dulu membuka toko, kalau belum bisa tersenyum”. Kata sahabat saya, seorang keturunan Cina yang menulis kalimat itu di dinding Facebooknya. Boleh jadi, itu merupakan rahasia sukses para pengusaha Cina dalam berdagang, disamping resep lain, seperti keuletan, gigih dan hemat. Resep yang mudah sebenarnya, bahkan bisa jadi itu bagian dari bagian dari prosedur tak tertulis  dalam upaya meningkatkan pelayanan pada konsumen. Sudah sering saya dengar dari teman atau dari berbagai buku, bagaimana orang-orang Cina mampu menjadi pengusaha , jadi pedagang dan pengelola toko, dengan berbagai jurusnya. Tapi jurus tersenyum itu benar-benar hal baru.
Begitu hebatkah pengaruh tersenyum pada konsumen? Tanya saya dalam hati. Tiba-tiba saya jadi teringat secarik kertas di tempel di dekat  meja kassa di sebuah swalayan yang saya kunjungi. Isinya pendek “Tegurlah karyawan Kami bila tidak tersenyum”. Ternyata, pertokoan modernpun telah mengadopsi jurus toko Cina.
Peribahasa Cina itu ternyata ikut menginspirasi saya sehingga saya ikut-ikutan pula mengadopsi kalimat itu “Jangan dulu masuk ke kelas kalau belum bisa tersenyum”. Benar-benar menjiplak. Tapi tak apalah, asal untuk kebaikan. Mengapa saya begitu tertarik untuk mengadopsi pepatah Cina itu ? Karena  saya masih sering melihat beberapa teman saya –yang juga guru- punya persepsi yang keliru dengan senyumnya. Teman saya sering khawatir senyum itu akan meruntuhkan “wibawanya”. Walhasil, setiap masuk kelas, ia lebih PD dengan memasang wajah perang. Alih-alih ingin menjaga wibawa dan disegani murid, ia malah sering mendapat umpatan dan makian siswa, tentu saja dengan cara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.
Saya sendiri agak heran, darimana teman saya beroleh pengetahuan tentang hubungan senyum dengan wibawa.  Saya malah sering melihat tokoh-tokoh kharismatik dan berwibawa dalam poto dengan pose sedang tersenyum. Termasuk para tokoh otirter yang pernah ada di dunia ini, dalam fotonya ingin mencitrakan orang baik dengan tersenyum.
Saat diam-diam saya intip ke kelasnya, suasana kelas benar-benat sunyi seperti kuburan. Mungkin itulah suasana yang menurutnya paling cocok untuk memahami pelajarannya. Bahkan anak yang mencoba untuk mencairkan suasana dengan sedikit menyunggingkan senyumnya pun sering di hardik.
“Kenapa kamu tersenyum? Meledek ya?” Ah, malang benar anak terebut.
 Saat saya beritahukan pada teman saya bahwa saya punya motto “jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa terenyum” ia malah mencibir. Bagaimana mau bisa tersenyum jika kepala ini sudah begitu penuh dengan persoalan hidup juga persoalan rumah tangga? Tanyanya dengan nada apatis dan pasrah. Namun, ia tidak menjawab ketika saya tanyakan apakah dengan memasah wajah “garang” itu persoalan di kepalanya  menjadi lebih enteng? Dia tidak menjawab.
Saya jadi teringat cerita yang saya baca dari sebuah buku tentang seorang guru aneh di suatu sekolah. Pak Guru aneh ini punya kebiasaan yang unik saat sebelum masuk da n keluar kelas. Sebelum masuk ke kelas, ia menuju sebuah pohon yang berada tak jauh dari kelasnya. Ia meloncat dan kedua tangganyya menggapai sebuah batang yang menjulur datar, seseat kemudian tubuhnya bergelantung ke depan ke belakang  beberapa kali.Selesai mengalantung ia akan masuk kelas. Hal yang sama ia lakukan saat pulang sekolah. Diam-diam sang Kepala Sekolah ini sering memperhatikan gejala ganjil sang guru ini, sehingga setelah beberapa hari melihat pemandangan itu, ia meminta bapak guru mengadap ke kantornya.
“Sudah beberapa hari ini saya melihat Bapak menggelantung di pohon kayu itu, baik saat mau masuk ke kelas dan keluar kelas. Boleh saya tahu, apa sebenarnya yang Bapak lakukan?” Tanya kepala sekolah, setelah keduanya berhadapan.
“Terus terang saja Pak, saya ini sebelum berangkat ke sekolah, banyak sekali persoalan yang saya hadapi, saya tak mau persoalan itu menganggu pikiran saya , saat saya berada di depan siswa saya” jawab sang guru.
“Lalu, apa hubungannya dengan menggantung di pohon?”
“Saat saya begelayut saya berkata, hei pohon, aku tak mau persoalan ku ini mengangguku saat aku masuk dan mengajar, aku titipkan persoalan ini kepadamu, dan saat keluar sekolah pun saya katakan ‘hei pohon’ kini aku sudah mengajar dan persoalan yang aku titipkan kepadamu aku ambil kembali” demikian jawab bapak guru tenang.
Cerita yang mungkin tidak lucu ini sebenarnya menyimpan agar tidak membawa persoalan ke dalam kelas, apapun caranya.
Untuk sahabat saya yang sering memasang wajah perang, sebenarnya saya ingin menyarankan padanya agar suatu waktu nanti, ia duduk di bangku murid. Lalu murid itu semuanya suruh ke luar, dan setelah itu satu persatu murid itu masuk ke kelas dan setiap murid melemparkan senyum padanya. Pada saat itu, saya sebenarnya ingin bertanya padanya, adakah alasan untuk tidak tersenyum?
Kalau orang Cina sukses dengan prinsip “Jangan dulu membuka toko sebelum tersenyum” saya yakin seorang guru juga akan sukses dengan moto “Jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa tersenyum”. Sebuah cara yang sederhana untuk sukses dan dicintai murid , sebuah cara mudah untuk menjadi guru yang bisa membawa kesejukan di dalam kelas.Sayangnya,  kadang-kadang, kita selalu berpikir untuk melakukan hal-hal spektakuler untuk mengubah keadaan.

Rabu, 06 Juni 2012

Sesuaikan ucapan kita dengan bahasa tubuh


Seseorang datang menghampiri Anda. Wajahnya merah padam, giginya gemeletuk dan urat-urat di wajahnya menegang, dan ia berkata “ Sungguh…! Saya tidak marah !”. Percayakah Anda dengan ucapan orang tersebut ? Saya yakin Anda sebenarnya lebih percaya pada bahasa non verbalnya, seperi wajah yang memerah dan gigi yang gemeletuk. Artinya  Anda lebih meyakini orang itu sebagai orang yang sedang marah.
Seorang pemuda mengatakan pada pacarnya “Aku mencintaimu”. Gadis tadi akan melihat raut wajah pemuda tadi, dan melihat matanya, untuk  meyakinkan apakah ada kesesuaian antara bahasa verbalnya dengan bahasa nonverbalnya. Dalam komunkasi kita memang tidak hanya menggunakan bahasa verbal, tetapi bahasa
nonverbal. Celakanya, bahasa nonverbal ini memiliki peran sebesar 70 % bagi efektivitas komunikasi Anda. Saat Anda berbi cara dengan orang lain, orang lain secara tidak s adar akan meraba bahasa nonverbal Anda untuk meyakinkan ucapan Anda. 
Di kelas, seorang guru ingin meredakan keriuhan dan kegaduan dengan berteriak “Diamm…!!!!”. Anak-anak tidak merespon lalu, pak guru mulai panik , ia  memperbesar volumenya dan ditambah dengan memukul papan tulis dengan penghapus berkali-kali…”Diam…..!!!” “Brak…brak…..brak….”
Kenapa anak-anak tidak diam? Jawabannya sederhana. Sebenarnya sang guru bukan sedang menyuruh diam tetapi sedang menyuruh untuk ribut. Perhatikan volume suaranya dan juga kegaduhan yang ditumbulkan oleh suara penghapus.  Jadi, wajarlah jika anak-anak kita tidak diam karena secara tidak langsung diperintahkan oleh bahas nonverbal guru. Lalu, apa yang perlu di lakukan? Ya mudah saja, jika anak suruh lah anak diam dengan cara   gurunya diam di depan kelas  sambil melempakan senyum ke seisi kelas. Di sini memang diperlukan kesabaran. Tapi percayalah, anak-anak akan merespon “bahasa tubuh “ kita. Inilah cara paling mudah membuat suasana kelas tenang  tanpa harus menguras banyak energy guru. Selamat mencoba !.

Selasa, 05 Juni 2012

Sebotol wiski


Sebotol wiskiSebotol wiski di tepi zaman
Direguk dalam gairah nyanyian
Bulan hanya serpihan kaca
Memantul dalam gairah dukaSebotol wiski di tepi zaman
Direguk dalam gairah tarian
Saat bulan menghiba ratapi malamnya sia-sia
Menyaksikan Tuhan diusung dalam keranda

Semuanya berawal dari pikiran



Semuanya berawal dari pikiran. Doa yang kita panjatkan kehadirat Tuhan  berawal dari apa yang kita pikirkan. Jadi, pikiran juga doa. Pikiran juga yang akan membawa Anda  saat ini apakah Anda berangkat ke sekolah atau ke kantor dengan langkah kaki yang ringan mantap atau melangkah dengan langkah yang gontai yang berat? Jawabannya bergantung apa yang ada dalam pikiran kita.

Seorang sahabat yang punya hobi memancing, selalu beraharap akan
segera datang hari Sabtu. Karena setiap hari Sabtu itu ia akan pergi bersama
teman-temannya memancing. Belum juga hari Sabtu tiba, dan belum juga ia berada
di pinggir kolam. Tetapi pikiran dan bayangan suasana memancing membuatnya
ba. Sejak dari rumah pun kegembiraan itu mulai terasa. Bersiull sambil menyiap
begitu bergairah. Semangatnya tampak begitu menyala. Bahkan bila saatnya t
ikan perlengkapan memancing, kadang-kadang juga sambil bernyanyi nyanyi kecil. Di
saat ikan menggelepar saat kail di tarik.
benaknya terbayang bagamana nikmatnya saat ikan memagut kailnya. Bagaimana puasny
a

Pada saat itu, sama sekali tak terbayang kesulitan yang dihadapi,
misalnya bagaimana jika hujan , atau kendaraannya mogok di tengah jalan, tali
kailnya putus. Hal-hal itu sama sekali tidak masuk ke dalam pikirannya. Meski
sebenarnya dalam kenyataan  itu terjadi
.

Seorang sahabat, mengeluh karena ia mulai merasakan bosan dan
malas saat akan berangat mengajar. Ia mengeluh karena merasa usianya sudah tua
dan beberapa saat lagi pensiun. Keluhan yang sama juga dirasakan seorang
yang menyebabkan perasaan malas itu menghinaggapinya?
sahabat, padahal usianya jauh lebih muda di bawahnya. Saat dtelisik, apa

Rasa malas  situ ternyata berasal dari pikirannya, bukan dari
perasaannya. Saat ia akan berangkat, ia selalu terpikir kelakuan siswanya yang
nakal, sulit di atur, tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Belum lagi ia
kurang begitu suka dengan sikap kepala sekolahnya yang sangat disiplin, selalu
jakan sekolah yang sering berubah dan berganti yang memberikan beban tamba
mengorek kesalahannya, cerewet dan sebagainya. Juga berbagai instruksi dan keb
ihan baginya.

Benarkan siswanya nakal? Ya memang, tetapi dari puluhan siswanya
satu kelas , hanya satu dua saja yang ulahnya berlebihan. Ia lupa ada puluhan
murid lain yang selalu memperhatikan saat ia mengajar. Anak-anak tidak mau
sinya kurang jelas. Tentang sikap kepala sekolahnya yang seperti it
mengerjakan tugas, itu bukan sifat mereka. Itu  karena perintah dan instru
ku, ia lupa di sekolah tempatnya mengajar kan tidak hanya ada seorang kepala sekolah,
atnya itu ada juga yang senasib dengannya.
juga ada teman guru yang lain yang masih mau menjadi sahabatnya, bahkan diantara saha
b

Rasa malas  sang sahabat sebenarnya bersumber dari apa yang
dia pikirkan. Semuanya seakan-akan menjadi sulit dan berat. Demikianlah ia
mulai hari dengan memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Kalau saja kita mau mengubah pikiran kita, mungkin semuanya menjadi
lain. Saat kita akan pergi mengajar. Saat itulah sebenarnya kita berpikir dan
merasakan “suasana” kegembiraan dan kesenangan memancing, bayangkan tentang
irkan “yang senang-senang saja”. Mulai saat ini, mengapa pikiran  kita b
ikan yang menggelepar saat kalil kita dipagut ikan. Pendeknya, mari kita pi
kiarkan hanyut dengan menderita dengan bayangan negative yang kita buat sendiri?  Kitalah sebenarya “pemilik” isi pikiran kita, mau jadi
menyenangkan atau mau jadi menjengkelkan semuanya atas kuasa kita. Kita tinggal memilihnya. Selamat memilih
.

Jika tahun ajaran baru ini cara mengajar dan metode yang kita terapkan “kopi paste” dengan tahun yang lalu, maka bersiaplah untuk stress



Oleh Iwan Ardhie priyana
Oleh Iwan Ardhie priyana
Mengapa? Karena salah satu factor pencetus stress adalah rutinitas yang monoton. Rutinitas  yang monoton akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan, bahasa gaulnya BT. Kalau gurunya BT, jangan terlalu berharap anak didik kita bersemngat dan bergairah. Kejenuhan yang secara tidak langsung ditunjukan guru, seperti virus yang akan mudah menular pada siswa. Kalau gurunya sudah BT, dan anak meresponya dengan BT pula, kira-kira apa yang terjadi di kelas ?  Silahkan bayangkan sendiri.
Jadi, jawaban mengapa anak-anak seperti kurang termotivasi belajar, yang sering dikeluhkan oleh para guru, mungkin perl u di jawab sendiri oleh guru, apakah selama ini para guru  kita telah menumbuhkan iklim bergairah di dalam kelas? Kalau menggunakan teori stimulus = respon , maka jawabanya mudah, respon yang diberikan siswa adalah jawaban langsung dari stimulus guru. Stimulus yang kita berikan  dalam bentuk kejenuhan bisa di gambarakan sebagai negative, dan responnya pun menjadi negatif  pula. Jadi, seperti kata pepatah, kata berjawab gayung bersambut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, rutinitas  yang monoton akan menjadi factor pemicu stress. Hasil penelitian  yang ditemukan mengenai stress dan pekerjaan, dilihat dari sisi psikologis memang bukan kabar baik, dan  kelihatannya perlu diwaspadai . Apa saja itu? Nah inilah sebagian gejalanya. :
Kecamasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustasi , marah dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilanga n konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan kreatifitas
Menurunnya rasa percaya diri.
Tidak ada yang bagus kan? Itu baru satu aspek, masih ada aspek lain, misalnya gejala  fisiologis dan gejala perilaku. Tapi, stop dulu lah… tunggu ulasan berikutnya.  Harapannya, semoga tidak stress menunggu kabar berikutnya.


Berhati-hatilah dengan Hypnoterapi



Oleh Iwan Apriyana
Catatan untuk Asep Haerul  Gani

Perkenalan saya dengan hypnoterapi  diperoleh  dengan cara yang “menyesatkan” dan tak terduga. Mengapa disebut menyesatkan? Karena hal itu berbeda dengan perkenalan saya dengan kata cinta misalnya. Kata cinta diperkenalkan melalui cara-cara dan peristiwa yang menyenangkan, seperti pertemuan dengan seseorang yang saya senangi, lagu-lagu yang menguras emosi, bunga-bunga yang indah, puisi yang mendayu-dayu ; serta  berbagai pengalaman yang sepenuhnya diliputi suasana hati yang riang. Meskipun sesugguhnya  peristiwa cinta sendiri tidak berarti selamanya menyenangkan, tetapi tetap saja tidak menggoyahkan pendririan dan pemahaman  saya terhadap cinta sebagai suatu “yang aduhai” meskipun cinta sendiri sering  saya anggap sebagai “Cerita Indah Namun Tiada Arti “.
Pengalaman  berkenalan dengan hypnoterapi tidak seindah saya mengenal dan memahami kata cinta. Hypnoterapi atau  yang pada awalnya saya identikkan dengan hipnotis, diperkenalkan melalui  peritiwa kriminal yang saya dengar dari mulut ke mulut atau yang  saya baca di koran. Dari situ, saya mulai mengenal hipnotis sebagai salah satu modus operandi tindakan jahat yang patut dijauhi  yang sekaligus juga tersimpan kebencian yang sangat di dalamnya. Dalam hati, saya membayangkan seseorang yang  kehilangan banyak benda berharga karena ia telah dihipnotis oleh seseorang yang mungkin wajahnya menyeramkan dan tidak memiliki perasaan.
Kebencian terhadap hypnotis semakin menguat ,saat saya mengalami peristiwa yang saya anggap sangat konyol. Siang itu, disebuah pusat pertokoan yang menjual onderdil computer di daerah Kosambi,  tiba-tiba saya ditepuk oleh seseorang yang tidak saya kenal. Namun orang itu dengan sangat meyakinkan bertanya pada tentang beberapa” temannya”  diinstansi saya . Beberapa  nama temannya itu tidak saya kenal, hanya saya mengenal satu nama yang disebutkan oleh orang itu yang kebetulan menjadi pimpinan  di kantor pusat. Sejenak kemudian saya sudah terlibat pembicaraan,meskipun saya sebenarnya lebih banyak bengongnya, ketimbang merespon ucapannya. Pada saat kebengongan saya mencapai titik kulminasinya, ia kemudian mengatakan bahwa ia butuh sejumlah uang untuk ongkos pulang ke satu daerah di Sumedang. Dan tentu sudah dibayangkan bagaimana endingnya. Dengan enteng saya mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya pada “sahabat baru” saya itu. Setelah beberapa saa orang itu berlalu dari muka saya, baru saya menyadari , apakah benar-benar ia  orang dekat dengan atasan saya  di kantor pusat? Kenapa saya  harus mau mengikuti perintahnya untuk mengeluarkan uang? Mengapa saya tidak bertanya tentang hal-hal lain untuk menguji apakah benar-benar ia mengenal teman di kantor pusat? Saya berkesimpulan saya telah di hipnotis !. Sejak itu saya katakan dalam diri “Behati-hati lah dengan hipnotis.
Kebencian saya, terhadap hipnotis serta berbagai hal yang ada disekitarnya pun terus berlangsung sampai suatu saat saya mengalami perstiwa yang tak terduga.
Sore itu, di pertengahan tahun 2009 ; seseorang mengudang saya untuk menghadiri diskusi bulanan  yang diselenggarakan oleh PPS (Pusat Studi  Sunda) dengan tema  “Tarapeutik Sastra Keur Kajembaran Diri “. Judul diskusi tersebut menarik karena berhubungan dengan dunia yang sudah lama saya geluti dan saya merasa bagian di dalamnya ; yakni sastra. Pembicara utama dalam diskusi itu disebutkan oleh moderator bernama Asep Haerul Gani  serta  Teddy AN Muhtadin. Nama yang pertama di sebut tidak saya kenal, apakah ia seorang penulis atau penggiat sastra, sedang nama yang kedua sering saya baca tulisanya  di sebuah majalah berbahasa Sunda di mana saya pernah menulis di media itu sekitar tahun 90-an.
Ada hal yang menarik perhatian saya dalam diskusi itu, yakni paparan yang dikemukakan Asep Haerul Gani  , bahwa selama ini satsra  teutama puisi hanya diselisik dari aspek   bahasanya yang mengandung rima, metaphor dan gaya bahasa yang ada di dalamnya. Padahal sesuguhhnya puisi mengandung unsure pengobatan (terapi). Contoh yang paling nyata dalam kasus ini adalah penggunaan mantera-mantera yang banyak digunakan para dukun untuk melakukan terapi. Sebagai seorang yang penikmat sastra, saya memperoleh pemahaman dan kesadaran baru tentang dunia  sastra lewat diskusi itu. Khususnya, bagaimana sastra mampu memberikan efek terapi bagi orang lain.
Diskusi tersebut, dalam perkembangannya kemudian menggoda saya untuk lebih memahami  hubungan antara sastra dengan terapi. Beruntunglah waktu  itu Asep Haerul Gani memberikan  soft kopi beberapa tulisan yang berkaitan dengan terapi. Saat saya pelajari tulisan itu, sebenarnya tidak secara khusus menyingung peranan sastra dengan terapi, tetapi lebih menekankan bagaimana proses terapi dengan  mengguakan pendekatakan hyponterapi.  Tapi aneh bin ajaib, saat saya membaca tulisan itu yang sebagian besar  berbicara soal hipnotis dan hypnoterapi , kebencian saya terhadap kata hipnotis yang entah berapa lama tersimpan dalam memori saya seakan akan mmenguap begitu saja. Saat itu boleh jadi saya jadi amnesia terhadap hipnotis. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah ,timbulnya  perasaan  tertarik dengan berbagai penanganan kasus yang dialami klien dalam tulisan itu yang mengalami masalah yang berhubungan dengan pribadinya dengan menggunakan pendekatan hypnoterapi.
Entah jin mana  yang ditiupkan oleh Asep Haerul Gani dalam diri saya , sehingga mulai saat itu saya begitu rajin  membaca berbagai hal yang berhubunan dengan hipnotis dan hipnoterapi, saya juga begitu rajin menjelajahi poral NLP di internet, rajin mendownload berbagai uraian yang berhubungan dengan hypnosis, dan meskipun agak  malas terpaksa membeli buku  yang didalamnya menguraikan  hipnotis dengan segala macam pernak-perniknya.
“Buat apa membaca bukunya kalau nggak ikut praktik?” Membaca buku saja tak berarti apa-apa kalau tidak ikut pelatihan” kata-kata itulah yang sering diungkapkan kan oleh Asep pada saat saat saya berkomunkisi denganya. Kalaupun saya bertanya banyak hal jawabanya singkat saja “ikut saja pelatihannya”.  Saya ini kan cuma pegawai yang gajinya  gak cukup memadai untuk ikut pelatihan?  Jawabnnya tetap saja pendek “ikut saja pelatihannya”.
Benar, saya berasumsi bahwa pengetahuan sepraktis dan semudah apapun yang beruhubungan dengan hypnoterapi tidak berarti bila tidak ikut pelatihan. Bagaimana seorang dikatakan pendekar kalau selamanya tapa di atas gunung  dan tidak pernah ikut bertarung dengan pendekar lainnya nuntuk menguji sejauh mana kemahiran jurusnya?
Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa  dan didorong oleh keinginan yang luhur (koq jadi  mirip alinea ketiga Pembukaan UUD 45 ya?) serta atas provokasi Kang Asep Haerul Gani, saya berksempatan mengkuti pelatihan selama dua hari di Bandung (meski ada bolongnya karena terganggu kegiatan saya yang lain). Selama dua hari itu, pemahaman saya tentang hypnoterapi lebih terbuka dari sebelumnya. Lewat berbagai bentuk latihan Asep menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan hypnoterapi, berbagai metode latihan tersebut memunculkan wawasan dan pemahaman baru tentang tubuh, kecerdasan tubuh, memberdayakan diri, dan berbagai hal lain yang tidak saya jumpai sebelumnya termasuk dalam buku sekalipun.
Hal yang penting dari hypnoterapi adalah melakukan praktik. Beruntunglah saya sebagai guru karena banyak memiliki murid. Sebagian metode yang pernah  diajarkan saya coba praktikkan pada puluhan murid saya. (Nak maafkan Bapak karena telah menjadikan kalian kelinci percobaan…!). Hasilnya, sungguh luar biasa, saya punya pengalaman yang belum pernah saya alami sebelumnya, dan saya merasakan kegembraan serta “keberdayaan diri ” yang tidak saya rasakan sebelumnya,  terlebih karena respon dari teman-teman pun demikian bagusnya termasuk dari kepala sekolah yang berkali-kali mengakatan “bagus” dan “nuhun Pak Iwan” dan telah memprogramkan kegiatan yang saya lakukan itu pada anak-anak dalam persiapan menghadapi ujian nasional pekan depan.
Tidak hanya itu, seorang teman dengan keikhlasan yang penuh berharap pada saya untuk membantu memecahkan masalah yang dia alami. Dengan keberanian yang penuh pula  sambil “nyambat” guru saya Asep Haerul Gani, saya mencoba melakukan terapi. Alhamdulah dia berhasil mengalam trance, ia mengalami peristiwa yang sangat luar biasa, tanganya terasa berat dan kaku padahal ia ingin sekali merangkul ibunya yang dihadirkan dalam imajinasinya. Ada gurat-gurat kelegaan di dalam wajahnya yang sangat berbeda saat ia belum mengalami terapi, dengan berapi-api ia ceritakan pengalaman itu kepada rekan yang lain.
Banyak hal yang sesungguhnya ingin saya paparkan dalam catatan ini.  Namun sengaja tidak saya paparkan di sini sebab yakin teman-teman yang lain memiliki pengalam an yang lebih spketuakuler dan lebih dahsyat dari pengalaman saya .
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya sebenarnya ingin berkata “ Berhati-hatilah dengan hypnoterapi”  mengapa? Karena kita akan mengalami hal-hal yang terduga dan sangat luar biasa.

Memahami Fenomena Kesurupan pada Siswa



Oleh Iwan Apriyana

Kesurupan menurut pandangan tradisional adalah peristiwa  masuknya satu kekuatan ke dalam tubuh seseorang yang kemudian menjelma menjadi tokoh lain di luar diri seseorang tersebut.  Sebagian masyarakat menganggap kesurupan sebagai fenomena mistik yang luar bisaa dan aneh. Kesurupan sering  dihubungkan dengan keadaan jiwa  seseorang yang berada dalam situasi “kosong”. Di Bali, kesurupan dimaknai sebagai sinyal dari  kekuatan roh dan leluhur  yang sedang menunjukkan kuasanya atas situasi yang terjadi.  
Respon terhadap kesurupan  terbelah menjadi dua kubu yang saling bertentangan. Ada yang memandang kesururpuan sebagai fenomena mistik, dan supranatural, seperti pandangan tradisional tadi, ada juga pandangan yang menganggapnya sebagai fenomena psikologis. Akibat dari kedua pandangan tersebut, penatalaksanaan  terhadap kesurupan pun menjadi berbeda pula.
Karena  kesurupan merupakan fenomena mistik, pandangan tradisonal melakukan penyembuhan dengan menggunakan kekuatan supranatural seperti doa-doa; dan mantra ; yang dilakukan oleh tokoh yang memiliki mekuatan supranatural pula, seperti pawang, dukun  ustad dan sebagainya. Tokoh-tokoh tersebut diyakini memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan roh yang “nyurup”;  sehingga dapat  mengembalikan kekuatan  yang “nyurup”  tadi ke luar dari diri seseorang untuk kembali ke habitat asalnya.
Dalam khazanah kesenian tradisional, fenomena kesurupan memang sengaja dipelihara, untuk menunjukkan keunikan yang dimiliki seni tradional tersebut. Seperti tampak pada kesenian kuda lumping.  Para pemain kuda lumping diyakini telah dimasuki roah gaib sehingga membuatnya mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh akal sehat. Seperti memakan beling, rumput dan sebagainya .
Namun, entah karena jenuh tinggal di alam lain, atau mungkin ingin mencoba pengalaman baru,  para roh dan mahluk dari dunia lain yang bisanya hadir nyurup ke dalam pemain kuda lumping, kini rajin pula  bersemayam dan nyurup pada pelajar sekolah kita . Dunia pendidikan pun menjadi sangat sibuk dan heboh dengan adanya fenemona kesurupan yang melanda para siswa tersebut . Kejadian tersebut tak urung  memunculkn spekulasi  adanya ketidakyamanan para roh atau mahluk lain yang “ngageugeuh” di sekitar sekolah tersebut. Untuk itu ada juga sekolah yang mengadakan ritual-ritual tertentu sebagai bentuk kompromi dengan para roh supaya tidak berulah dan menyambangi para siswa.
Benarkah  fenomena kesurupan  itu sebagai fenomena mistik sebagai akibat dari masuknya satu entitas ke dalam tubuh badan seseorang ? Asep Haerul Gani,  seorang psikolog yang juga trainer pada pelatihan Ericksonan Hiynoterapy dengan tegas menyangkalnya. Menurutnya, kesurupan yang  dialami para siswa adalah gejala psikologis, dan tidak memiliki relasi atau disebabkan oleh adanya fenomena mistik, yakni jin yang masuk ke dalam diri siswa. Berkaitan dengan maraknya gejala kesurupan yang melanda para siswa sekolah, Asep menengarai adanya faktor pemicunya. Pertama gajala kesurupan muncul saat menjelang Ujian Sekolah dan UN (Ujian Nasional), kedua kesurupan terjadi dibeberaa seolah tertentu yang menerapkan sistem belajar full day.
Menurut Asep, kesurupan dipicu oleh adanya stress yang melanda siswa. Stres yang dialami para siswa mengalami titik didih  akibat orang tua yang atau pihak lain seakan-akan tidak peduli pada keaadan siswa. Pada saat tertentu, stress yang mengalami titik didih itu meledak dalam bentuk kesurupan. Kesurupan yang dialami para siswa  bersifat massal, karena sugesti yang ditimbulkannya. Pada saat kesurupan siswa menunjukkan gejala perubahan pisik, seperti terdengar auman, cakaran, teriakan, kejang pada kaki dan tangan, bola mata membelakak.  Dalam kondisi seperti itu, seolah-olah siswa  menjelama menjadi mahluk lain dari dunia lain.
Berkaitan dengan adanya tokoh lain, seperti “mahluk gaib” yang menjelma pada diri seorang pelajar, Asep menjelaskannya dengan menggunakan pendekatan psikologi  budaya. Menurutnya, ketika tidak ada orang yang perduli dengan dirinya  , maka siswa yang mengalami kesurupan  mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh lain yang pernah hidup dalam pandangan masyarakat disuatu daerah yang  memiliki pengaruh dan kekuatan.  Hal itu dilakukan untuk memberi tekanan pada orang lain agar memperhatikan dirinya. Lalu, bagaimana para siswa mengenal dan menhadirkan tokoh itu? Menurut Asep  kehadiran tokoh itu sendiri mungkin dikenalnya melalui cerita-cerita yang pernah di rekam di alam bawah sadarnya.
Dengan menggunakan logika seperti ini, kita dapat melihat hal ini pada perilaku seorang anak yang sangat mencintai tokoh tertentu, seperti sipderman, batman dan tokoh-tokoh lain yang menjadi idolanya. Dan pada saat-saat tertentu sang anak pun menunjukkan tingkah laku, dan katakter tokoh yang menjadi idolanya. Itulah saat dimana seorang anak sedang mengalami “kesurupan” dan orang dewasa menganggapnya sebagai hal yang lumrah.
Dalam hal penanganan terhahap kesurupan, seperti yang pernah dilakukannya, Asep Haerul Gani, menggunakan dua macam teknik , yakni dengan teknik mengikuti polanya, memotong polanya.
Cara pertama dlakukan denban mengajak berdialog dengan seseorang.  dalam stuasi seperti ini ,orang yang akan menyembuhkan dituntut untuk  memahami alur pikiran orang yang kesurupan. Dalam kasus ini Asep mencontohkan saat ia menangani seseorang yang kerurupan dengan mengaku  dirinya sebagai “macan” dari hutan tertentu. Maka saat itu Asep mengajak dialog “sang macan” setelah dialog itu “nyambung” Asep meminta  agar macan itu tidur beberapa menit, dan benar saja macan itu mengikuti perintahnya dan tertidur, saat bangun orang yang  kerusupan sudah sadar kembali.
Cara yang kedua dengan menggunkan  teknik memotong polanya. Untuk kasus ini Asep memiliki pengalaman saat menyembuhkan orang yang mengaku sebagai jin dari wilayah tertentu. Saat berdalog dengan jin itulah Asep mengancamnya akan membakar jin tersebut, entah karena takut dengan ancanamn tersebut , sesaat kemudian orang yang keurupan itu sadar.
Berkaitan dengan pandangan bahwa kesurupan  terjadi karena ada jin yang masuk ke dalam diri seseorang, Asep memiliki pemahaman  bahwa jin yang dimaksud adalah jin yang berasal dari bahasa Arab “jinna” yang artinya “tersembunyi” ; bukan dalam pengertian jin sebagai mahluk gaib atau mahluk halus.
Mengingat fenomena kesurupan bukanlah fennomena mistik, tetapi merupakan gejala psikolgis, maka sudah sewajarnya jika pihak sekolah dan orang tua memahami kondisi kejiwaan para siswanya, terutama menjekang kegiatan Ujian Nasional , dimana kondisi kejiwaan siswa berada dalam tekanan yang hebat. Untuk itu diperlukan suasana yang nyaman dan kondusif . Untuk mencegah terjadinya kesurupan pada siswa guru perlu memiliki “mantra-mantra” berupa kata-kata atau pernyataan menyejukkan yang bisa menjelmakan suasana yang nyaman dan tenang. Bukan dengan  pernyataan dan kata-kata  yang malah bisa memicu tekanan itu lebih berat lagi sehingga menjadi pemantik bagi diri siswa untuk terjadinya kesurupan.


                                                                                                                                                    Penulis,
                                                                                                                  Peminat Erikcsonian Hyponterapy
                                                                                                                  Guru SMPN 1 Nagreg Kab. Bandung


  (Iwan Apriyana, SMPN 1 Nagreg Kab. Bandung, Jl Raya Nagreg 776, 081573138069/022 7950794, iwanapriyana@yahoo.co.ic)
Diberdayakan oleh Blogger.