Membebaskan Siswa dari “Penjara”
Kelas
Ketika berada di dalam kelas ,
seorang guru mengkondisikan kelas agar
nyaman dengan cara menginstruksikan siswa
duduk dengan tenang di bangkunya, tidak mengeluarkan gerakan maupun suara. Mengapa?
Karena suara dan gerakan akan dipersepsikan sebagai gangguan yang akan
menyebabkan “kerja otak” terganggu, sehingga tujuan belajar tidak tercapai. Kondisi pembalajaran dalam kelas seperti itu
tampaknya telah menjadi satu formula dalam
kegiatan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Walhasil,
kegiatan belajar mengajar dalam kelas
menjadi monoton dan tidak menggairahkan sehingga lebih mirip “penjara” bagi
siswa.
Proses belajar sesungguhnya
merupakan proses yang melibatkan kerja
otak. Penelitian dan studi tentang otak sebagaimana di tulis oleh Jalauldin
Rakmat lewat buku “Belajar Cerdas ,
Belajar Berbasiskan Otak”, bisa mengubah persepsi dan pandangan kita tentang
belajar. Berbagai eksperimen yang telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana kerja otak,
menunjukkan bahwa otak bekerja dengan
baik bila disertai dengan gerakan serta di beri tantangan. Pendeknya, budaya belajar yang monoton ternyata menyebabkan
pekerjaan otak kurang berkembang. Untuk itu , guru perlu m elepaskan
“kepercayaan “ tentang konsep belajar yang monoton menjadi kegiatan yang penuh
gerakan dan tantangan, dan pada batas-batas tertentu toleransi pada kegaduhan.
“Tikus-tikus pada usia berapapun dapat meningkatkan kecerdasannya jika diberi
pengalaman belajar baru yang menantang dan berulangkali “ tuis Jalaludin
Rakhmat mengutip Eric Jensen.
Lalu, bagaimanakah proses belajar
mengajar yang dapat merangsang kerja otak? Tak ada salahnya saran-saran David Saousa di bawah ini dapat dijadikan referensi berharga bagi para guru, dalam menciptakan suasana
kelas yang menggairahkan, dan penuh tantangan.
Humor , humor di dalam kelas
banyak memberikan keuntungan positif. Berkaitan dengan saran ini Guru perlu menguji
kembali anggapan bahwa humor bisa menurunkan wibawa guru.
Pergerakan. Ketika kita duduk
diam selama lebih dari dua puluh menit, darah dalam tubuh terkumpul di pantat serta di kaki kita. Dengan bangkit dan
bergerak, kita melancarkan aliran darah. Dalam satu menit saja, kita akan
memiliki 15 persen lebih banyak darah dalam otak. Kita benar-benar bisa
berpikir lebih jernih sambil berdiri daripada sambil duduk.
Berapa jam kah pata siswa berada
di sekolah? Khususny di dalam kelas ? Kurang lebih 4 jam dikurangi waktu istirahat dua puluh
menit setiap hari, mereka ada di dalam
kelas. Kita bisa membayangan sebeku apa
darah mereka. Guru dapat berupaya membuat siswa bangkit dan bergerak, terutama
saat mereka harus berlatih secara verbal apa yang baru saja mereka pelajari.
Pengarahan multi-indrawi.
Anak-anak masa kini sudah terbiasa dengan lingkungan yang
multi-indrawi(melibatkan seluruh indera). Mereka akan lebih tertarik untuk
memperhatikan pelajaran jika terjadi objek visual yang menarik serta
berwarna-warni, serta jika mereka bisa berjalan-jalan di sekeliling kelas dan
nembicarakan pelajaran yang mereka dapat.
Sudah saatnya guru tidak hanya
mengunakan kapur berwarn putih saja, tetapi bisa memanfaatkan kapur
berwana-warni, disertai dengan gambar dalam bentuk lingkaran kotak atau pun
dalam bentuk visual.
Kuis dan Permainan. Mintalah murid-murid
untuk membuat sebuah kuis atau permainan untuk saling menguji kemampuan mereka
tentang konsep-konsep yang telah diajarkan. Ini merupakan startegi umum yang sering diterapkan di kelas-kelas dasar,
tetapi jarang digunakan di sekolah-sekolah menengah. Selain menyenangkan,
permainan serta kuis memiliki nilai tambah, dalam arti mengharuskan murid-murid
untuk berlatih dan mengerti sebuah konsep sebelum mereka bisa membuat
pertanyaan-pertanyaan kuis beserta jawabannya..
Untuk menciptakan kuis, guru dapat
saja memodifikasi dan mengadopsi
berbagai kuis di televise sesuai dengan kondisi dan tujuan yang ingin
dicapai.
Musik. Meskipun penelitian ini
masih tidak memiliki bukti-bukti lengkap, terdapat beberapa keuntungan jika
kita memainkan musik di dalam kelas pada waktu-waktu tertentu selama pelajaran
Pada umumnya, siswa dan guru
menyenangi musik, musik menimbulkan kenikmatan dan kesenangan. Namun, memang
bermain musik di dalam kelas , diluar pelajaran kesenian memang sesuatu yang
aneh, tapi tak ada salahnya dicoba.
(Penulis guru SMPN 1 Nagreg, SMP
YP 17 Nagreg dan Pengelola Bapinger Education Cicalengka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar