Senin, 04 Juni 2012


Membebaskan Siswa dari “Penjara” Kelas

Ketika berada di dalam kelas , seorang guru mengkondisikan  kelas agar nyaman  dengan cara menginstruksikan siswa duduk dengan tenang di bangkunya, tidak mengeluarkan gerakan maupun suara. Mengapa? Karena suara dan gerakan akan dipersepsikan sebagai gangguan yang akan menyebabkan “kerja otak” terganggu, sehingga tujuan belajar tidak tercapai.  Kondisi pembalajaran dalam kelas seperti itu tampaknya telah menjadi  satu formula dalam kegiatan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Walhasil,  kegiatan belajar mengajar dalam kelas menjadi monoton dan tidak menggairahkan sehingga lebih mirip “penjara” bagi siswa.
Proses belajar sesungguhnya merupakan  proses yang melibatkan kerja otak. Penelitian dan studi tentang otak sebagaimana di tulis oleh Jalauldin Rakmat lewat buku “Belajar  Cerdas , Belajar Berbasiskan Otak”, bisa mengubah persepsi dan pandangan kita tentang belajar. Berbagai eksperimen yang telah dilakukan  untuk mengetahui bagaimana kerja otak, menunjukkan bahwa  otak bekerja dengan baik bila disertai dengan gerakan serta di beri tantangan. Pendeknya,  budaya belajar yang monoton ternyata menyebabkan pekerjaan otak kurang berkembang. Untuk itu , guru perlu m elepaskan “kepercayaan “ tentang konsep belajar yang monoton menjadi kegiatan yang penuh gerakan dan tantangan, dan pada batas-batas tertentu toleransi pada kegaduhan. “Tikus-tikus pada usia berapapun dapat meningkatkan kecerdasannya jika diberi pengalaman belajar baru yang menantang dan berulangkali “ tuis Jalaludin Rakhmat mengutip Eric Jensen.
Lalu, bagaimanakah proses belajar mengajar yang dapat merangsang kerja otak? Tak ada salahnya  saran-saran David Saousa di bawah ini  dapat dijadikan referensi  berharga bagi para guru, dalam menciptakan suasana kelas yang menggairahkan, dan penuh tantangan.
Humor , humor di  dalam kelas  banyak memberikan keuntungan positif.  Berkaitan dengan saran ini Guru perlu menguji kembali anggapan bahwa humor bisa menurunkan wibawa guru.
Pergerakan. Ketika kita duduk diam selama lebih dari dua puluh menit, darah dalam tubuh terkumpul di pantat  serta di kaki kita. Dengan bangkit dan bergerak, kita melancarkan aliran darah. Dalam satu menit saja, kita akan memiliki 15 persen lebih banyak darah dalam otak. Kita benar-benar bisa berpikir lebih jernih sambil berdiri daripada sambil duduk.
Berapa jam kah pata siswa berada di sekolah? Khususny di dalam kelas ? Kurang lebih 4 jam  dikurangi waktu istirahat dua puluh menit  setiap hari, mereka ada di dalam kelas.  Kita bisa membayangan sebeku apa darah mereka. Guru dapat berupaya membuat siswa bangkit dan bergerak, terutama saat mereka harus berlatih secara verbal apa yang baru saja mereka pelajari.
Pengarahan multi-indrawi. Anak-anak masa kini sudah terbiasa dengan lingkungan yang multi-indrawi(melibatkan seluruh indera). Mereka akan lebih tertarik untuk memperhatikan pelajaran jika terjadi objek visual yang menarik serta berwarna-warni, serta jika mereka bisa berjalan-jalan di sekeliling kelas dan nembicarakan pelajaran yang mereka dapat.
Sudah saatnya guru tidak hanya mengunakan kapur berwarn putih saja, tetapi bisa memanfaatkan kapur berwana-warni, disertai dengan gambar dalam bentuk lingkaran kotak atau pun dalam bentuk visual.
Kuis dan Permainan. Mintalah murid-murid untuk membuat sebuah kuis atau permainan untuk saling menguji kemampuan mereka tentang konsep-konsep yang telah diajarkan. Ini merupakan startegi umum  yang sering diterapkan di kelas-kelas dasar, tetapi jarang digunakan di sekolah-sekolah menengah. Selain menyenangkan, permainan serta kuis memiliki nilai tambah, dalam arti mengharuskan murid-murid untuk berlatih dan mengerti sebuah konsep sebelum mereka bisa membuat pertanyaan-pertanyaan kuis beserta jawabannya..
Untuk menciptakan kuis, guru dapat saja memodifikasi dan mengadopsi  berbagai kuis di televise sesuai dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai.
Musik. Meskipun penelitian ini masih tidak memiliki bukti-bukti lengkap, terdapat beberapa keuntungan jika kita memainkan musik di dalam kelas pada waktu-waktu tertentu  selama pelajaran
Pada umumnya, siswa dan guru menyenangi musik, musik menimbulkan kenikmatan dan kesenangan. Namun, memang bermain musik di dalam kelas , diluar pelajaran kesenian memang sesuatu yang aneh, tapi tak ada salahnya dicoba.
(Penulis guru SMPN 1 Nagreg, SMP YP 17 Nagreg dan Pengelola Bapinger Education Cicalengka)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Senin, 04 Juni 2012


Membebaskan Siswa dari “Penjara” Kelas

Ketika berada di dalam kelas , seorang guru mengkondisikan  kelas agar nyaman  dengan cara menginstruksikan siswa duduk dengan tenang di bangkunya, tidak mengeluarkan gerakan maupun suara. Mengapa? Karena suara dan gerakan akan dipersepsikan sebagai gangguan yang akan menyebabkan “kerja otak” terganggu, sehingga tujuan belajar tidak tercapai.  Kondisi pembalajaran dalam kelas seperti itu tampaknya telah menjadi  satu formula dalam kegiatan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Walhasil,  kegiatan belajar mengajar dalam kelas menjadi monoton dan tidak menggairahkan sehingga lebih mirip “penjara” bagi siswa.
Proses belajar sesungguhnya merupakan  proses yang melibatkan kerja otak. Penelitian dan studi tentang otak sebagaimana di tulis oleh Jalauldin Rakmat lewat buku “Belajar  Cerdas , Belajar Berbasiskan Otak”, bisa mengubah persepsi dan pandangan kita tentang belajar. Berbagai eksperimen yang telah dilakukan  untuk mengetahui bagaimana kerja otak, menunjukkan bahwa  otak bekerja dengan baik bila disertai dengan gerakan serta di beri tantangan. Pendeknya,  budaya belajar yang monoton ternyata menyebabkan pekerjaan otak kurang berkembang. Untuk itu , guru perlu m elepaskan “kepercayaan “ tentang konsep belajar yang monoton menjadi kegiatan yang penuh gerakan dan tantangan, dan pada batas-batas tertentu toleransi pada kegaduhan. “Tikus-tikus pada usia berapapun dapat meningkatkan kecerdasannya jika diberi pengalaman belajar baru yang menantang dan berulangkali “ tuis Jalaludin Rakhmat mengutip Eric Jensen.
Lalu, bagaimanakah proses belajar mengajar yang dapat merangsang kerja otak? Tak ada salahnya  saran-saran David Saousa di bawah ini  dapat dijadikan referensi  berharga bagi para guru, dalam menciptakan suasana kelas yang menggairahkan, dan penuh tantangan.
Humor , humor di  dalam kelas  banyak memberikan keuntungan positif.  Berkaitan dengan saran ini Guru perlu menguji kembali anggapan bahwa humor bisa menurunkan wibawa guru.
Pergerakan. Ketika kita duduk diam selama lebih dari dua puluh menit, darah dalam tubuh terkumpul di pantat  serta di kaki kita. Dengan bangkit dan bergerak, kita melancarkan aliran darah. Dalam satu menit saja, kita akan memiliki 15 persen lebih banyak darah dalam otak. Kita benar-benar bisa berpikir lebih jernih sambil berdiri daripada sambil duduk.
Berapa jam kah pata siswa berada di sekolah? Khususny di dalam kelas ? Kurang lebih 4 jam  dikurangi waktu istirahat dua puluh menit  setiap hari, mereka ada di dalam kelas.  Kita bisa membayangan sebeku apa darah mereka. Guru dapat berupaya membuat siswa bangkit dan bergerak, terutama saat mereka harus berlatih secara verbal apa yang baru saja mereka pelajari.
Pengarahan multi-indrawi. Anak-anak masa kini sudah terbiasa dengan lingkungan yang multi-indrawi(melibatkan seluruh indera). Mereka akan lebih tertarik untuk memperhatikan pelajaran jika terjadi objek visual yang menarik serta berwarna-warni, serta jika mereka bisa berjalan-jalan di sekeliling kelas dan nembicarakan pelajaran yang mereka dapat.
Sudah saatnya guru tidak hanya mengunakan kapur berwarn putih saja, tetapi bisa memanfaatkan kapur berwana-warni, disertai dengan gambar dalam bentuk lingkaran kotak atau pun dalam bentuk visual.
Kuis dan Permainan. Mintalah murid-murid untuk membuat sebuah kuis atau permainan untuk saling menguji kemampuan mereka tentang konsep-konsep yang telah diajarkan. Ini merupakan startegi umum  yang sering diterapkan di kelas-kelas dasar, tetapi jarang digunakan di sekolah-sekolah menengah. Selain menyenangkan, permainan serta kuis memiliki nilai tambah, dalam arti mengharuskan murid-murid untuk berlatih dan mengerti sebuah konsep sebelum mereka bisa membuat pertanyaan-pertanyaan kuis beserta jawabannya..
Untuk menciptakan kuis, guru dapat saja memodifikasi dan mengadopsi  berbagai kuis di televise sesuai dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai.
Musik. Meskipun penelitian ini masih tidak memiliki bukti-bukti lengkap, terdapat beberapa keuntungan jika kita memainkan musik di dalam kelas pada waktu-waktu tertentu  selama pelajaran
Pada umumnya, siswa dan guru menyenangi musik, musik menimbulkan kenikmatan dan kesenangan. Namun, memang bermain musik di dalam kelas , diluar pelajaran kesenian memang sesuatu yang aneh, tapi tak ada salahnya dicoba.
(Penulis guru SMPN 1 Nagreg, SMP YP 17 Nagreg dan Pengelola Bapinger Education Cicalengka)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.