Oleh Iwan Ardhie Priyana
Sandi, bocah 4
tahun asal kota Malang itu mendadak terkenal bak selebritis. Tingkah lakunya
yang tidak lazim untuk manusia seusianya mengudang perhatian media massa
,terutama media massa eletronik. Banyak pihak yang merasa prihatin atas
kebiasaan buruknya yang suka merokok, berkata-kata cabul dan suka meminum
minuman keras. Kak Seto dari Komisi Perlindungan Anak (KPA) memberikan
perhatian penuh atas kasus Sandi ini. Tidak hanya Kak Seto, Wakil gubernur Jawa
Timur, serta LSM pun turut prihatin dan memberikan bantuan pelayanan terapi
untuk sang bocah tersebut.
Kebiasaan
merokok Sandi di usia nya yang masih tergolong balita memang sangat berisiko
terhadap kesehatan fisiknya. Di dalam sebatang rokok, sekurangnya terkandung
4000 zat yang bias “membunuh” seorang manusia secara tidak sadar. Setiap kali mengisap rokok,
seseorang mengkonsumsi nikotin ke dalam
parunya lalu ke otaknya. Penelitian telah membuktikan bahwa nikotin dapat
mengakibatkan ketagihan, sama seperti heroin dan kokain. Nikotin juga dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sempit membuat
darah menjadi lebih sulit mengalir ke seluruh tubuh. Organ-organ tubuh menjadi
kekurangan oksigen karena aliran darah tidak lancar. Hal ini membuat jantung
dipaksa bekerja lebih keras memompa darah. Akibatnya, tekanan darah menjadi
tinggi dan jantung menjadi lebih cepat rusak atau terkena penyakit.
Zat-zat pembunuh lainnya tak kalah dahsyatnya seperti : amonia (bahan pembersih lantai), naftalen (zat
kapur barus), hidrogen sianida (racun yang digunakan untuk pelaksanaan hukuman
mati), aseton (penghapus cat kuku), toluen (pelarut), metanol (bahan bakar
roket), arsenik (racun semut), butan (bahan bakar korek api), kadmium (bahan
aki mobil), DDT (racun serangga), vinil klorida (bahan plastik) dan lain-lain.
Mengingat betapa banyaknya
kandungan zat yang berbahaya bagi tubuh, pertanyaannya adalah , sadarkan Sandi
akan bahaya yang ditimbulkan dari asap rokok tersebut? Bagaimana sebenarnya “proses
pembelajaran” yang dialami oleh Sandi sehingga ia menjelma menjadi seorang
“manusia dewasa” diusaia yang masih balita? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada
baiknya kita memahami apa yang disebut dengan teori pikiran.
Menurut beberapa teori tentang pikiran,
manusia memilki dua jenis pikiran, yakni pikiran sadar dan pikiran bawah sadar yang keduanya memilki
fungsinya masing-masing, akan tetapi bekerja secara simultan. Pikiran sadar
memiliki empat fungsi utama, yakni , mengidentifikasi informasi yang masuk,
memba ndingkan, menganalisis, dan memutuskan. Sementara itu, pikiran sadar
memiliki fungsi yang sangat luas, meliputi : kebiasaan baik, buruk dan reflek,
“menyimpan “ emosi, gudang penyimpanan emosi jangka pan jang , kepribadian,
intuisi, kreatifitas, persepsi serta belief (kepercayaan) dan value (nilai-nilai).
Pikiran bawah sadar bekerja secara terus
menerus dan mulai hadir lebih dahulu dibandingkan dengan pikiran sadar.
Pada saat
anak-anak, manusia lebih banyak bekerja pada tataran bawah sadar, daripada
pikiran sadarnya. Sedangkan pada orang
dewasa, pikiran sadar lebih banyak “ bekerja”. Misalnya seorang dewasa
melakukan proeses identifikasi serta menganalisis informasi yang diterimanya.
Setelah melalui proses mengidentifikasi tersebut, lalu seorang dewasa
memutusakan sesuatu. Bagi orang dewasa, kebiasaan merokok dan meminum minuman
keras tentu dihindari karena pikiran sadarnya memberitahukan bahwa rokok dan
minuman keras membahayakan tubuhnya, sehingga ia memutuskan untuk tidak merokok
dan meminum minuman keras. Dengan kata lain, sebuah ide, atau sebuah informasi
yang masuk sebelum disimpan di bawa sadarnya akan melalui tahap penyeleksian
terlebih dahulu.
Berbeda dengan
orang dewasa, sebagaimana dikatakan Adi W Gunawan seoranr pakar Hypnoterapi,
ana-anak lebih banyak berhubungan dengan atau menggunakan pikiran bawah sadar.
Semua informasi masuk ke dalam bawah sadar
tanpa penilaian apakah itu baik atau buruk. Dengan kata lain, proses
pemihan serta identifikasi terhadap ide yang masuk tidak berjalan seperti pada
orang dewasa. Dengan menggunakan logka seperti ini maka tidak mengherankan jika
seorang Sandi , tidak bias memutuskankan apakah merokok itu berbahaya atau
tidak. Celakanya, ide yang masuk bila dilakukan secara terus menerus dilakukan
dan diulang-ulang (repetisi) akan menjadi belief (kepercayaan ) yang tertanam
dan sangat sulit untuk dihilangkan.
Kebiasan
merokok Sandi tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi melalui proses
“pembelajaran” yang dilakukan secara tidak sadar melalui orang-orang dewasa sekelilingnya.
Hal ini dketahui karena Sandi setiap
hari bergaul dengan orang-orang dewasa yang memiliki kebiasaan merokok, berkata
cabul dan meminum-minuman keras. Pengalaman-pengalaman kesehariaan itulah yang
dilakukan secara kosnsisten dan terus menerus yang diserap oleh pikiran bawah
sadarnya, yang lambat laun akan mempe ngaruhi prilaku dan kepribadiannya.
Menurut Adi W Gunawan, orang tua dan lingkungan anak adalah “programmer”
yang paling bertanggung jawab terhadap
program mental sang anak.
Pikiran manusia
sebernya mirip cara bekerja program computer. Pikiran bawah sadar dapat
diinstall untuk menghapus atau mengganti program yang baru. Oleh sebab itu,
untuk mengindari kebiasaan dan prilaku b uruk yang tersimpan dalam pikiran
bawah sadar dapat di delet, dengan bantuan terapi, dan konsultasi psikologis.
Namun yang paling penting dilakukan adalah sikap orang dewasa serta masyarakat
sekelilingnya lah yang memiliki kontribusi terhadap perilaku Sandi yang harus
diubah.
Berkaca pada
kasus Sandi, orang tua serta masyarakat harus menyadari apa akibat merokok,
tidak hanya bagi kesehatan fisik dirinya dan orang-orangs sekitarnya, juga bagi
perkembangan mental anak-anak. Bagi orang tua yang suka merokok, dan kebetulan
memiliki anak-anak, tentu dapat mengambil hikmah dari peristsitiwa Sandi. Seorang anak yang lahir pada dasarnya putih
bersih, orang tunyanya yang akan mendidikan apakah ia akan menjadi Yahudi,
majusi atau Nasran , demikian kata Rasul. Artinya kebiasan, karakter seorang
anak dibentuk oleh orang tuanya, yang dimaksud tidak hanya orang tua dalam
pengertian orang tua biologis, tetapi termasuk orang dewasa yang berada di lingkungan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar