Jumat, 08 Juni 2012

Bisa jadi ini adalah hal yang “remeh”




 “Motivasi belajar siswa  sebenarnya bergantung dari motivasi mengajar guru”
Saat Masuk Ke kelas.
Tatap muka seluruh sisiwa dengan menebarkan senyuman. (apapun kondisinya, senyum menjadi sangat mutlak)
Berikan pujian untuk hal-hal berikut :
Suasana dan lingkungan kelas yang bersih
Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran waktu itu
Berikan  pujian secara personal pada siswa tertentu.
Katakan hal berikut :
Merasa senang mengajar di kelas tersebut
Mintaa maaf bila Anda terlambat masuk kelas atau pada hari yang lalu Anda tidak masuk dan berikan alas an.
Saat KBM berlangsung
Bila Anda memberikan tugas yang harus di kerjakan, sebaiknya lakukan hal berikut :
Perintah untuk melaksanakan tugas diberikan secara terinci, dan pastikan siswa mengerti apa yang harus dikerjakan.
Pastikan bahwa perlengkapan mereka sudah siap, seperti LKS, buku paket, serta alat  tulis.
Tentukan waktu untuk mengerjakan, tanyakan pada siswa berapa menita waktu yang mereka perlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Berkelilinglah pada setiap siswa selama mengerjakan tugas, dan  katakan  Anda sangat senang dan siap membantu bila siswa menemukan kesulitan.
Saat  Anda  kegiatan KBM berakhir.
Berikan pujian atas partisipasi seluruh siswa dalam mengikuti KBM.
Berikan pujian secara personal bagi siswa yang menonjol waktu itu.
Bagi guru yang mengajar pada jam terakhir sebelum siswa meninggalkn kelas, bisa melakukan hal berikut :
Menyarankan agar hati-hati di jalan
Amanatkan agar belajar di rumah.
Berikan afirmasi misalnya : Kalian pasti sukses. Kalian adalah anak-anak terbaik.

Catatan :
Lakukan hal di atas dengan keikhlasan, bila dilakukan dengan terpkasa dan penuh kepura-puraan, bahasa tubuh Anda akan mudah di “baca” oleh siswa.
Hal-hal yang disebutkan di atas boleh jadi hal yang sederhana dan sudah “sangat klise” tapi percayalah jika kita melaksanakan secara konsisten, berkesinambungam, dilakukan dengan penuh kesedaran oleh seluruh guru di sekolah, efeknya isnya Allah akan terasa. Bila Anda melakukan dengan ikhlas, Anda telah mengeluarkan energy positif di dalam kelas. Hal-hal postif lah yang kelak akan Anda terima.
Bila Anda menemukan siswa atau suasana kelas yang menjengkelkan, Anda tidak perlu memuntahkannya di depan teman-teman guru, akan lebih baik anda tuangkan di catatan harian  ini. Ini adalah cara terbaik untuk mengeluarkan energy negative yang bermanfaat.


Di rimbun kemboja



(mengenang almarhum ayah)

Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur
Langit yang temaram  memantulkan cahaya, dari awan yang tersisa
Lamat-lamat menjelamakan sebua wajah wajah teduh , seperti dari sorga datangnya
“apa khabarmu anakku?” katanya dengan suara berat seakan-akan sudah berabad lamanya
Tak ada kata yang terucap kecuali  air mata yang basah menandakan kerinduan ini
seperti deretan batu pemakaman yang mebisu, ah mengapa perjumpaan ini hanya sesaat,
seperti sangkuriang yang bergegas membuat perahu karena mentari telah terlanjur tiba,
Wajah yang teduh itu tak berkata apa-apa, kecuali dari kelopak mata itu memancar
air mata kasih saying tentang  berjuta cerita yang  terjalin dalam irama suka dan duka
megapa senja ini terlalu cepat bergegas?  dan sosok itu kini hanyalah setitik cahaya di kejauhan
Sebelum air mata ini mengering dan pipi basah, hanya inilah  yang sempat berujar
“suatu saat,kita akan dipertamukan lagi, dalam satu keluarga, di sorga-Nya, Nak”
Sesaat kemudian rimbunan kemboja itu semakin sunyi, hanya dengus nafas yang mengalir perlahan
Setelah itu Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur, dan semakin mengabur

Ada apa di Balik Wudhu Kita ?




Sebelum seorang mukmin melaksanakan shalat, ia diwajibkan berwudu. Tidak sah shalat seseorang bila tidak memiliki wudhu. Dalam keadaan tertentu, seperti misalnya sakit, atau tiada air, dapat menggunakan debu yang disebut dengan tayaamum. Selama ini, tentu kita sering melaksanakan wudhu, dan kita memahaminya sebagai aktivitas rutin menjelan shalat. Yang kita tahu, wudhu adalah mebersihkan bagian anggota badan tertentu, (kaki, tangan, wajah serta kepala) dengan menggunakan air. Namun, dibalik aktivitas pemebersihkan tersebut, tidak banyak yang tahu nilai-nilai dan hikmah di balik aktivitas itu.
Bila dikaji, ternyata dibalik aktivitas membersihkan anggota badan tersebut terkandung lambang-lambang pemebersihan diri. Apa saja lambing pemebersihan diri itu? Uraian berikut yang saya kutip dari tulisan sahabat saya , menyadarkan kita betapa pentingnya wudhu tersebut bagi kesehatan Jiwa kita.

WUDLU. Shalat pada hakekatnya bukan sekedar lambang pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah, tetapi lebih dari itu. Syarat pertama sebelum melaksanakan shalat adalah membersihkan tubuh dari najis, baik pada pakaian maupun tempat yang akan digunakan untuk shalat.

Ditinjau dari segi kesehatan, wudlu merupakan unsur mendidik agar kebersihan tetap dijaga dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada alat panca indra.

Setiap muslim selain mandi, dalam sehari semalam lima kali mencuci bagian tubuhnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit. Segi kejiwaan wudlu merupakan anjuran, bahwa kita harus bisa menjaga diri dari hal-hal yang dilarang Allah. Sebagai contoh mata, mulut, telinga, tangan dan kaki harus suci agar tidak digunakan untuk hal-hal yang maksiat.

Mata merupakan salah satu alat panca indra yang mempunyai arti dan fungsi sangat penting artinya. Kenikmatan yang telah Allah berikan lantaran mata, tentunya kita tidak dapat menghitungnya. Di antaranya dengan dikaruniai mata kita dapat melihat berbagai keindahan alam yang telah diciptakan Allah. Tetapi mata juga merupakan pangkal dari setiap fitnah ataupun kemaksiatan, maka harus dijaga baik-baik.

Mulut merupakan organ tubuh yang sangat penting, misalnya untuk makan dan berbicara. Namun di sisi lain ibadah akan menjadi rusak atau batal kesemuanya hanya disebabkan mulut. Karenanya apabila kita hendak melakukan ibadah secara baik, maka hendaklah meninggalkan pembicaraan-pembicaraan yang tidak bermanfaat dan tidak ada artinya.

Telinga secara lahiriah harus bersih dari sumber penyakit dan secara kejiwaan telinga harus dijaga agar tidak digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik (dilarang Allah). Demikian juga dengan tangan dan kaki, janganlah digunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan

Menuju Zona Ikhlas




Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam wujud yang sempurna (ahsanniitaqwim). Salah satu kesempurnaannya adalah intrumen yang di miliki oleh manusia sebagai system navigasi. Sistem navigasi ini adalah “intrumen”  canggih yang di miliki manusia seperti yang terdapat dalam pesawat modern. Kita  mengagumi system navigasi yang dimiliki pesawat modern, tetapi kadang lupa dengan system navigasi yang ada dalam diri kita sendiri.
Sistem nevigasi tersebut adalah perasaan di hati Sitem navigasi ini secara cepat akan menuntut sebarap jauh kita menuju sumber “keberkahan” Sang Pencipta. Ketika perasaan kita postif atau ikhlas , posisi kita reatif  dekat dengan “pintu keberkahan”, dan ketika perasaan kita negative atau nafsu maka saat itu kita berada jauh dari pintu “berkah” untuk mencapai tujuan itu.
Melalaui “instrument” navigasi ini, kita dapat mengetahui bahwa di dalam diri kita terdapat dua zona, yakni zona nafsu dan zona ikhlas. Zona nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi berbagai keinginan, namun terasa menyesakkan dada. Zona ini diselimuti oleh   energi rendah karena yang ada di dalamnya adalah perasaan negative , cemas, takut , keluh kesah, dan amarah. Sedangkan zona ikhlas adalah zona yang bebas hambatan, terasa lapang di hati. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang berenergi  tinggi seperti rasa syukur, sabar, focus, tenang dan happy, ketika  kita ikhlas  kitapun merasa penuh tenaga. Sebaliknya saat tidak ikhlas , kita merasa  resah, kacau, tidak bahagia, dan kehabisan tenaga .
Daftar energy rendah yang ada dalam zona nafsu (zona ini berada pada tataran gelombang beta)
1.       Takut
2.       Marah
3.       Cemas
4.       Keluh kesah
Daftar energy tinggi  yang ada dalam zona ikhlas (zona ini berada pada tataran gelombang alfa)
1.       Syukur
2.       Sabar
3.       Fokus
4.       Tenang
5.       Bahagia
Tidaklah mungkin bagi kita untuk mengatur pikiran kita yang jumlahnya mencapai 60.000 setiap hari agar semuanya positif. Untuk itu ada cara yang lebih smart dan simple.
Yang harus kita lakukan adalah  keterampilan untuk mengakses  zona ikhlas setaip saat. Bayangkanlah analogi  gelombang radio  ini.  Kita memutar radio pada gelombang AM. Digelombang ini kita akan menemukan banyak noise, suaranya mono, sehingga kita tidak nyaman mendengarkan siaran stasiun radio yang mengudara pada gelombang ini. Sebaliknya, coba kita putar tuning ke frekwensi FM, maka kita akan mendapatkan suara jernih, tajam dan setero. AM adalah analogi dari zona nafsu sedangkan FM adalah analogi zona ikhlas.
Berbahagiala mereka yang selalu berlatih sehingga bisasenantiasa memutar frekwesinya ke zona ikhlas. !

(sumber bacaan : Quntum Ikhlas , Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) The Power Of Positif Feeling, Erbe Sentanu)



Saya Ingat Bi Ade




Sudah hamper seminggu badan saya tidak sehat. Sudah dua kali saya mengunjungi dokter, belum seratus persen sembuh. Meski obat sudah habis. Lalu, melalui sahabat saya seorang teman yang berpofesi sebagai dokter, saya minta saran obat yang bias membantu penyakit saya. Selama saya kurang sehat, saya tetap melakukan aktivitas mengajar atau kegiatan lain seperti biasa. Sehingga dengan keadaan seperti itu, tetangga saya yang melihat saya tentu tidak menyangka saya sakit. Selebihnya mereka tidak tahu keadaan saya, karena memang jarang berjumpa.
 Ini yang menyedihkan.Berbeda misalnya saat saya mengeluh dengan agak sedikit bercanda di status facebook saya. Sesaat kemudian berbagai komentar yang isinya mendoakan dan mananyakan kesehatan, yang menghawatirkan kesehatan saya, sampai yang menyarankan saya agar lebih beristirahat.
Saya jadi ingat Mang Tia yang rumahnya di sebelah selatan, Bah Alit yang jadi ketua RT, Mang Atang, Bi Ade dan Mang Ujang yang rumahnya berdempetan dengan rumah saya. Terakhir bertemu Mang Ujang seminggu yang lalu. Bahkan Bi Ade janda tua yang hidu p sebatang kara yang rumah biliknya nempel di rumah saya, saya lupa lagi kapan terakhir saya menyapanya. Lebih parah lagi Mang Tia , seingat saya , berjumpa dan bersalaman di halaman masjid saat beres shalat Ied. Itu beberapa bulan yang lalu.
Mereka, yang saya sebutkan tadi adalah para tetangga dekat, bukan orang jauh. Tiba tiba-tba seakan menjadi jauh, seakan-akan tidak pernah kenal. Saya jadi ingat seorang tetangga yang menyindir kebiasaan kita yang begitu hangat dan akrab dengan teman yang jauh, bahkan sampai berangkulan seakan-akan seabad mereka tak bertemu, tapi tampak “datar” dan biasa-biasa saja, tanpa kehangatan saat bertemu tetangga dan kerabat dekat. Saya jadi tersindir.
Saat ini , saya ingat Mang Tia, Mang Ujang dan Bi Ade. BI Ade saat ini sudah punya beras belum ya? Apakah bulan ini anaknya yang kerja di Jakarta sudah kirim uang untuk membeli beras yang harganya makin  naik itu? Mudah-mudahan Kang Enur pemilik warung di depan itu masih mau member kas bon beras, garam, sabun colek atau supermi.

Apakah Anda Narsis?



Tersebut sebuah kisah ada seorang pemuda tampan. Pemuda itu hendak menyeberangi sungai, saat ia mau menyeberang itu ia melihat ke sungai dan tampaklah wajahnya. Sejenak ia mengangumi wajahnya sendiri di sungai itu dan lama kelamaan ia “jatuh cinta” dengan bayangan wajahnya sendiri. Pemuda yang kemudian diketahui bernama Narsisius itu sejak itu selalu mengagumi wajahnya sendiri. Dari situlah kemudian muncul  istilah Narsis, yakni seseorang yang menyanangi atau cinta pada dirinya sendiri.
Narsis atau narsisme tidak hanya dikenal di rana psikologi, tetapi juga di kenal di dunia kesenian., termasuk diantaranya dalam dunia kepenulisan . Narsisme gejala seseorang yang kagum dengan karanganya sendiri. Kekaguman terhadap  karangan sendiri itu pada gilirannya akan melupakan hasratnya untuk belajar dan menggali ilmu dari orang lain. Selalu menganggap karyanya paling baik dan menonjol dari yang lain. Sikap ini juga menimbulkan sikap berpuas diri, sehingga menutup peluangnya untuk belajar kembali dari karya orang lain.
Seorang penulis atau calon penulis yang ingin maju, hendaknya memang menghindari sikap narsisme tersebut. 

Hanya Dua Kata



Franky Raweyai seorang pengusaha pengeboran minyak lepas pantai yang sukses. Kesuksesan diraih berkat kerja kerasnya  yang dimulai dari seorang petugas pengecat perahu di Singapura. Tahun 2003, ia mengalami musibah yang  yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan. Ia terjatuh di tangga rumahnya, dan setelah  itu para dokter memvonisnya bahwa kedua kakinya tak bisa berfungsi sedia kala, dan harus menggunakan kursi roda untuk menopang aktivitasnya.
Pada setiap orang yang menjenguknya, Franky meminta temannya agar mencari pil yang bisa mengehentikan kehidupannya, alias kematian. Ia putus asa dan sudah bulat untuk bunuh diri. Sebelum niatnya kesam paian, ia menemukan kembali cahaya kehidupan saat melihat anak jalanan pengamen yang meinta-minta di sudut jalan kota Jakarta sesaat setelah ia melakukan pengobatan alternative di daerah Bekasi. Ia membayangkan anak-anaknya akan seperti itu jika ia tidka bangkit dari keputusasaannya. Esoknya ia berniat bekerja lagi. 
Berbeda ketika saat ia masih normal, semua dilakukan secara mandiri. Di rumah, ia merasa paling hebat, ia merasa paling berkuasa, istri dan anak-anaknya tidak begitu diperhatikannya. Demikian juga dengan keadaan di kantor, ia begitu berkuasa memarahi anak buahnya dengan seenaknya bila anak buahnya melakukan kesalahan. Pendeknya ia memiliki sifat sombong . Demikian ia utarakan hal itu dalam acara Kikc Andi di Metro TV pecan ini.
Setelah kejadian itu, ternyata ia berubah. Penuh perhatian pada keluarga, juga kepada bawahannya. Secara jujur ia mengakui, saat ini dia sering menggunakan kata “tolong” dan “terima kasih” apabila menyuruh anak buahnya di kantor. Sebelumnya, ia tidak pernah menggunakan kosa kata itu.
Dua kata itu “tolong” dan “terima kasih” ditemukan oleh sang pengusaha ketika ia sudah kehilangan kedua kakinya. Sungguh mahal arti kedua kata itu bagi dirinya.
Cerita sederhana di atas tentu banyak member hikmah dan pelajaran bagi kita semua. Biarlah setiap orang yang membaca tulisan di atas menyimpulkan dan menarik hikmah sendiri. Selamat Merenung.

Kami sadalah serigala





Jiwa kami sedang terbakar amarah
Kami berhadapan saling menghunus makian
Kepala kami terbakar dendam
Kami betatapan saling menebar ancaman
Hati kami bagai para singa siap melahap sajian
Dari daging dan darah saudara dan handai taulan
Kami seperti prajuit  negeri tanpa ruh
yang sedang menanti genderang siap di tabuh
Kami siap saling menebas tubuh
Duh        !

Di ujung hari



Di ujung hari yang basah
Saat bulan  Juni terlambat tiba
Aku ingin menulis surat untuk Tuhan
Sekedar berterima kasih
Untuk semua anugerah ini
Sebelum segalanya menjadi lupa
Dan Kau menegurku dengan cara-Mu

Si Penambal Ban




Minggu adalah hari untuk memanjakan istri, meski hanya sekedar mengantarnya ke pasar  naik motor. Seperti hari Minggu ini. Hari ini berbeda, karena begitu motor di naiki berdua, tiba –tiba motor seperti oleng, pasti ada yang tidak beres. Benar saja, saat di lihat ban belakang gembos. Terpaksa motor di dorong dan istri menemani di belakang , menyusuri jalan sekitar pasar untuk mencari tukang tambal ban. Tenu ini bukan  suasana yang indah seperti saat dua puluh tahun  yang lalu. Saat di mana pengalaman seperti ini terasa indah, persis seperti Ratna dan Galih dalam “Gita Cinta dari SMA”
Di dekat pangkalan ojeg, seorang tukang ojek menunjuk ke satu arah, me nunjukkan tempat tambal ban, meski saya belum bertanya, rupanya ia melihat saya memerlukan bantuan dan tak perlu bertanya dulu. Sampai di tempat yan di tuju, meski di sana ada kompresor besar yang menandakan di sana tempat tambal ban, tapi saya tak melihat si penambal ban. Namun, tiba-tiba dari dalam kios itu muncul seorang pemuda kurus, berkurlit gelap , dan berjaket yang menutupi sebagian kepalanya, dan sebelah tangannya mengepit jangka untuk menopang satu kakinya yang lebih pendek. Segera ia mengarahkan tangannya agar saya menaikkan motor ke trotoar. Beberapa saat saya agak tercengang, saya agak ragu apakah si pemuda tadi bisa menambal  ban dalam keadaan seperti itu.
Dugaan saya meleset persen, saya lihat ia tampak gesit menyetandarkan motor, lalu membuka ban dan pergi menarik tali kompresor dengan sebelah tangan, semuanya berjalan normal dan tidak tampak sedikit pun terlihat “berabe” seperti yang saya khawatirkan.
Selama beberapa saat saya memperhatikan dia menambal  ban, saya merasa kagum dengan “keterbatasan fisik” nya ia tidak menyerah dan tidak menganggapnya sebagai rintangan. Saya membandingkannya dengan pemuda-pemuda sebayanya yang lebih senang jadi pengamen meski fisiknya sehat. Kalau saja ia menjadi pengamen, atau menjadi peminta-minta sekalipun, si penambal ban tadi tentu akan menarik simpati dan rasa kasihan setiap orang. Tapi itu tidak dilakukannya. Boleh jadi ia lebih senang bekerja keras meski dalam keadaan cacat, sebab dengan cara itu ia lebih terhormat dan tentu saja tidak menjadi beban kasihan orang lain. Saya berpikir , setiap pemuda meski mencotoh dan menjadikan semangat pemuda si penambal ban tadi sebagai sumber inspirasi.
Jadi, kalau si tambal ban tadi tidak pantang menyerah, me

Jurus Penjaga Toko




OLeh Iwan Ardhie Priana

“Jangan dulu membuka toko, kalau belum bisa tersenyum”. Kata sahabat saya, seorang keturunan Cina yang menulis kalimat itu di dinding Facebooknya. Boleh jadi, itu merupakan rahasia sukses para pengusaha Cina dalam berdagang, disamping resep lain, seperti keuletan, gigih dan hemat. Resep yang mudah sebenarnya, bahkan bisa jadi itu bagian dari bagian dari prosedur tak tertulis  dalam upaya meningkatkan pelayanan pada konsumen. Sudah sering saya dengar dari teman atau dari berbagai buku, bagaimana orang-orang Cina mampu menjadi pengusaha , jadi pedagang dan pengelola toko, dengan berbagai jurusnya. Tapi jurus tersenyum itu benar-benar hal baru.
Begitu hebatkah pengaruh tersenyum pada konsumen? Tanya saya dalam hati. Tiba-tiba saya jadi teringat secarik kertas di tempel di dekat  meja kassa di sebuah swalayan yang saya kunjungi. Isinya pendek “Tegurlah karyawan Kami bila tidak tersenyum”. Ternyata, pertokoan modernpun telah mengadopsi jurus toko Cina.
Peribahasa Cina itu ternyata ikut menginspirasi saya sehingga saya ikut-ikutan pula mengadopsi kalimat itu “Jangan dulu masuk ke kelas kalau belum bisa tersenyum”. Benar-benar menjiplak. Tapi tak apalah, asal untuk kebaikan. Mengapa saya begitu tertarik untuk mengadopsi pepatah Cina itu ? Karena  saya masih sering melihat beberapa teman saya –yang juga guru- punya persepsi yang keliru dengan senyumnya. Teman saya sering khawatir senyum itu akan meruntuhkan “wibawanya”. Walhasil, setiap masuk kelas, ia lebih PD dengan memasang wajah perang. Alih-alih ingin menjaga wibawa dan disegani murid, ia malah sering mendapat umpatan dan makian siswa, tentu saja dengan cara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.
Saya sendiri agak heran, darimana teman saya beroleh pengetahuan tentang hubungan senyum dengan wibawa.  Saya malah sering melihat tokoh-tokoh kharismatik dan berwibawa dalam poto dengan pose sedang tersenyum. Termasuk para tokoh otirter yang pernah ada di dunia ini, dalam fotonya ingin mencitrakan orang baik dengan tersenyum.
Saat diam-diam saya intip ke kelasnya, suasana kelas benar-benat sunyi seperti kuburan. Mungkin itulah suasana yang menurutnya paling cocok untuk memahami pelajarannya. Bahkan anak yang mencoba untuk mencairkan suasana dengan sedikit menyunggingkan senyumnya pun sering di hardik.
“Kenapa kamu tersenyum? Meledek ya?” Ah, malang benar anak terebut.
 Saat saya beritahukan pada teman saya bahwa saya punya motto “jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa terenyum” ia malah mencibir. Bagaimana mau bisa tersenyum jika kepala ini sudah begitu penuh dengan persoalan hidup juga persoalan rumah tangga? Tanyanya dengan nada apatis dan pasrah. Namun, ia tidak menjawab ketika saya tanyakan apakah dengan memasah wajah “garang” itu persoalan di kepalanya  menjadi lebih enteng? Dia tidak menjawab.
Saya jadi teringat cerita yang saya baca dari sebuah buku tentang seorang guru aneh di suatu sekolah. Pak Guru aneh ini punya kebiasaan yang unik saat sebelum masuk da n keluar kelas. Sebelum masuk ke kelas, ia menuju sebuah pohon yang berada tak jauh dari kelasnya. Ia meloncat dan kedua tangganyya menggapai sebuah batang yang menjulur datar, seseat kemudian tubuhnya bergelantung ke depan ke belakang  beberapa kali.Selesai mengalantung ia akan masuk kelas. Hal yang sama ia lakukan saat pulang sekolah. Diam-diam sang Kepala Sekolah ini sering memperhatikan gejala ganjil sang guru ini, sehingga setelah beberapa hari melihat pemandangan itu, ia meminta bapak guru mengadap ke kantornya.
“Sudah beberapa hari ini saya melihat Bapak menggelantung di pohon kayu itu, baik saat mau masuk ke kelas dan keluar kelas. Boleh saya tahu, apa sebenarnya yang Bapak lakukan?” Tanya kepala sekolah, setelah keduanya berhadapan.
“Terus terang saja Pak, saya ini sebelum berangkat ke sekolah, banyak sekali persoalan yang saya hadapi, saya tak mau persoalan itu menganggu pikiran saya , saat saya berada di depan siswa saya” jawab sang guru.
“Lalu, apa hubungannya dengan menggantung di pohon?”
“Saat saya begelayut saya berkata, hei pohon, aku tak mau persoalan ku ini mengangguku saat aku masuk dan mengajar, aku titipkan persoalan ini kepadamu, dan saat keluar sekolah pun saya katakan ‘hei pohon’ kini aku sudah mengajar dan persoalan yang aku titipkan kepadamu aku ambil kembali” demikian jawab bapak guru tenang.
Cerita yang mungkin tidak lucu ini sebenarnya menyimpan agar tidak membawa persoalan ke dalam kelas, apapun caranya.
Untuk sahabat saya yang sering memasang wajah perang, sebenarnya saya ingin menyarankan padanya agar suatu waktu nanti, ia duduk di bangku murid. Lalu murid itu semuanya suruh ke luar, dan setelah itu satu persatu murid itu masuk ke kelas dan setiap murid melemparkan senyum padanya. Pada saat itu, saya sebenarnya ingin bertanya padanya, adakah alasan untuk tidak tersenyum?
Kalau orang Cina sukses dengan prinsip “Jangan dulu membuka toko sebelum tersenyum” saya yakin seorang guru juga akan sukses dengan moto “Jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa tersenyum”. Sebuah cara yang sederhana untuk sukses dan dicintai murid , sebuah cara mudah untuk menjadi guru yang bisa membawa kesejukan di dalam kelas.Sayangnya,  kadang-kadang, kita selalu berpikir untuk melakukan hal-hal spektakuler untuk mengubah keadaan.

Text widget

About

Jumat, 08 Juni 2012

Bisa jadi ini adalah hal yang “remeh”




 “Motivasi belajar siswa  sebenarnya bergantung dari motivasi mengajar guru”
Saat Masuk Ke kelas.
Tatap muka seluruh sisiwa dengan menebarkan senyuman. (apapun kondisinya, senyum menjadi sangat mutlak)
Berikan pujian untuk hal-hal berikut :
Suasana dan lingkungan kelas yang bersih
Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran waktu itu
Berikan  pujian secara personal pada siswa tertentu.
Katakan hal berikut :
Merasa senang mengajar di kelas tersebut
Mintaa maaf bila Anda terlambat masuk kelas atau pada hari yang lalu Anda tidak masuk dan berikan alas an.
Saat KBM berlangsung
Bila Anda memberikan tugas yang harus di kerjakan, sebaiknya lakukan hal berikut :
Perintah untuk melaksanakan tugas diberikan secara terinci, dan pastikan siswa mengerti apa yang harus dikerjakan.
Pastikan bahwa perlengkapan mereka sudah siap, seperti LKS, buku paket, serta alat  tulis.
Tentukan waktu untuk mengerjakan, tanyakan pada siswa berapa menita waktu yang mereka perlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Berkelilinglah pada setiap siswa selama mengerjakan tugas, dan  katakan  Anda sangat senang dan siap membantu bila siswa menemukan kesulitan.
Saat  Anda  kegiatan KBM berakhir.
Berikan pujian atas partisipasi seluruh siswa dalam mengikuti KBM.
Berikan pujian secara personal bagi siswa yang menonjol waktu itu.
Bagi guru yang mengajar pada jam terakhir sebelum siswa meninggalkn kelas, bisa melakukan hal berikut :
Menyarankan agar hati-hati di jalan
Amanatkan agar belajar di rumah.
Berikan afirmasi misalnya : Kalian pasti sukses. Kalian adalah anak-anak terbaik.

Catatan :
Lakukan hal di atas dengan keikhlasan, bila dilakukan dengan terpkasa dan penuh kepura-puraan, bahasa tubuh Anda akan mudah di “baca” oleh siswa.
Hal-hal yang disebutkan di atas boleh jadi hal yang sederhana dan sudah “sangat klise” tapi percayalah jika kita melaksanakan secara konsisten, berkesinambungam, dilakukan dengan penuh kesedaran oleh seluruh guru di sekolah, efeknya isnya Allah akan terasa. Bila Anda melakukan dengan ikhlas, Anda telah mengeluarkan energy positif di dalam kelas. Hal-hal postif lah yang kelak akan Anda terima.
Bila Anda menemukan siswa atau suasana kelas yang menjengkelkan, Anda tidak perlu memuntahkannya di depan teman-teman guru, akan lebih baik anda tuangkan di catatan harian  ini. Ini adalah cara terbaik untuk mengeluarkan energy negative yang bermanfaat.


Di rimbun kemboja



(mengenang almarhum ayah)

Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur
Langit yang temaram  memantulkan cahaya, dari awan yang tersisa
Lamat-lamat menjelamakan sebua wajah wajah teduh , seperti dari sorga datangnya
“apa khabarmu anakku?” katanya dengan suara berat seakan-akan sudah berabad lamanya
Tak ada kata yang terucap kecuali  air mata yang basah menandakan kerinduan ini
seperti deretan batu pemakaman yang mebisu, ah mengapa perjumpaan ini hanya sesaat,
seperti sangkuriang yang bergegas membuat perahu karena mentari telah terlanjur tiba,
Wajah yang teduh itu tak berkata apa-apa, kecuali dari kelopak mata itu memancar
air mata kasih saying tentang  berjuta cerita yang  terjalin dalam irama suka dan duka
megapa senja ini terlalu cepat bergegas?  dan sosok itu kini hanyalah setitik cahaya di kejauhan
Sebelum air mata ini mengering dan pipi basah, hanya inilah  yang sempat berujar
“suatu saat,kita akan dipertamukan lagi, dalam satu keluarga, di sorga-Nya, Nak”
Sesaat kemudian rimbunan kemboja itu semakin sunyi, hanya dengus nafas yang mengalir perlahan
Setelah itu Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur, dan semakin mengabur

Ada apa di Balik Wudhu Kita ?




Sebelum seorang mukmin melaksanakan shalat, ia diwajibkan berwudu. Tidak sah shalat seseorang bila tidak memiliki wudhu. Dalam keadaan tertentu, seperti misalnya sakit, atau tiada air, dapat menggunakan debu yang disebut dengan tayaamum. Selama ini, tentu kita sering melaksanakan wudhu, dan kita memahaminya sebagai aktivitas rutin menjelan shalat. Yang kita tahu, wudhu adalah mebersihkan bagian anggota badan tertentu, (kaki, tangan, wajah serta kepala) dengan menggunakan air. Namun, dibalik aktivitas pemebersihkan tersebut, tidak banyak yang tahu nilai-nilai dan hikmah di balik aktivitas itu.
Bila dikaji, ternyata dibalik aktivitas membersihkan anggota badan tersebut terkandung lambang-lambang pemebersihan diri. Apa saja lambing pemebersihan diri itu? Uraian berikut yang saya kutip dari tulisan sahabat saya , menyadarkan kita betapa pentingnya wudhu tersebut bagi kesehatan Jiwa kita.

WUDLU. Shalat pada hakekatnya bukan sekedar lambang pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah, tetapi lebih dari itu. Syarat pertama sebelum melaksanakan shalat adalah membersihkan tubuh dari najis, baik pada pakaian maupun tempat yang akan digunakan untuk shalat.

Ditinjau dari segi kesehatan, wudlu merupakan unsur mendidik agar kebersihan tetap dijaga dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada alat panca indra.

Setiap muslim selain mandi, dalam sehari semalam lima kali mencuci bagian tubuhnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit. Segi kejiwaan wudlu merupakan anjuran, bahwa kita harus bisa menjaga diri dari hal-hal yang dilarang Allah. Sebagai contoh mata, mulut, telinga, tangan dan kaki harus suci agar tidak digunakan untuk hal-hal yang maksiat.

Mata merupakan salah satu alat panca indra yang mempunyai arti dan fungsi sangat penting artinya. Kenikmatan yang telah Allah berikan lantaran mata, tentunya kita tidak dapat menghitungnya. Di antaranya dengan dikaruniai mata kita dapat melihat berbagai keindahan alam yang telah diciptakan Allah. Tetapi mata juga merupakan pangkal dari setiap fitnah ataupun kemaksiatan, maka harus dijaga baik-baik.

Mulut merupakan organ tubuh yang sangat penting, misalnya untuk makan dan berbicara. Namun di sisi lain ibadah akan menjadi rusak atau batal kesemuanya hanya disebabkan mulut. Karenanya apabila kita hendak melakukan ibadah secara baik, maka hendaklah meninggalkan pembicaraan-pembicaraan yang tidak bermanfaat dan tidak ada artinya.

Telinga secara lahiriah harus bersih dari sumber penyakit dan secara kejiwaan telinga harus dijaga agar tidak digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik (dilarang Allah). Demikian juga dengan tangan dan kaki, janganlah digunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan

Menuju Zona Ikhlas




Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam wujud yang sempurna (ahsanniitaqwim). Salah satu kesempurnaannya adalah intrumen yang di miliki oleh manusia sebagai system navigasi. Sistem navigasi ini adalah “intrumen”  canggih yang di miliki manusia seperti yang terdapat dalam pesawat modern. Kita  mengagumi system navigasi yang dimiliki pesawat modern, tetapi kadang lupa dengan system navigasi yang ada dalam diri kita sendiri.
Sistem nevigasi tersebut adalah perasaan di hati Sitem navigasi ini secara cepat akan menuntut sebarap jauh kita menuju sumber “keberkahan” Sang Pencipta. Ketika perasaan kita postif atau ikhlas , posisi kita reatif  dekat dengan “pintu keberkahan”, dan ketika perasaan kita negative atau nafsu maka saat itu kita berada jauh dari pintu “berkah” untuk mencapai tujuan itu.
Melalaui “instrument” navigasi ini, kita dapat mengetahui bahwa di dalam diri kita terdapat dua zona, yakni zona nafsu dan zona ikhlas. Zona nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi berbagai keinginan, namun terasa menyesakkan dada. Zona ini diselimuti oleh   energi rendah karena yang ada di dalamnya adalah perasaan negative , cemas, takut , keluh kesah, dan amarah. Sedangkan zona ikhlas adalah zona yang bebas hambatan, terasa lapang di hati. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang berenergi  tinggi seperti rasa syukur, sabar, focus, tenang dan happy, ketika  kita ikhlas  kitapun merasa penuh tenaga. Sebaliknya saat tidak ikhlas , kita merasa  resah, kacau, tidak bahagia, dan kehabisan tenaga .
Daftar energy rendah yang ada dalam zona nafsu (zona ini berada pada tataran gelombang beta)
1.       Takut
2.       Marah
3.       Cemas
4.       Keluh kesah
Daftar energy tinggi  yang ada dalam zona ikhlas (zona ini berada pada tataran gelombang alfa)
1.       Syukur
2.       Sabar
3.       Fokus
4.       Tenang
5.       Bahagia
Tidaklah mungkin bagi kita untuk mengatur pikiran kita yang jumlahnya mencapai 60.000 setiap hari agar semuanya positif. Untuk itu ada cara yang lebih smart dan simple.
Yang harus kita lakukan adalah  keterampilan untuk mengakses  zona ikhlas setaip saat. Bayangkanlah analogi  gelombang radio  ini.  Kita memutar radio pada gelombang AM. Digelombang ini kita akan menemukan banyak noise, suaranya mono, sehingga kita tidak nyaman mendengarkan siaran stasiun radio yang mengudara pada gelombang ini. Sebaliknya, coba kita putar tuning ke frekwensi FM, maka kita akan mendapatkan suara jernih, tajam dan setero. AM adalah analogi dari zona nafsu sedangkan FM adalah analogi zona ikhlas.
Berbahagiala mereka yang selalu berlatih sehingga bisasenantiasa memutar frekwesinya ke zona ikhlas. !

(sumber bacaan : Quntum Ikhlas , Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) The Power Of Positif Feeling, Erbe Sentanu)



Saya Ingat Bi Ade




Sudah hamper seminggu badan saya tidak sehat. Sudah dua kali saya mengunjungi dokter, belum seratus persen sembuh. Meski obat sudah habis. Lalu, melalui sahabat saya seorang teman yang berpofesi sebagai dokter, saya minta saran obat yang bias membantu penyakit saya. Selama saya kurang sehat, saya tetap melakukan aktivitas mengajar atau kegiatan lain seperti biasa. Sehingga dengan keadaan seperti itu, tetangga saya yang melihat saya tentu tidak menyangka saya sakit. Selebihnya mereka tidak tahu keadaan saya, karena memang jarang berjumpa.
 Ini yang menyedihkan.Berbeda misalnya saat saya mengeluh dengan agak sedikit bercanda di status facebook saya. Sesaat kemudian berbagai komentar yang isinya mendoakan dan mananyakan kesehatan, yang menghawatirkan kesehatan saya, sampai yang menyarankan saya agar lebih beristirahat.
Saya jadi ingat Mang Tia yang rumahnya di sebelah selatan, Bah Alit yang jadi ketua RT, Mang Atang, Bi Ade dan Mang Ujang yang rumahnya berdempetan dengan rumah saya. Terakhir bertemu Mang Ujang seminggu yang lalu. Bahkan Bi Ade janda tua yang hidu p sebatang kara yang rumah biliknya nempel di rumah saya, saya lupa lagi kapan terakhir saya menyapanya. Lebih parah lagi Mang Tia , seingat saya , berjumpa dan bersalaman di halaman masjid saat beres shalat Ied. Itu beberapa bulan yang lalu.
Mereka, yang saya sebutkan tadi adalah para tetangga dekat, bukan orang jauh. Tiba tiba-tba seakan menjadi jauh, seakan-akan tidak pernah kenal. Saya jadi ingat seorang tetangga yang menyindir kebiasaan kita yang begitu hangat dan akrab dengan teman yang jauh, bahkan sampai berangkulan seakan-akan seabad mereka tak bertemu, tapi tampak “datar” dan biasa-biasa saja, tanpa kehangatan saat bertemu tetangga dan kerabat dekat. Saya jadi tersindir.
Saat ini , saya ingat Mang Tia, Mang Ujang dan Bi Ade. BI Ade saat ini sudah punya beras belum ya? Apakah bulan ini anaknya yang kerja di Jakarta sudah kirim uang untuk membeli beras yang harganya makin  naik itu? Mudah-mudahan Kang Enur pemilik warung di depan itu masih mau member kas bon beras, garam, sabun colek atau supermi.

Apakah Anda Narsis?



Tersebut sebuah kisah ada seorang pemuda tampan. Pemuda itu hendak menyeberangi sungai, saat ia mau menyeberang itu ia melihat ke sungai dan tampaklah wajahnya. Sejenak ia mengangumi wajahnya sendiri di sungai itu dan lama kelamaan ia “jatuh cinta” dengan bayangan wajahnya sendiri. Pemuda yang kemudian diketahui bernama Narsisius itu sejak itu selalu mengagumi wajahnya sendiri. Dari situlah kemudian muncul  istilah Narsis, yakni seseorang yang menyanangi atau cinta pada dirinya sendiri.
Narsis atau narsisme tidak hanya dikenal di rana psikologi, tetapi juga di kenal di dunia kesenian., termasuk diantaranya dalam dunia kepenulisan . Narsisme gejala seseorang yang kagum dengan karanganya sendiri. Kekaguman terhadap  karangan sendiri itu pada gilirannya akan melupakan hasratnya untuk belajar dan menggali ilmu dari orang lain. Selalu menganggap karyanya paling baik dan menonjol dari yang lain. Sikap ini juga menimbulkan sikap berpuas diri, sehingga menutup peluangnya untuk belajar kembali dari karya orang lain.
Seorang penulis atau calon penulis yang ingin maju, hendaknya memang menghindari sikap narsisme tersebut. 

Hanya Dua Kata



Franky Raweyai seorang pengusaha pengeboran minyak lepas pantai yang sukses. Kesuksesan diraih berkat kerja kerasnya  yang dimulai dari seorang petugas pengecat perahu di Singapura. Tahun 2003, ia mengalami musibah yang  yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan. Ia terjatuh di tangga rumahnya, dan setelah  itu para dokter memvonisnya bahwa kedua kakinya tak bisa berfungsi sedia kala, dan harus menggunakan kursi roda untuk menopang aktivitasnya.
Pada setiap orang yang menjenguknya, Franky meminta temannya agar mencari pil yang bisa mengehentikan kehidupannya, alias kematian. Ia putus asa dan sudah bulat untuk bunuh diri. Sebelum niatnya kesam paian, ia menemukan kembali cahaya kehidupan saat melihat anak jalanan pengamen yang meinta-minta di sudut jalan kota Jakarta sesaat setelah ia melakukan pengobatan alternative di daerah Bekasi. Ia membayangkan anak-anaknya akan seperti itu jika ia tidka bangkit dari keputusasaannya. Esoknya ia berniat bekerja lagi. 
Berbeda ketika saat ia masih normal, semua dilakukan secara mandiri. Di rumah, ia merasa paling hebat, ia merasa paling berkuasa, istri dan anak-anaknya tidak begitu diperhatikannya. Demikian juga dengan keadaan di kantor, ia begitu berkuasa memarahi anak buahnya dengan seenaknya bila anak buahnya melakukan kesalahan. Pendeknya ia memiliki sifat sombong . Demikian ia utarakan hal itu dalam acara Kikc Andi di Metro TV pecan ini.
Setelah kejadian itu, ternyata ia berubah. Penuh perhatian pada keluarga, juga kepada bawahannya. Secara jujur ia mengakui, saat ini dia sering menggunakan kata “tolong” dan “terima kasih” apabila menyuruh anak buahnya di kantor. Sebelumnya, ia tidak pernah menggunakan kosa kata itu.
Dua kata itu “tolong” dan “terima kasih” ditemukan oleh sang pengusaha ketika ia sudah kehilangan kedua kakinya. Sungguh mahal arti kedua kata itu bagi dirinya.
Cerita sederhana di atas tentu banyak member hikmah dan pelajaran bagi kita semua. Biarlah setiap orang yang membaca tulisan di atas menyimpulkan dan menarik hikmah sendiri. Selamat Merenung.

Kami sadalah serigala





Jiwa kami sedang terbakar amarah
Kami berhadapan saling menghunus makian
Kepala kami terbakar dendam
Kami betatapan saling menebar ancaman
Hati kami bagai para singa siap melahap sajian
Dari daging dan darah saudara dan handai taulan
Kami seperti prajuit  negeri tanpa ruh
yang sedang menanti genderang siap di tabuh
Kami siap saling menebas tubuh
Duh        !

Di ujung hari



Di ujung hari yang basah
Saat bulan  Juni terlambat tiba
Aku ingin menulis surat untuk Tuhan
Sekedar berterima kasih
Untuk semua anugerah ini
Sebelum segalanya menjadi lupa
Dan Kau menegurku dengan cara-Mu

Si Penambal Ban




Minggu adalah hari untuk memanjakan istri, meski hanya sekedar mengantarnya ke pasar  naik motor. Seperti hari Minggu ini. Hari ini berbeda, karena begitu motor di naiki berdua, tiba –tiba motor seperti oleng, pasti ada yang tidak beres. Benar saja, saat di lihat ban belakang gembos. Terpaksa motor di dorong dan istri menemani di belakang , menyusuri jalan sekitar pasar untuk mencari tukang tambal ban. Tenu ini bukan  suasana yang indah seperti saat dua puluh tahun  yang lalu. Saat di mana pengalaman seperti ini terasa indah, persis seperti Ratna dan Galih dalam “Gita Cinta dari SMA”
Di dekat pangkalan ojeg, seorang tukang ojek menunjuk ke satu arah, me nunjukkan tempat tambal ban, meski saya belum bertanya, rupanya ia melihat saya memerlukan bantuan dan tak perlu bertanya dulu. Sampai di tempat yan di tuju, meski di sana ada kompresor besar yang menandakan di sana tempat tambal ban, tapi saya tak melihat si penambal ban. Namun, tiba-tiba dari dalam kios itu muncul seorang pemuda kurus, berkurlit gelap , dan berjaket yang menutupi sebagian kepalanya, dan sebelah tangannya mengepit jangka untuk menopang satu kakinya yang lebih pendek. Segera ia mengarahkan tangannya agar saya menaikkan motor ke trotoar. Beberapa saat saya agak tercengang, saya agak ragu apakah si pemuda tadi bisa menambal  ban dalam keadaan seperti itu.
Dugaan saya meleset persen, saya lihat ia tampak gesit menyetandarkan motor, lalu membuka ban dan pergi menarik tali kompresor dengan sebelah tangan, semuanya berjalan normal dan tidak tampak sedikit pun terlihat “berabe” seperti yang saya khawatirkan.
Selama beberapa saat saya memperhatikan dia menambal  ban, saya merasa kagum dengan “keterbatasan fisik” nya ia tidak menyerah dan tidak menganggapnya sebagai rintangan. Saya membandingkannya dengan pemuda-pemuda sebayanya yang lebih senang jadi pengamen meski fisiknya sehat. Kalau saja ia menjadi pengamen, atau menjadi peminta-minta sekalipun, si penambal ban tadi tentu akan menarik simpati dan rasa kasihan setiap orang. Tapi itu tidak dilakukannya. Boleh jadi ia lebih senang bekerja keras meski dalam keadaan cacat, sebab dengan cara itu ia lebih terhormat dan tentu saja tidak menjadi beban kasihan orang lain. Saya berpikir , setiap pemuda meski mencotoh dan menjadikan semangat pemuda si penambal ban tadi sebagai sumber inspirasi.
Jadi, kalau si tambal ban tadi tidak pantang menyerah, me

Jurus Penjaga Toko




OLeh Iwan Ardhie Priana

“Jangan dulu membuka toko, kalau belum bisa tersenyum”. Kata sahabat saya, seorang keturunan Cina yang menulis kalimat itu di dinding Facebooknya. Boleh jadi, itu merupakan rahasia sukses para pengusaha Cina dalam berdagang, disamping resep lain, seperti keuletan, gigih dan hemat. Resep yang mudah sebenarnya, bahkan bisa jadi itu bagian dari bagian dari prosedur tak tertulis  dalam upaya meningkatkan pelayanan pada konsumen. Sudah sering saya dengar dari teman atau dari berbagai buku, bagaimana orang-orang Cina mampu menjadi pengusaha , jadi pedagang dan pengelola toko, dengan berbagai jurusnya. Tapi jurus tersenyum itu benar-benar hal baru.
Begitu hebatkah pengaruh tersenyum pada konsumen? Tanya saya dalam hati. Tiba-tiba saya jadi teringat secarik kertas di tempel di dekat  meja kassa di sebuah swalayan yang saya kunjungi. Isinya pendek “Tegurlah karyawan Kami bila tidak tersenyum”. Ternyata, pertokoan modernpun telah mengadopsi jurus toko Cina.
Peribahasa Cina itu ternyata ikut menginspirasi saya sehingga saya ikut-ikutan pula mengadopsi kalimat itu “Jangan dulu masuk ke kelas kalau belum bisa tersenyum”. Benar-benar menjiplak. Tapi tak apalah, asal untuk kebaikan. Mengapa saya begitu tertarik untuk mengadopsi pepatah Cina itu ? Karena  saya masih sering melihat beberapa teman saya –yang juga guru- punya persepsi yang keliru dengan senyumnya. Teman saya sering khawatir senyum itu akan meruntuhkan “wibawanya”. Walhasil, setiap masuk kelas, ia lebih PD dengan memasang wajah perang. Alih-alih ingin menjaga wibawa dan disegani murid, ia malah sering mendapat umpatan dan makian siswa, tentu saja dengan cara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.
Saya sendiri agak heran, darimana teman saya beroleh pengetahuan tentang hubungan senyum dengan wibawa.  Saya malah sering melihat tokoh-tokoh kharismatik dan berwibawa dalam poto dengan pose sedang tersenyum. Termasuk para tokoh otirter yang pernah ada di dunia ini, dalam fotonya ingin mencitrakan orang baik dengan tersenyum.
Saat diam-diam saya intip ke kelasnya, suasana kelas benar-benat sunyi seperti kuburan. Mungkin itulah suasana yang menurutnya paling cocok untuk memahami pelajarannya. Bahkan anak yang mencoba untuk mencairkan suasana dengan sedikit menyunggingkan senyumnya pun sering di hardik.
“Kenapa kamu tersenyum? Meledek ya?” Ah, malang benar anak terebut.
 Saat saya beritahukan pada teman saya bahwa saya punya motto “jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa terenyum” ia malah mencibir. Bagaimana mau bisa tersenyum jika kepala ini sudah begitu penuh dengan persoalan hidup juga persoalan rumah tangga? Tanyanya dengan nada apatis dan pasrah. Namun, ia tidak menjawab ketika saya tanyakan apakah dengan memasah wajah “garang” itu persoalan di kepalanya  menjadi lebih enteng? Dia tidak menjawab.
Saya jadi teringat cerita yang saya baca dari sebuah buku tentang seorang guru aneh di suatu sekolah. Pak Guru aneh ini punya kebiasaan yang unik saat sebelum masuk da n keluar kelas. Sebelum masuk ke kelas, ia menuju sebuah pohon yang berada tak jauh dari kelasnya. Ia meloncat dan kedua tangganyya menggapai sebuah batang yang menjulur datar, seseat kemudian tubuhnya bergelantung ke depan ke belakang  beberapa kali.Selesai mengalantung ia akan masuk kelas. Hal yang sama ia lakukan saat pulang sekolah. Diam-diam sang Kepala Sekolah ini sering memperhatikan gejala ganjil sang guru ini, sehingga setelah beberapa hari melihat pemandangan itu, ia meminta bapak guru mengadap ke kantornya.
“Sudah beberapa hari ini saya melihat Bapak menggelantung di pohon kayu itu, baik saat mau masuk ke kelas dan keluar kelas. Boleh saya tahu, apa sebenarnya yang Bapak lakukan?” Tanya kepala sekolah, setelah keduanya berhadapan.
“Terus terang saja Pak, saya ini sebelum berangkat ke sekolah, banyak sekali persoalan yang saya hadapi, saya tak mau persoalan itu menganggu pikiran saya , saat saya berada di depan siswa saya” jawab sang guru.
“Lalu, apa hubungannya dengan menggantung di pohon?”
“Saat saya begelayut saya berkata, hei pohon, aku tak mau persoalan ku ini mengangguku saat aku masuk dan mengajar, aku titipkan persoalan ini kepadamu, dan saat keluar sekolah pun saya katakan ‘hei pohon’ kini aku sudah mengajar dan persoalan yang aku titipkan kepadamu aku ambil kembali” demikian jawab bapak guru tenang.
Cerita yang mungkin tidak lucu ini sebenarnya menyimpan agar tidak membawa persoalan ke dalam kelas, apapun caranya.
Untuk sahabat saya yang sering memasang wajah perang, sebenarnya saya ingin menyarankan padanya agar suatu waktu nanti, ia duduk di bangku murid. Lalu murid itu semuanya suruh ke luar, dan setelah itu satu persatu murid itu masuk ke kelas dan setiap murid melemparkan senyum padanya. Pada saat itu, saya sebenarnya ingin bertanya padanya, adakah alasan untuk tidak tersenyum?
Kalau orang Cina sukses dengan prinsip “Jangan dulu membuka toko sebelum tersenyum” saya yakin seorang guru juga akan sukses dengan moto “Jangan dulu masuk kelas kalau belum bisa tersenyum”. Sebuah cara yang sederhana untuk sukses dan dicintai murid , sebuah cara mudah untuk menjadi guru yang bisa membawa kesejukan di dalam kelas.Sayangnya,  kadang-kadang, kita selalu berpikir untuk melakukan hal-hal spektakuler untuk mengubah keadaan.

Diberdayakan oleh Blogger.