Salah satu kebiasaan anak-anak
sekolah serta anak remaja saat ini adalah member julukan di belakang nama
aslinya. Julukan atau nama-nama itu dimaksudkan untuk member kekhasan atau
semacam label agar lebih jelas di kenal. Sayangnya memang julukan itu cenderung
pada hal-hal yang bersifat negatif atau sesuatu yang berkonotasi negatif.
Seperti “si hideung” untuk anak yang berkult hitam. “Si cuek,” “Si tomboy” ,
“si colay” dan sebagainya. Malah tidak sedikit dari julukan itu yang
menyeraman, seperti “si copet” “ si ucing gering” dan si “Jablay”.
Sekilas , memang julukan itu
sebagai kegiatan iseng, atau sekedar menunukkan keakraban. Namun, bila
dicermati, julukan negatif tersebut merupakan “label” yang dapat menyebabkan si
empunya julukan memliki konsep diri negatif. Sebab julukan, biasanya berkaitan
dengan pribadi dan karakter seseorang. Apa yang terbayang pada seseorang bila
ia memiliki julukan “si copet”, “si ucing gering” dan “si jablay”?
Hari ini, saat saya masuk ke
kelas, saya menugaskan anak saya untuk memiliki julukannya sendiri. Julukan
apapun boleh asal memenuhi syarat sebagai berikut :
-
Memiliki makna yang positif
-
memiliki nilai keindahan
-
pendek dan mudah diingat
-
memotivasi pemiliknya
Selama sepuluh menit, para siswa
ditugaskan untuk mencari nama dengan syarat di atas. Setelah ditunggu , lalu
saya mengabsenya dan setiap siswa yang dipanggil menyebut nama julukannya untuk
diumumkan pada orang lain. Maka munculllah nama julukan : Ahmad si rajin, Ida
si cerdas, Rini si penyabar, Tatang si kreatif, Agus is smart, Euis is
beautiful Bambang si semangat dan
berbagai julukan yang membanggakan lainnya.
Setelah selesai, maka mereka
diaruskan mencantumkan pada buku pelajarannya, agar diingat. Lalu, melalui
upacara kecil, saya ajak mereka untuk mulai berjanji bahwa nama itu akan
melekat selamanya dan mulai hari ini mereka memiliki nama baru yang akan
menjadi kebanggaan dirinya.
Anak-anaku selamat memiliki nama
baru. Berbuatlah seperti nama yang kau miliki saat ini. !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar