Jumat, 08 Juni 2012

Di rimbun kemboja



(mengenang almarhum ayah)

Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur
Langit yang temaram  memantulkan cahaya, dari awan yang tersisa
Lamat-lamat menjelamakan sebua wajah wajah teduh , seperti dari sorga datangnya
“apa khabarmu anakku?” katanya dengan suara berat seakan-akan sudah berabad lamanya
Tak ada kata yang terucap kecuali  air mata yang basah menandakan kerinduan ini
seperti deretan batu pemakaman yang mebisu, ah mengapa perjumpaan ini hanya sesaat,
seperti sangkuriang yang bergegas membuat perahu karena mentari telah terlanjur tiba,
Wajah yang teduh itu tak berkata apa-apa, kecuali dari kelopak mata itu memancar
air mata kasih saying tentang  berjuta cerita yang  terjalin dalam irama suka dan duka
megapa senja ini terlalu cepat bergegas?  dan sosok itu kini hanyalah setitik cahaya di kejauhan
Sebelum air mata ini mengering dan pipi basah, hanya inilah  yang sempat berujar
“suatu saat,kita akan dipertamukan lagi, dalam satu keluarga, di sorga-Nya, Nak”
Sesaat kemudian rimbunan kemboja itu semakin sunyi, hanya dengus nafas yang mengalir perlahan
Setelah itu Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur, dan semakin mengabur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Jumat, 08 Juni 2012

Di rimbun kemboja



(mengenang almarhum ayah)

Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur
Langit yang temaram  memantulkan cahaya, dari awan yang tersisa
Lamat-lamat menjelamakan sebua wajah wajah teduh , seperti dari sorga datangnya
“apa khabarmu anakku?” katanya dengan suara berat seakan-akan sudah berabad lamanya
Tak ada kata yang terucap kecuali  air mata yang basah menandakan kerinduan ini
seperti deretan batu pemakaman yang mebisu, ah mengapa perjumpaan ini hanya sesaat,
seperti sangkuriang yang bergegas membuat perahu karena mentari telah terlanjur tiba,
Wajah yang teduh itu tak berkata apa-apa, kecuali dari kelopak mata itu memancar
air mata kasih saying tentang  berjuta cerita yang  terjalin dalam irama suka dan duka
megapa senja ini terlalu cepat bergegas?  dan sosok itu kini hanyalah setitik cahaya di kejauhan
Sebelum air mata ini mengering dan pipi basah, hanya inilah  yang sempat berujar
“suatu saat,kita akan dipertamukan lagi, dalam satu keluarga, di sorga-Nya, Nak”
Sesaat kemudian rimbunan kemboja itu semakin sunyi, hanya dengus nafas yang mengalir perlahan
Setelah itu Angin senja melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur, dan semakin mengabur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.