(mengenang almarhum ayah)
Angin senja melantunkan
wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur
Langit yang
temaram memantulkan cahaya, dari awan
yang tersisa
Lamat-lamat
menjelamakan sebua wajah wajah teduh , seperti dari sorga datangnya
“apa khabarmu anakku?”
katanya dengan suara berat seakan-akan sudah berabad lamanya
Tak ada kata yang
terucap kecuali air mata yang basah
menandakan kerinduan ini
seperti deretan batu
pemakaman yang mebisu, ah mengapa perjumpaan ini hanya sesaat,
seperti sangkuriang
yang bergegas membuat perahu karena mentari telah terlanjur tiba,
Wajah yang teduh itu
tak berkata apa-apa, kecuali dari kelopak mata itu memancar
air mata kasih saying
tentang berjuta cerita yang terjalin dalam irama suka dan duka
megapa senja ini
terlalu cepat bergegas? dan sosok itu
kini hanyalah setitik cahaya di kejauhan
Sebelum air mata ini
mengering dan pipi basah, hanya inilah
yang sempat berujar
“suatu saat,kita akan
dipertamukan lagi, dalam satu keluarga, di sorga-Nya, Nak”
Sesaat kemudian
rimbunan kemboja itu semakin sunyi, hanya dengus nafas yang mengalir perlahan
Setelah itu Angin senja
melantunkan wangi kemboja, pada deret-deret nisan yang mengabur, dan semakin
mengabur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar