Oleh Iwan
Ardhie priyana
Oleh Iwan
Ardhie priyana
Mengapa? Karena salah satu
factor pencetus stress adalah rutinitas yang monoton. Rutinitas yang
monoton akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan, bahasa gaulnya BT. Kalau
gurunya BT, jangan terlalu berharap anak didik kita bersemngat dan bergairah.
Kejenuhan yang secara tidak langsung ditunjukan guru, seperti virus yang akan
mudah menular pada siswa. Kalau gurunya sudah BT, dan anak meresponya dengan BT
pula, kira-kira apa yang terjadi di kelas ? Silahkan bayangkan sendiri.
Jadi, jawaban mengapa anak-anak
seperti kurang termotivasi belajar, yang sering dikeluhkan oleh para guru,
mungkin perl u di jawab sendiri oleh guru, apakah selama ini para guru
kita telah menumbuhkan iklim bergairah di dalam kelas? Kalau menggunakan
teori stimulus = respon , maka jawabanya mudah, respon yang diberikan siswa
adalah jawaban langsung dari stimulus guru. Stimulus yang kita berikan
dalam bentuk kejenuhan bisa di gambarakan sebagai negative, dan responnya pun
menjadi negatif pula. Jadi, seperti kata pepatah, kata berjawab gayung
bersambut.
Seperti yang telah disebutkan di
atas, rutinitas yang monoton akan menjadi factor pemicu stress. Hasil
penelitian yang ditemukan mengenai stress dan pekerjaan, dilihat dari
sisi psikologis memang bukan kabar baik, dan kelihatannya perlu
diwaspadai . Apa saja itu? Nah inilah sebagian gejalanya. :
Kecamasan, ketegangan,
kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustasi , marah dan
dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan
kerja
Kelelahan mental, penurunan
fungsi intelektual dan kehilanga n konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan
kreatifitas
Menurunnya rasa percaya diri.
Tidak ada yang bagus kan? Itu
baru satu aspek, masih ada aspek lain, misalnya gejala fisiologis dan
gejala perilaku. Tapi, stop dulu lah… tunggu ulasan berikutnya.
Harapannya, semoga tidak stress menunggu kabar berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar