Selasa, 05 Juni 2012

Jika tahun ajaran baru ini cara mengajar dan metode yang kita terapkan “kopi paste” dengan tahun yang lalu, maka bersiaplah untuk stress



Oleh Iwan Ardhie priyana
Oleh Iwan Ardhie priyana
Mengapa? Karena salah satu factor pencetus stress adalah rutinitas yang monoton. Rutinitas  yang monoton akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan, bahasa gaulnya BT. Kalau gurunya BT, jangan terlalu berharap anak didik kita bersemngat dan bergairah. Kejenuhan yang secara tidak langsung ditunjukan guru, seperti virus yang akan mudah menular pada siswa. Kalau gurunya sudah BT, dan anak meresponya dengan BT pula, kira-kira apa yang terjadi di kelas ?  Silahkan bayangkan sendiri.
Jadi, jawaban mengapa anak-anak seperti kurang termotivasi belajar, yang sering dikeluhkan oleh para guru, mungkin perl u di jawab sendiri oleh guru, apakah selama ini para guru  kita telah menumbuhkan iklim bergairah di dalam kelas? Kalau menggunakan teori stimulus = respon , maka jawabanya mudah, respon yang diberikan siswa adalah jawaban langsung dari stimulus guru. Stimulus yang kita berikan  dalam bentuk kejenuhan bisa di gambarakan sebagai negative, dan responnya pun menjadi negatif  pula. Jadi, seperti kata pepatah, kata berjawab gayung bersambut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, rutinitas  yang monoton akan menjadi factor pemicu stress. Hasil penelitian  yang ditemukan mengenai stress dan pekerjaan, dilihat dari sisi psikologis memang bukan kabar baik, dan  kelihatannya perlu diwaspadai . Apa saja itu? Nah inilah sebagian gejalanya. :
Kecamasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustasi , marah dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilanga n konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan kreatifitas
Menurunnya rasa percaya diri.
Tidak ada yang bagus kan? Itu baru satu aspek, masih ada aspek lain, misalnya gejala  fisiologis dan gejala perilaku. Tapi, stop dulu lah… tunggu ulasan berikutnya.  Harapannya, semoga tidak stress menunggu kabar berikutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Selasa, 05 Juni 2012

Jika tahun ajaran baru ini cara mengajar dan metode yang kita terapkan “kopi paste” dengan tahun yang lalu, maka bersiaplah untuk stress



Oleh Iwan Ardhie priyana
Oleh Iwan Ardhie priyana
Mengapa? Karena salah satu factor pencetus stress adalah rutinitas yang monoton. Rutinitas  yang monoton akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan, bahasa gaulnya BT. Kalau gurunya BT, jangan terlalu berharap anak didik kita bersemngat dan bergairah. Kejenuhan yang secara tidak langsung ditunjukan guru, seperti virus yang akan mudah menular pada siswa. Kalau gurunya sudah BT, dan anak meresponya dengan BT pula, kira-kira apa yang terjadi di kelas ?  Silahkan bayangkan sendiri.
Jadi, jawaban mengapa anak-anak seperti kurang termotivasi belajar, yang sering dikeluhkan oleh para guru, mungkin perl u di jawab sendiri oleh guru, apakah selama ini para guru  kita telah menumbuhkan iklim bergairah di dalam kelas? Kalau menggunakan teori stimulus = respon , maka jawabanya mudah, respon yang diberikan siswa adalah jawaban langsung dari stimulus guru. Stimulus yang kita berikan  dalam bentuk kejenuhan bisa di gambarakan sebagai negative, dan responnya pun menjadi negatif  pula. Jadi, seperti kata pepatah, kata berjawab gayung bersambut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, rutinitas  yang monoton akan menjadi factor pemicu stress. Hasil penelitian  yang ditemukan mengenai stress dan pekerjaan, dilihat dari sisi psikologis memang bukan kabar baik, dan  kelihatannya perlu diwaspadai . Apa saja itu? Nah inilah sebagian gejalanya. :
Kecamasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustasi , marah dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilanga n konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan kreatifitas
Menurunnya rasa percaya diri.
Tidak ada yang bagus kan? Itu baru satu aspek, masih ada aspek lain, misalnya gejala  fisiologis dan gejala perilaku. Tapi, stop dulu lah… tunggu ulasan berikutnya.  Harapannya, semoga tidak stress menunggu kabar berikutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.