Oleh Iwan A.Priyana
Manusia hidup dalam ruang dan
waktu yang terbatas. Akan tetapi manusia punya peluang untuk menjelajah ke angkasa luar, atau ke tempat
yang jauh sekalipun. Bahkan, juga berkelana atau menuju hari esok yang
diimpikannya. Manusia juga bisa membayangkan apapun yang diinginkannya yang
boleh jadi mustahil dilakukan dalam
keadaan nyata. Semua itu dimungkinkan karena manusia memiliki kesanggupan
berimajinasi. Imajinasi menurut aliran
psikologi behavioristik, merupakan satu dari empat anugerah yang dimiliki
manusia, disamping Self
Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati nurani), Independent Will
(kebebasan kehendak) .
Einstein menyebut bahwa imajinasi
lebih penting dari ilmu pengetahuan. Namun, sayangnya kegiatan berimajinasi
belum memiliki tempat yang semestinya, termasuk dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal ini berkaitan dengan persepsi umum bahwa imajinasi erat kaitannya
dengan menghayal. Dan menghayal adalah pekerjaan yang sia-sia.Padahal kegiatan
berimajinasi dalam pendidikan memiliki manfaat yang luar biasa, sebab dengan
berimajinasi dapat mendorong siswa lebih kreatif.
Terkadang Persepsi yang keliru,
sering kali membuat kegiatan berimajinasi menjadi terhambat. Hal ini dijumpai misalnya pada kegiatan menggambar dan kegiatan
mengarang pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengeksploitasi kemampuan
imajinasi kreatif para siswa, langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk
membantu mengembangkan kemampuan berimajinasi .
1. Berikan Stimulus Yang
menantang. Otak manusia sebenarnya akan mudah bekerja apabila diberi tantangan.
Imajinasi berkaitan dengan kerja otak. “Tuliskan pengalaman mu saat bajir” ,
boleh jadi kurang menarik, karena mungkin pengalaman itu adalah pengalaman yang
menyebalkan. Jangankan menceritakaanya, bahkan untuk mengingatnya pun siswa tidak suka. Ada pengalaman pengalaman hidup
yang tidak menyenangkan yang membuat siswa menjadi tertutup. Respon siswa akan
berbeda misalnya bila diminta menjadi seorang pejabat, baik presiden , mentri ,gubernur maupun bupati yang dihadapkan pada persoalan banjir .
Tentu akan sangat menarik bagaimana siswa memiliki solusi mengatasi bajir
dengan berpedoman pada imajinasinya.
Dalam menggambar, anak lebih
senang memilih sendiri objek yang menarik perhatiannya, bukan yang menarik
perhatian guru. Tak ada salahnya guru menantang siswa untuk menggambar objek
yang luar biasa, misalnya robot berkepala hewan, tabarakan kapal di udara,
perahu bersayap dan sebagainya. Ini tentu lebih menantang daripada diminta menggambar pemandangan alam, atau objek
tertentu yang sudah dispersiapkan guru.
2. Hindari Pembatasan. Imajinasi
akan mudah berkembang bila tidak ada hambatan berupa pembatasan-pembatasan
berdasarkan ukuran orang dewasa. Misalnya, siswa dalam menggambar gunung,
langit, sawah, siswa harus menyesuikan diri dengan keadaan aslinya. Seakan-akan
warna itu sudah baku dan menjadi ketentuan yang tidak boleh di ubah karena guru
berpikir tidak ada laut berwarna coklat, atau gunung berwarna pink. Dengan
berimajinasi,siswa bisa bereksperimen
dengan warna yang dipilih, dan ini tentu akan melahirkan warna-warna yang
diluar dugaan tapi sangat positif.
Demikian juga halnya dalam
pembelajaran mengarang. Terkadang sederet aturan , seperti jumlah paragraph,
kerangka karangan, dan aturan kebahasaan membuat siswa merasa terikat. Tentu saja, aturan tersebut tetap
harus diperhatikan, namun itu akan di lakukan setelah proses mengarang selesai.
Aturan-aturan dan pembatasan yang terlalu dini menimbulkan ketakutan dan rasa
bersalah apabila melanggarnya. Situasi tersebut tentu tidak mendukung upaya
untuk mengembangkan imajinasi. (Penulis guru SMP N1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg
Kab. Bandung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar