Selasa, 05 Juni 2012

Mengembangkan Imajinasi Siswa



Oleh Iwan A.Priyana

Manusia hidup dalam ruang dan waktu yang terbatas. Akan tetapi manusia punya peluang  untuk menjelajah ke angkasa luar, atau ke tempat yang jauh sekalipun. Bahkan,   juga   berkelana atau menuju hari esok yang diimpikannya. Manusia juga bisa membayangkan apapun yang diinginkannya yang boleh jadi mustahil  dilakukan dalam keadaan nyata. Semua itu dimungkinkan karena manusia memiliki kesanggupan berimajinasi. Imajinasi menurut  aliran psikologi behavioristik, merupakan satu dari empat anugerah yang dimiliki manusia, disamping Self Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati nurani), Independent Will (kebebasan kehendak)  .
Einstein menyebut bahwa imajinasi lebih penting dari ilmu pengetahuan. Namun, sayangnya kegiatan berimajinasi belum memiliki tempat yang semestinya, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini berkaitan dengan persepsi umum bahwa imajinasi erat kaitannya dengan menghayal. Dan menghayal adalah pekerjaan yang sia-sia.Padahal kegiatan berimajinasi dalam pendidikan memiliki manfaat yang luar biasa, sebab dengan berimajinasi dapat mendorong siswa lebih kreatif.
Terkadang Persepsi yang keliru, sering kali membuat kegiatan berimajinasi menjadi terhambat. Hal ini dijumpai  misalnya pada kegiatan menggambar dan kegiatan mengarang pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengeksploitasi kemampuan imajinasi kreatif para siswa, langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan berimajinasi .
1. Berikan Stimulus Yang menantang. Otak manusia sebenarnya akan mudah bekerja apabila diberi tantangan. Imajinasi berkaitan dengan kerja otak. “Tuliskan pengalaman mu saat bajir” , boleh jadi kurang menarik, karena mungkin pengalaman itu adalah pengalaman yang menyebalkan. Jangankan menceritakaanya, bahkan untuk mengingatnya pun siswa  tidak suka. Ada pengalaman pengalaman hidup yang tidak menyenangkan yang membuat siswa menjadi tertutup. Respon siswa akan berbeda misalnya bila diminta menjadi  seorang pejabat, baik presiden , mentri  ,gubernur maupun  bupati yang dihadapkan pada persoalan banjir . Tentu akan sangat menarik bagaimana siswa memiliki solusi mengatasi bajir dengan berpedoman pada  imajinasinya.
Dalam menggambar, anak lebih senang memilih sendiri objek yang menarik perhatiannya, bukan yang menarik perhatian guru. Tak ada salahnya guru menantang siswa untuk menggambar objek yang luar biasa, misalnya robot berkepala hewan, tabarakan kapal di udara, perahu bersayap dan sebagainya. Ini tentu lebih menantang daripada  diminta  menggambar pemandangan alam, atau objek tertentu yang sudah dispersiapkan guru.
2. Hindari Pembatasan. Imajinasi akan mudah berkembang bila tidak ada hambatan berupa pembatasan-pembatasan berdasarkan ukuran orang dewasa. Misalnya, siswa dalam menggambar gunung, langit, sawah, siswa harus menyesuikan diri dengan keadaan aslinya. Seakan-akan warna itu sudah baku dan menjadi ketentuan yang tidak boleh di ubah karena guru berpikir tidak ada laut berwarna coklat, atau gunung berwarna pink. Dengan berimajinasi,siswa  bisa bereksperimen dengan warna yang dipilih, dan ini tentu akan melahirkan warna-warna yang diluar dugaan tapi sangat positif.
Demikian juga halnya dalam pembelajaran mengarang. Terkadang sederet aturan , seperti jumlah paragraph, kerangka karangan, dan aturan kebahasaan membuat siswa merasa  terikat. Tentu saja, aturan tersebut tetap harus diperhatikan, namun itu akan di lakukan setelah proses mengarang selesai. Aturan-aturan dan pembatasan yang terlalu dini menimbulkan ketakutan dan rasa bersalah apabila melanggarnya. Situasi tersebut tentu tidak mendukung upaya untuk mengembangkan imajinasi. (Penulis guru SMP N1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kab. Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Selasa, 05 Juni 2012

Mengembangkan Imajinasi Siswa



Oleh Iwan A.Priyana

Manusia hidup dalam ruang dan waktu yang terbatas. Akan tetapi manusia punya peluang  untuk menjelajah ke angkasa luar, atau ke tempat yang jauh sekalipun. Bahkan,   juga   berkelana atau menuju hari esok yang diimpikannya. Manusia juga bisa membayangkan apapun yang diinginkannya yang boleh jadi mustahil  dilakukan dalam keadaan nyata. Semua itu dimungkinkan karena manusia memiliki kesanggupan berimajinasi. Imajinasi menurut  aliran psikologi behavioristik, merupakan satu dari empat anugerah yang dimiliki manusia, disamping Self Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati nurani), Independent Will (kebebasan kehendak)  .
Einstein menyebut bahwa imajinasi lebih penting dari ilmu pengetahuan. Namun, sayangnya kegiatan berimajinasi belum memiliki tempat yang semestinya, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini berkaitan dengan persepsi umum bahwa imajinasi erat kaitannya dengan menghayal. Dan menghayal adalah pekerjaan yang sia-sia.Padahal kegiatan berimajinasi dalam pendidikan memiliki manfaat yang luar biasa, sebab dengan berimajinasi dapat mendorong siswa lebih kreatif.
Terkadang Persepsi yang keliru, sering kali membuat kegiatan berimajinasi menjadi terhambat. Hal ini dijumpai  misalnya pada kegiatan menggambar dan kegiatan mengarang pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengeksploitasi kemampuan imajinasi kreatif para siswa, langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan berimajinasi .
1. Berikan Stimulus Yang menantang. Otak manusia sebenarnya akan mudah bekerja apabila diberi tantangan. Imajinasi berkaitan dengan kerja otak. “Tuliskan pengalaman mu saat bajir” , boleh jadi kurang menarik, karena mungkin pengalaman itu adalah pengalaman yang menyebalkan. Jangankan menceritakaanya, bahkan untuk mengingatnya pun siswa  tidak suka. Ada pengalaman pengalaman hidup yang tidak menyenangkan yang membuat siswa menjadi tertutup. Respon siswa akan berbeda misalnya bila diminta menjadi  seorang pejabat, baik presiden , mentri  ,gubernur maupun  bupati yang dihadapkan pada persoalan banjir . Tentu akan sangat menarik bagaimana siswa memiliki solusi mengatasi bajir dengan berpedoman pada  imajinasinya.
Dalam menggambar, anak lebih senang memilih sendiri objek yang menarik perhatiannya, bukan yang menarik perhatian guru. Tak ada salahnya guru menantang siswa untuk menggambar objek yang luar biasa, misalnya robot berkepala hewan, tabarakan kapal di udara, perahu bersayap dan sebagainya. Ini tentu lebih menantang daripada  diminta  menggambar pemandangan alam, atau objek tertentu yang sudah dispersiapkan guru.
2. Hindari Pembatasan. Imajinasi akan mudah berkembang bila tidak ada hambatan berupa pembatasan-pembatasan berdasarkan ukuran orang dewasa. Misalnya, siswa dalam menggambar gunung, langit, sawah, siswa harus menyesuikan diri dengan keadaan aslinya. Seakan-akan warna itu sudah baku dan menjadi ketentuan yang tidak boleh di ubah karena guru berpikir tidak ada laut berwarna coklat, atau gunung berwarna pink. Dengan berimajinasi,siswa  bisa bereksperimen dengan warna yang dipilih, dan ini tentu akan melahirkan warna-warna yang diluar dugaan tapi sangat positif.
Demikian juga halnya dalam pembelajaran mengarang. Terkadang sederet aturan , seperti jumlah paragraph, kerangka karangan, dan aturan kebahasaan membuat siswa merasa  terikat. Tentu saja, aturan tersebut tetap harus diperhatikan, namun itu akan di lakukan setelah proses mengarang selesai. Aturan-aturan dan pembatasan yang terlalu dini menimbulkan ketakutan dan rasa bersalah apabila melanggarnya. Situasi tersebut tentu tidak mendukung upaya untuk mengembangkan imajinasi. (Penulis guru SMP N1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kab. Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.