Senin, 04 Juni 2012

Akualisasi Nilai Kepahlawanan dalam Pendidikan



Oleh Iwan A.Priyana

Selama tiga abad lebih tanah air kita dibelenggu oleh penjajah, berkat jasa dan perjuangan para pahlawan belenggu itu berhasil dilepaskan. Oleh sebab itu , benarlah kata pepatah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang meghargai pahlawannya. Sebaliknya, hanya bangsa yang kerdilah yang tidak mau menghargai jasa para pahlawan yang telah mengorbankan harta dan raganya untuk mencapai kemerdekaan. Meski secara fisik perjuangan para pahlawan telah usai seiring dengan lahirnya kemerdekaan, akan tetapi sesungguhnya semangat serta nilai-nilai kepahlawanan harus tetap dikorbankan dan diaktulisasikan oleh generasi berikutnya. Atkualisasi nilai-nilai kepahlawanan tersebut dapat diimplemesikan dalam dunia pendidikan.

Setidaknya, ada tiga nilai kepahlawanan yang  perlu diaktulisasikan dalam dunia pendidikan, yakni : 1) berjuang untuk tujuan mulia, 2) rela berkorban dan 3) semangat pantang menyerah. 

Berjuang untuk tujuan mulia.  Kemerdekaan agar  bebas dari segala macam bentuk pejajahan adalah tujuan mulia yang senantiasa menjadi spirit perjuangan para pahlawan. Dalam konteks pendidikan, siswa yang belajar pada dasarnya ingin mencapai tujuan mulia, yakni mencapai cita-cita , serta menjadi manusia yang berguna. Inilah nilai yang perlu kembali di tanamkan pada siswa. Saat ini makna pendidikan sering kali direduksi hanya sekedar memperoleh ijazah, mendapat gelar, atau bahkan lebih sempit lagi hanya sekedar lulus  ujian. Pendangkalan tujuan pendidikan ini yang menyebabkan para siswa kehilangan semangat dan gairah belajar, menjadi apatis, dan bahkan mungkin kehilangan arah dan tujuan . Harapan untuk mencapai tujuan mulia itulah hal penting yang perlu terus menerus ditanamkan pada para siswa agar mereka menjadi manusia yang memiliki visi ke depan.

Para pejuang kita dahulu berjuang untuk mencapai kemerdekaan tersebut dengan mengorbankan, harta dan nyawa. Pepatah mengatakan “ Jer besuki mawa bea”, tiada perjuangan tanpa pengorbanan. Seseorang yang sudah berniat ingin berjuang tentu harus memikul resiko untuk mau berkorban. Mustahil sebuah perjuangan dapat direbut hanya dengan berpangku tangan, atau sekedar mengharap durian runtuh. Demikian juga dalam pendidikan. Pendidikan sebagai sebuah perjungan memerlukan pengorbanan, baik berupa finansial, waktu dan tenaga. Bahwa tujuan yang ingin dicapai haruslah melalui perjuangan yang berat, penuh tantangan dan hambatan. Para siswa perlu memahami hal ini agar mereka bersungguh-sungguh dalam menempuh pendidikan.

Seorang pahlawan memilki semangat pantang menyerah. Para pahlawan kita dikenal sebagai para pejuang yang gagah berani, meskipun mereka hanya bermodal bambu runcing , atau senjata rakitan. Tetapi semangat pantang menyerah yang dimiliki para pejuang bangsa inilah yang mampu mengalahkan senjata modern para penjajah. Saat ini, semangat itu perlu kembali di tanamkan dalam dunia pendidikan. Dewasa ini banyak siswa yang terpaksa drop out atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dengan alasan ekonomi. Angka partisipasi sekolah serta  angka rata-rata melanjutkan sekolah di beberapa daerah berada pada level rendah. Anak-anak yang berusia sekolah banyak yang terpaksa menjadi anak jalanan , pengamen , pemulung dsb, dengan alasan  biaya, meski pemerintah sudah  berupaya keras dengan berbagai program , seperti bea siswa untuk siswa miskin, bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS), serta  berbagai program untuk rakyat miskin lainnya. Ini salah satunya disebabkan karena mental yang lemah sehingga mudah menyerah dengan keadaan.

Kemiskinan sebenarnya bukan hambatan untuk mencapai cita-cita. Justru dengan segala keterbatasanlah yang menyebabkan siswa harus berjuang keras demi mencapai tujuan. Sejarah membuktikan bahwa , riwayat hidup orang-orang besar itu bukan dari keluarga kaya atau berkecukupan.
Penulis guru SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kab. Bandung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Senin, 04 Juni 2012

Akualisasi Nilai Kepahlawanan dalam Pendidikan



Oleh Iwan A.Priyana

Selama tiga abad lebih tanah air kita dibelenggu oleh penjajah, berkat jasa dan perjuangan para pahlawan belenggu itu berhasil dilepaskan. Oleh sebab itu , benarlah kata pepatah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang meghargai pahlawannya. Sebaliknya, hanya bangsa yang kerdilah yang tidak mau menghargai jasa para pahlawan yang telah mengorbankan harta dan raganya untuk mencapai kemerdekaan. Meski secara fisik perjuangan para pahlawan telah usai seiring dengan lahirnya kemerdekaan, akan tetapi sesungguhnya semangat serta nilai-nilai kepahlawanan harus tetap dikorbankan dan diaktulisasikan oleh generasi berikutnya. Atkualisasi nilai-nilai kepahlawanan tersebut dapat diimplemesikan dalam dunia pendidikan.

Setidaknya, ada tiga nilai kepahlawanan yang  perlu diaktulisasikan dalam dunia pendidikan, yakni : 1) berjuang untuk tujuan mulia, 2) rela berkorban dan 3) semangat pantang menyerah. 

Berjuang untuk tujuan mulia.  Kemerdekaan agar  bebas dari segala macam bentuk pejajahan adalah tujuan mulia yang senantiasa menjadi spirit perjuangan para pahlawan. Dalam konteks pendidikan, siswa yang belajar pada dasarnya ingin mencapai tujuan mulia, yakni mencapai cita-cita , serta menjadi manusia yang berguna. Inilah nilai yang perlu kembali di tanamkan pada siswa. Saat ini makna pendidikan sering kali direduksi hanya sekedar memperoleh ijazah, mendapat gelar, atau bahkan lebih sempit lagi hanya sekedar lulus  ujian. Pendangkalan tujuan pendidikan ini yang menyebabkan para siswa kehilangan semangat dan gairah belajar, menjadi apatis, dan bahkan mungkin kehilangan arah dan tujuan . Harapan untuk mencapai tujuan mulia itulah hal penting yang perlu terus menerus ditanamkan pada para siswa agar mereka menjadi manusia yang memiliki visi ke depan.

Para pejuang kita dahulu berjuang untuk mencapai kemerdekaan tersebut dengan mengorbankan, harta dan nyawa. Pepatah mengatakan “ Jer besuki mawa bea”, tiada perjuangan tanpa pengorbanan. Seseorang yang sudah berniat ingin berjuang tentu harus memikul resiko untuk mau berkorban. Mustahil sebuah perjuangan dapat direbut hanya dengan berpangku tangan, atau sekedar mengharap durian runtuh. Demikian juga dalam pendidikan. Pendidikan sebagai sebuah perjungan memerlukan pengorbanan, baik berupa finansial, waktu dan tenaga. Bahwa tujuan yang ingin dicapai haruslah melalui perjuangan yang berat, penuh tantangan dan hambatan. Para siswa perlu memahami hal ini agar mereka bersungguh-sungguh dalam menempuh pendidikan.

Seorang pahlawan memilki semangat pantang menyerah. Para pahlawan kita dikenal sebagai para pejuang yang gagah berani, meskipun mereka hanya bermodal bambu runcing , atau senjata rakitan. Tetapi semangat pantang menyerah yang dimiliki para pejuang bangsa inilah yang mampu mengalahkan senjata modern para penjajah. Saat ini, semangat itu perlu kembali di tanamkan dalam dunia pendidikan. Dewasa ini banyak siswa yang terpaksa drop out atau tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dengan alasan ekonomi. Angka partisipasi sekolah serta  angka rata-rata melanjutkan sekolah di beberapa daerah berada pada level rendah. Anak-anak yang berusia sekolah banyak yang terpaksa menjadi anak jalanan , pengamen , pemulung dsb, dengan alasan  biaya, meski pemerintah sudah  berupaya keras dengan berbagai program , seperti bea siswa untuk siswa miskin, bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS), serta  berbagai program untuk rakyat miskin lainnya. Ini salah satunya disebabkan karena mental yang lemah sehingga mudah menyerah dengan keadaan.

Kemiskinan sebenarnya bukan hambatan untuk mencapai cita-cita. Justru dengan segala keterbatasanlah yang menyebabkan siswa harus berjuang keras demi mencapai tujuan. Sejarah membuktikan bahwa , riwayat hidup orang-orang besar itu bukan dari keluarga kaya atau berkecukupan.
Penulis guru SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kab. Bandung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.