Oleh Iwan
A.Priyana
Selama tiga
abad lebih tanah air kita dibelenggu oleh penjajah, berkat jasa dan perjuangan
para pahlawan belenggu itu berhasil dilepaskan. Oleh sebab itu , benarlah kata
pepatah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang meghargai pahlawannya.
Sebaliknya, hanya bangsa yang kerdilah yang tidak mau menghargai jasa para
pahlawan yang telah mengorbankan harta dan raganya untuk mencapai kemerdekaan.
Meski secara fisik perjuangan para pahlawan telah usai seiring dengan lahirnya
kemerdekaan, akan tetapi sesungguhnya semangat serta nilai-nilai kepahlawanan harus
tetap dikorbankan dan diaktulisasikan oleh generasi berikutnya. Atkualisasi
nilai-nilai kepahlawanan tersebut dapat diimplemesikan dalam dunia pendidikan.
Setidaknya,
ada tiga nilai kepahlawanan yang perlu
diaktulisasikan dalam dunia pendidikan, yakni : 1) berjuang untuk tujuan mulia,
2) rela berkorban dan 3) semangat pantang menyerah.
Berjuang untuk
tujuan mulia. Kemerdekaan agar bebas dari segala macam bentuk pejajahan adalah
tujuan mulia yang senantiasa menjadi spirit perjuangan para pahlawan. Dalam
konteks pendidikan, siswa yang belajar pada dasarnya ingin mencapai tujuan
mulia, yakni mencapai cita-cita , serta menjadi manusia yang berguna. Inilah
nilai yang perlu kembali di tanamkan pada siswa. Saat ini makna pendidikan
sering kali direduksi hanya sekedar memperoleh ijazah, mendapat gelar, atau
bahkan lebih sempit lagi hanya sekedar lulus
ujian. Pendangkalan tujuan pendidikan ini yang menyebabkan para siswa
kehilangan semangat dan gairah belajar, menjadi apatis, dan bahkan mungkin
kehilangan arah dan tujuan . Harapan untuk mencapai tujuan mulia itulah hal
penting yang perlu terus menerus ditanamkan pada para siswa agar mereka menjadi
manusia yang memiliki visi ke depan.
Para pejuang
kita dahulu berjuang untuk mencapai kemerdekaan tersebut dengan mengorbankan,
harta dan nyawa. Pepatah mengatakan “ Jer besuki mawa bea”, tiada perjuangan
tanpa pengorbanan. Seseorang yang sudah berniat ingin berjuang tentu harus
memikul resiko untuk mau berkorban. Mustahil sebuah perjuangan dapat direbut
hanya dengan berpangku tangan, atau sekedar mengharap durian runtuh. Demikian
juga dalam pendidikan. Pendidikan sebagai sebuah perjungan memerlukan
pengorbanan, baik berupa finansial, waktu dan tenaga. Bahwa tujuan yang ingin
dicapai haruslah melalui perjuangan yang berat, penuh tantangan dan hambatan.
Para siswa perlu memahami hal ini agar mereka bersungguh-sungguh dalam menempuh
pendidikan.
Seorang
pahlawan memilki semangat pantang menyerah. Para pahlawan kita dikenal sebagai
para pejuang yang gagah berani, meskipun mereka hanya bermodal bambu runcing ,
atau senjata rakitan. Tetapi semangat pantang menyerah yang dimiliki para
pejuang bangsa inilah yang mampu mengalahkan senjata modern para penjajah. Saat
ini, semangat itu perlu kembali di tanamkan dalam dunia pendidikan. Dewasa ini
banyak siswa yang terpaksa drop out atau tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi dengan alasan ekonomi. Angka partisipasi sekolah serta angka rata-rata melanjutkan sekolah di
beberapa daerah berada pada level rendah. Anak-anak yang berusia sekolah banyak
yang terpaksa menjadi anak jalanan , pengamen , pemulung dsb, dengan
alasan biaya, meski pemerintah
sudah berupaya keras dengan berbagai
program , seperti bea siswa untuk siswa miskin, bantuan Biaya Operasional
Sekolah (BOS), serta berbagai program
untuk rakyat miskin lainnya. Ini salah satunya disebabkan karena mental yang
lemah sehingga mudah menyerah dengan keadaan.
Kemiskinan
sebenarnya bukan hambatan untuk mencapai cita-cita. Justru dengan segala
keterbatasanlah yang menyebabkan siswa harus berjuang keras demi mencapai
tujuan. Sejarah membuktikan bahwa , riwayat hidup orang-orang besar itu bukan
dari keluarga kaya atau berkecukupan.
Penulis guru
SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kab. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar