Memahami Otak Manusia
Judul :
Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak
Penulis : Jalaludin Rakhmat
Penerbit : Peberbit Kaifa Bandung
Cetakan : Kesatu, September 2010
Tebal : 288 hal.
Secara fisiologis otak manusia
serupa tetapi tidak sama dengan tikus dan binatang lainnya. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli
untuk menganalisis perkembangan otak manusia, mengambil tikus sebagai
objeknya. Salah satunya adalah penelitian
yang dilakukan Ilmuwan saraf Fred Gage di The Salk Insitutute for Biological
Studies di Lajolla, California. Bersama timnya Gage menempatkan bayi-bayi tikus
dalam dua kelompok. Kelompok pertama pada sangkar laboratorium yang biasa. Sedangkan
kelompok yang kedua pada lingkungan yang “diperkaya” dengan anak-anak tangga,
roda-roda berputar, makanan baru dan banyak interaksi social. Dua bulan
kemudian, dengan menggunakan obat
pelacak untuk mendeteksi sel-sel otak baru, diperioleh hasil yang menakjubkan.
Tikus yang berada dalam sangkar yang biasa mempunyai 270.000 netron pada setiap
belahan hippocampus. Sementara itu,
tikus yang tumbuh dalam sangkar yang
“diperkaya” memiliki 50.000 sel otak
lebih banyak pada setiap belahan hippocampus.
Artinya, lingkungan seperti pada tikus dalam sangkar yang diperkaya, dan penuh rangsangan menambahkan 20 persen lebih
banyak sel otak.Penelitian yang dilakukan Gage telah mematahkan anggapan yang selama ini berkembang, bahwa
potensi otak manusia disebabkan oleh keturunan. Perbadingan antara factor
lingkungan dan keturunan berada pada
posisi fifty-fity.
Pada usia tua bahkan otak manusia bisa semakin cerdas .Biarawati
di School Sisters of Notre Dame, di pedesaan
Mankato, Minnesota, Amrika mencapai umur lebih dari 90 tahun. Bahkan
sebagian besar ada yang mencapai usaia seratus. Resepnya adalah para biarawati
tersebut terus menerus memberikan tantangan pada otaknya dengan kuis kata-kata
, teka-teki dan debat tentang pemeliharaan kesehatan. Bagi mereka “Jiwa yang
malas adalah mainan setan”.
Sebagaimana organ tubuh lainnya,
otak memerlukan makanan. Makanan yang terbaik bagi otak bersumber dari lemak
yang berasal dari ikan, seperti ikan salmon, ikan paus dan anjing laut. Lemak
dari ikan tersebut mengandung zat yang disebut omega3. Kekurangan zat tersebut
pada manusia akan berakibat timbulnya penyakit mental seperti : depresi,
ingatan yang jelek, kecerdasan yang
rendah, kelemahan belajar, disleksia, pikun dan penyakit saraf degenartif.
Dalam ungkapan yang hiperbolis, sekiranya nenek moyang kita tidak makan ikan,
kita sekarang masih bergayut di pepohonan atau berjalan terbungkuk-bungkuk
dengan membawa peralatan yang primitive.
Dalam hal otak ,siapapun tahu
bagaimana kejeniusan otak Einstein. Hal ini mengudang para ilmuwan untuk
meneliti apa yang ada di otak Eistein.
Adalah Marian C. Diamond mantan Kepala Lawrebce Hall of Science Universitas
California Berkeley yang mendapat kehormatan untuk membedah otak Einstein. Para
pakar berharap Dr. Diamon bisa menjawab pertanyaan apakah otak para jenius berbeda secara fisik dengan otak kebanyakan orang?. Setelah
membedah otak Einstein dan
membandingkannya dengan sebelas otak
manusia lainnya,ditemukan bahwa secara
fisik tidak terdapat pebedaan berarti
antara otak Einstein dengan sebelas otak lainnya, dengan pengecualian yang
menarik bahwa otak Einstein terdapat
jenis sel tertentu yang berjumlah sangat banyak. Daerah tersebut disebut Area
39, para penelitia percaya bahwa Area 39 adalah
situs yang paling canggih dan paling berkembang (highly evolved).
Banyak informasi yang berharga
dari buku Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak, yang ditulis Jalaludin
Rakhmat ini. Paparan di atas, hanya sebagian dari berbagai hal yang menarik dan
mengangumkan dari otak manusia. Begitu banyak informasi penting yang terdapat
dalam buku ini, sehingga buku ini pantas menjadi referensi bagi guru, dokter,
psikolog, maupun orang tua. Melalui buku itu pembaca akan disuguhi hasil
penelitian para ilmuwan untuk mengungkap bagaimana otak manusia bekerja. Meski
buku ini tetap menjaga ciri ilmiahnya, namun tidak berarti buku ini akan menjad
buku teks yang membosankan. Jalaludin Rakhmat mengemas uraian yang serius men
jadi santai bahkan dengan cara berseloroh. Buku ini dilngkapi pula dengan
illustrasi, sehingga membantu pembaca untuk lebih memahami uraian yang ada di
dalamnya. Meski, buku ini banyak disesaki istilah istilah yang rumit tentang bagaimana otak
bekerja, namun pembaca seperti
dikakatakan penulisnya tidak harus menjadi penghambat untuk memahami buku ini.
(Iwan Ardhie Priyana, guru SMPN 1 Nagreg, SMP YP 17 Nagreg, dan Pengelola Bapinger
Education Cicalengka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar