Senin, 04 Juni 2012


Memahami Otak Manusia

Judul                           : Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak
Penulis                       : Jalaludin Rakhmat
Penerbit                    : Peberbit Kaifa Bandung
Cetakan                     : Kesatu, September 2010
Tebal                           :  288 hal.

Secara fisiologis otak manusia serupa tetapi tidak sama dengan tikus dan binatang lainnya.  Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli untuk menganalisis perkembangan otak manusia, mengambil tikus sebagai objeknya.  Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Ilmuwan saraf Fred Gage di The Salk Insitutute for Biological Studies di Lajolla, California. Bersama timnya Gage menempatkan bayi-bayi tikus dalam dua kelompok. Kelompok pertama pada sangkar laboratorium yang biasa. Sedangkan kelompok yang kedua pada lingkungan yang “diperkaya” dengan anak-anak tangga, roda-roda berputar, makanan baru dan banyak interaksi social. Dua bulan kemudian,  dengan menggunakan obat pelacak untuk mendeteksi sel-sel otak baru, diperioleh hasil yang menakjubkan. Tikus yang berada dalam sangkar yang biasa mempunyai 270.000 netron pada setiap belahan hippocampus. Sementara itu, tikus  yang tumbuh dalam sangkar yang “diperkaya”  memiliki 50.000 sel otak lebih banyak pada setiap belahan hippocampus. Artinya, lingkungan  seperti  pada tikus dalam sangkar yang diperkaya, dan  penuh rangsangan menambahkan 20 persen lebih banyak sel otak.Penelitian yang dilakukan Gage telah mematahkan  anggapan yang selama ini berkembang, bahwa potensi otak manusia disebabkan oleh keturunan. Perbadingan antara factor lingkungan dan keturunan  berada pada posisi fifty-fity.
Pada usia tua bahkan  otak manusia bisa semakin cerdas .Biarawati di School Sisters of Notre Dame, di pedesaan  Mankato, Minnesota, Amrika mencapai umur lebih dari 90 tahun. Bahkan sebagian besar ada yang mencapai usaia seratus. Resepnya adalah para biarawati tersebut terus menerus memberikan tantangan pada otaknya dengan kuis kata-kata , teka-teki dan debat tentang pemeliharaan kesehatan. Bagi mereka “Jiwa yang malas adalah mainan setan”.
Sebagaimana organ tubuh lainnya, otak memerlukan makanan. Makanan yang terbaik bagi otak bersumber dari lemak yang berasal dari ikan, seperti ikan salmon, ikan paus dan anjing laut. Lemak dari ikan tersebut mengandung zat yang disebut omega3. Kekurangan zat tersebut pada manusia akan berakibat timbulnya penyakit mental seperti : depresi, ingatan  yang jelek, kecerdasan yang rendah, kelemahan belajar, disleksia, pikun dan penyakit saraf degenartif. Dalam ungkapan yang hiperbolis, sekiranya nenek moyang kita tidak makan ikan, kita sekarang masih bergayut di pepohonan atau berjalan terbungkuk-bungkuk dengan membawa peralatan yang primitive.
Dalam hal otak ,siapapun tahu bagaimana kejeniusan otak Einstein. Hal ini mengudang para ilmuwan untuk meneliti  apa yang ada di otak Eistein. Adalah Marian C. Diamond mantan Kepala Lawrebce Hall of Science Universitas California Berkeley yang mendapat kehormatan untuk membedah otak Einstein. Para pakar berharap Dr. Diamon bisa menjawab pertanyaan  apakah otak para jenius  berbeda secara  fisik dengan otak kebanyakan orang?. Setelah membedah otak Einstein  dan membandingkannya dengan  sebelas otak manusia lainnya,ditemukan bahwa  secara fisik tidak terdapat pebedaan  berarti antara otak Einstein dengan sebelas otak lainnya, dengan pengecualian yang menarik bahwa otak Einstein  terdapat jenis sel tertentu yang berjumlah sangat banyak. Daerah tersebut disebut Area 39, para penelitia percaya bahwa Area 39 adalah  situs yang paling canggih dan paling berkembang (highly evolved).
Banyak informasi yang berharga dari buku Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak, yang ditulis Jalaludin Rakhmat ini. Paparan di atas, hanya sebagian dari berbagai hal yang menarik dan mengangumkan dari otak manusia. Begitu banyak informasi penting yang terdapat dalam buku ini, sehingga buku ini pantas menjadi referensi bagi guru, dokter, psikolog, maupun orang tua. Melalui buku itu pembaca akan disuguhi hasil penelitian para ilmuwan untuk mengungkap bagaimana otak manusia bekerja. Meski buku ini tetap menjaga ciri ilmiahnya, namun tidak berarti buku ini akan menjad buku teks yang membosankan. Jalaludin Rakhmat mengemas uraian yang serius men jadi santai bahkan dengan cara berseloroh. Buku ini dilngkapi pula dengan illustrasi, sehingga membantu pembaca untuk lebih memahami uraian yang ada di dalamnya. Meski, buku ini banyak disesaki istilah  istilah yang rumit tentang bagaimana otak bekerja, namun pembaca   seperti dikakatakan penulisnya tidak harus menjadi penghambat untuk memahami buku ini. (Iwan Ardhie Priyana, guru SMPN 1 Nagreg, SMP YP 17 Nagreg, dan Pengelola Bapinger Education Cicalengka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Senin, 04 Juni 2012


Memahami Otak Manusia

Judul                           : Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak
Penulis                       : Jalaludin Rakhmat
Penerbit                    : Peberbit Kaifa Bandung
Cetakan                     : Kesatu, September 2010
Tebal                           :  288 hal.

Secara fisiologis otak manusia serupa tetapi tidak sama dengan tikus dan binatang lainnya.  Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli untuk menganalisis perkembangan otak manusia, mengambil tikus sebagai objeknya.  Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Ilmuwan saraf Fred Gage di The Salk Insitutute for Biological Studies di Lajolla, California. Bersama timnya Gage menempatkan bayi-bayi tikus dalam dua kelompok. Kelompok pertama pada sangkar laboratorium yang biasa. Sedangkan kelompok yang kedua pada lingkungan yang “diperkaya” dengan anak-anak tangga, roda-roda berputar, makanan baru dan banyak interaksi social. Dua bulan kemudian,  dengan menggunakan obat pelacak untuk mendeteksi sel-sel otak baru, diperioleh hasil yang menakjubkan. Tikus yang berada dalam sangkar yang biasa mempunyai 270.000 netron pada setiap belahan hippocampus. Sementara itu, tikus  yang tumbuh dalam sangkar yang “diperkaya”  memiliki 50.000 sel otak lebih banyak pada setiap belahan hippocampus. Artinya, lingkungan  seperti  pada tikus dalam sangkar yang diperkaya, dan  penuh rangsangan menambahkan 20 persen lebih banyak sel otak.Penelitian yang dilakukan Gage telah mematahkan  anggapan yang selama ini berkembang, bahwa potensi otak manusia disebabkan oleh keturunan. Perbadingan antara factor lingkungan dan keturunan  berada pada posisi fifty-fity.
Pada usia tua bahkan  otak manusia bisa semakin cerdas .Biarawati di School Sisters of Notre Dame, di pedesaan  Mankato, Minnesota, Amrika mencapai umur lebih dari 90 tahun. Bahkan sebagian besar ada yang mencapai usaia seratus. Resepnya adalah para biarawati tersebut terus menerus memberikan tantangan pada otaknya dengan kuis kata-kata , teka-teki dan debat tentang pemeliharaan kesehatan. Bagi mereka “Jiwa yang malas adalah mainan setan”.
Sebagaimana organ tubuh lainnya, otak memerlukan makanan. Makanan yang terbaik bagi otak bersumber dari lemak yang berasal dari ikan, seperti ikan salmon, ikan paus dan anjing laut. Lemak dari ikan tersebut mengandung zat yang disebut omega3. Kekurangan zat tersebut pada manusia akan berakibat timbulnya penyakit mental seperti : depresi, ingatan  yang jelek, kecerdasan yang rendah, kelemahan belajar, disleksia, pikun dan penyakit saraf degenartif. Dalam ungkapan yang hiperbolis, sekiranya nenek moyang kita tidak makan ikan, kita sekarang masih bergayut di pepohonan atau berjalan terbungkuk-bungkuk dengan membawa peralatan yang primitive.
Dalam hal otak ,siapapun tahu bagaimana kejeniusan otak Einstein. Hal ini mengudang para ilmuwan untuk meneliti  apa yang ada di otak Eistein. Adalah Marian C. Diamond mantan Kepala Lawrebce Hall of Science Universitas California Berkeley yang mendapat kehormatan untuk membedah otak Einstein. Para pakar berharap Dr. Diamon bisa menjawab pertanyaan  apakah otak para jenius  berbeda secara  fisik dengan otak kebanyakan orang?. Setelah membedah otak Einstein  dan membandingkannya dengan  sebelas otak manusia lainnya,ditemukan bahwa  secara fisik tidak terdapat pebedaan  berarti antara otak Einstein dengan sebelas otak lainnya, dengan pengecualian yang menarik bahwa otak Einstein  terdapat jenis sel tertentu yang berjumlah sangat banyak. Daerah tersebut disebut Area 39, para penelitia percaya bahwa Area 39 adalah  situs yang paling canggih dan paling berkembang (highly evolved).
Banyak informasi yang berharga dari buku Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak, yang ditulis Jalaludin Rakhmat ini. Paparan di atas, hanya sebagian dari berbagai hal yang menarik dan mengangumkan dari otak manusia. Begitu banyak informasi penting yang terdapat dalam buku ini, sehingga buku ini pantas menjadi referensi bagi guru, dokter, psikolog, maupun orang tua. Melalui buku itu pembaca akan disuguhi hasil penelitian para ilmuwan untuk mengungkap bagaimana otak manusia bekerja. Meski buku ini tetap menjaga ciri ilmiahnya, namun tidak berarti buku ini akan menjad buku teks yang membosankan. Jalaludin Rakhmat mengemas uraian yang serius men jadi santai bahkan dengan cara berseloroh. Buku ini dilngkapi pula dengan illustrasi, sehingga membantu pembaca untuk lebih memahami uraian yang ada di dalamnya. Meski, buku ini banyak disesaki istilah  istilah yang rumit tentang bagaimana otak bekerja, namun pembaca   seperti dikakatakan penulisnya tidak harus menjadi penghambat untuk memahami buku ini. (Iwan Ardhie Priyana, guru SMPN 1 Nagreg, SMP YP 17 Nagreg, dan Pengelola Bapinger Education Cicalengka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.