Senin, 04 Juni 2012

Seekor unta bernama “Habibi”


Diikisahkan, di salah satu tempat di Arab terdapat sebuah  makam yang dianggap keramat dan men jadi tempat berziarah banyak orang. Tentang siapa yang dimakamkan di sana, tidak banyak yang tahu persis. Hanya memang menurut yang menjaga makam itu, di tempat itu dimakamkan seorang soleh. Para peziarah  yang datang ke tempat itu banyak memperoleh barokah. Sehingga makam itu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai pelosok.
Sang penjaga makan keramat memiliki seorang  anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa. Suatu hari, Sang Anak meminta izin pada ayahnya untuk pergi meninggalkan tempa itu untuk mengembara. Sang penjaga makam sebenarnya keberatan, mengingat anak itu satu-satunya harapan untuk menggantikannya menjaga makam itu bila ia meninggal. Namun, ia tidak bisa menghalangi kepergian anaknya tersebut. Saat berpisah dengan anaknya, diberikanlah untuk anaknya  “si habibi” seekor unta   kesayangan yang selama ini dipeliharanya.
Sang anak itu pun akhirnya pergi dengan ditemani si habibi. Entah sudah berapa lama waktu berjalan dan sudah berapa jarak yang ditempuh oleh sang anak itu. Perjalanan jauh itu rupanya menyebabkan si habibi tak kuat lagi. SI habibi ,menderta sakit, dan tak lama kemudian mati. Tentu saja kematian si habibi meninggalkan luka dan kesedihan yang dalam. Sebagai bukti rasa sayangya pada si habibi, maka  di makamkam lah dengan segala penghormatan dalam sebuah lubang kubur. Di atas kuburan itulah sang anak terus-menerus menangis mengenang jasa-jasa yang pernah diberikan habibi kepadanya.
Kuburan si habibi terletak di sebuah jalan dimana banyak para pedagang yang lalu lintas ke tempat itu. Banyak pedagang yang menyaksikan  ada seseorang yang menangis di sebuah makam. Tentu ini makam seseorang saleh atau makam seorang yang banyak ilmunya. Demikian pikir orang-orang yang kebetulan lewat ke tempat itu. Sehingga banyak juga orang yang berdoa dan melakukan ziarah di tempat itu. Konon, setelah rang-orang yang berdoa ketempat itu banyak yang memperoleh barokah, sehingga makan tersebut  menjadi terkenal, dan tentunya  semakin mengundang banyak peziarah lainnya.
Kemashuran makam  yang dianggap keramat itu  menyebabkan orang-orang mempercayai bahwa di tempat itu benar-benar dimakamkan seorang sech yan saleh. Tentang rahasia sebenarnya, tentu hanya penjaga makam lah yang mengetahuinya. Membongkar rahasia makam kemarat yang kini dijaganya berarti menghilangkan banyak keuntungan yang selama ini telah dinikmatinya. Kalaupun nanti orang tahu siapa kah yang dimakankan di sana  sebenarnya, orang-orang yang datang ke tempat itu tentu tidak akan mau  percaya.
Rupanya kemashuran makam keramat tersebut telah sampai ke telinga ayahnya. Mendengar ada  tempat berziarah yang terkenal, mendorong sang ayah untuk mengunjunginya. Ia pun pergi meningglkan makam yang selama ini dijaganya. Ketika sampai di makam itu, amatlah terkejut dan terharu ketika ia tahu kalau anaknya yang selama ini pergi rupanya menjadi penjaga di makam itu. Pertemuan ayah dan anak itu  digunakan untuk saling melepas rindu setelah berapa lama mereka berpisah.  Saat keduanya berbincang, berkatalah sang ayah “ Nak, dari sejak ayah datang ke sini, ayah tidak melihat si habibi, sehatkah ia?” .
Untuk beberapa sat sang anak tertegun, lalu dengan perlahan ia becerita  pada ayahnya bahwa si habibi adalah unta yang berjasa dan telah banyak membantunya. Ia telah merawat dan mengurus s habibi dengan penuh kasih sayang . “Namun, sayang habibi harus meninggalkan dirinya untuk selamanya ” demikian kata anaknya.
Mendengar itu, tampaklah kesedihan dari sang ayah. Keduanya  sesaat kemudian terdiam dalam suasana keharuan.
“ Apakah bangkainya kau buang, seperti binatang lain, atau kah kau urus dia sebagai bukti bahwa kau menaruh sayang padanya?” Tanya sang ayah. “Tidak, si habibi ku makam kan dengan segala penghormatan” jawab anaknya.
“Dapatlah kau tunjukkan di mana makamnya?”
“Itu “ kata sang anak sambil menunjuk makam yang tengah di kelilingi banyak orang yang sedang berdoa. Sesaat kemudian ayahnya tertegun.
Setelah beberapa lama terdiam, ayahnya mulai berkata lagi. “Nak, mungkin sudah saatnya aku mengatakan suatu rahasia kepadamu, rahasia yang sudah lama ayah simpam..”
“Maksud ayah?” Tanya anaknya sambil memandang wajaha ayahnya.
“Sudah lama kita membohongi orang-orang yang datang ke makam ayah atau pun ke makam mu di sini, engkau  sendiri tak pernah  tahu dan tak pernah  bertanya  kepada ayah, makam siapa sebenarnya yang ayah jaga itu bukan?”.
Anaknya mengangguk.
“Bukankah di makam  yang ayah jaga itu , makam seorang syech dan dia orang yang soleh sehingga banyak orang yang ziarah untuk mendapat barokah?” Tanya sang anak.
“Bukan, di makan itu bukan syeh atau bukan orang yang soleh….” Jawab ayahnya.
“Lalu, makan siapa sebenarnya?”
“Makam itu tak lain dan tak bukan adalah makam induk  si habibi”. Jawab ayahnya.


Diolah dan diterjemahkan dari  cerita – cerita Moh. Ambri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Senin, 04 Juni 2012

Seekor unta bernama “Habibi”


Diikisahkan, di salah satu tempat di Arab terdapat sebuah  makam yang dianggap keramat dan men jadi tempat berziarah banyak orang. Tentang siapa yang dimakamkan di sana, tidak banyak yang tahu persis. Hanya memang menurut yang menjaga makam itu, di tempat itu dimakamkan seorang soleh. Para peziarah  yang datang ke tempat itu banyak memperoleh barokah. Sehingga makam itu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai pelosok.
Sang penjaga makan keramat memiliki seorang  anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa. Suatu hari, Sang Anak meminta izin pada ayahnya untuk pergi meninggalkan tempa itu untuk mengembara. Sang penjaga makam sebenarnya keberatan, mengingat anak itu satu-satunya harapan untuk menggantikannya menjaga makam itu bila ia meninggal. Namun, ia tidak bisa menghalangi kepergian anaknya tersebut. Saat berpisah dengan anaknya, diberikanlah untuk anaknya  “si habibi” seekor unta   kesayangan yang selama ini dipeliharanya.
Sang anak itu pun akhirnya pergi dengan ditemani si habibi. Entah sudah berapa lama waktu berjalan dan sudah berapa jarak yang ditempuh oleh sang anak itu. Perjalanan jauh itu rupanya menyebabkan si habibi tak kuat lagi. SI habibi ,menderta sakit, dan tak lama kemudian mati. Tentu saja kematian si habibi meninggalkan luka dan kesedihan yang dalam. Sebagai bukti rasa sayangya pada si habibi, maka  di makamkam lah dengan segala penghormatan dalam sebuah lubang kubur. Di atas kuburan itulah sang anak terus-menerus menangis mengenang jasa-jasa yang pernah diberikan habibi kepadanya.
Kuburan si habibi terletak di sebuah jalan dimana banyak para pedagang yang lalu lintas ke tempat itu. Banyak pedagang yang menyaksikan  ada seseorang yang menangis di sebuah makam. Tentu ini makam seseorang saleh atau makam seorang yang banyak ilmunya. Demikian pikir orang-orang yang kebetulan lewat ke tempat itu. Sehingga banyak juga orang yang berdoa dan melakukan ziarah di tempat itu. Konon, setelah rang-orang yang berdoa ketempat itu banyak yang memperoleh barokah, sehingga makan tersebut  menjadi terkenal, dan tentunya  semakin mengundang banyak peziarah lainnya.
Kemashuran makam  yang dianggap keramat itu  menyebabkan orang-orang mempercayai bahwa di tempat itu benar-benar dimakamkan seorang sech yan saleh. Tentang rahasia sebenarnya, tentu hanya penjaga makam lah yang mengetahuinya. Membongkar rahasia makam kemarat yang kini dijaganya berarti menghilangkan banyak keuntungan yang selama ini telah dinikmatinya. Kalaupun nanti orang tahu siapa kah yang dimakankan di sana  sebenarnya, orang-orang yang datang ke tempat itu tentu tidak akan mau  percaya.
Rupanya kemashuran makam keramat tersebut telah sampai ke telinga ayahnya. Mendengar ada  tempat berziarah yang terkenal, mendorong sang ayah untuk mengunjunginya. Ia pun pergi meningglkan makam yang selama ini dijaganya. Ketika sampai di makam itu, amatlah terkejut dan terharu ketika ia tahu kalau anaknya yang selama ini pergi rupanya menjadi penjaga di makam itu. Pertemuan ayah dan anak itu  digunakan untuk saling melepas rindu setelah berapa lama mereka berpisah.  Saat keduanya berbincang, berkatalah sang ayah “ Nak, dari sejak ayah datang ke sini, ayah tidak melihat si habibi, sehatkah ia?” .
Untuk beberapa sat sang anak tertegun, lalu dengan perlahan ia becerita  pada ayahnya bahwa si habibi adalah unta yang berjasa dan telah banyak membantunya. Ia telah merawat dan mengurus s habibi dengan penuh kasih sayang . “Namun, sayang habibi harus meninggalkan dirinya untuk selamanya ” demikian kata anaknya.
Mendengar itu, tampaklah kesedihan dari sang ayah. Keduanya  sesaat kemudian terdiam dalam suasana keharuan.
“ Apakah bangkainya kau buang, seperti binatang lain, atau kah kau urus dia sebagai bukti bahwa kau menaruh sayang padanya?” Tanya sang ayah. “Tidak, si habibi ku makam kan dengan segala penghormatan” jawab anaknya.
“Dapatlah kau tunjukkan di mana makamnya?”
“Itu “ kata sang anak sambil menunjuk makam yang tengah di kelilingi banyak orang yang sedang berdoa. Sesaat kemudian ayahnya tertegun.
Setelah beberapa lama terdiam, ayahnya mulai berkata lagi. “Nak, mungkin sudah saatnya aku mengatakan suatu rahasia kepadamu, rahasia yang sudah lama ayah simpam..”
“Maksud ayah?” Tanya anaknya sambil memandang wajaha ayahnya.
“Sudah lama kita membohongi orang-orang yang datang ke makam ayah atau pun ke makam mu di sini, engkau  sendiri tak pernah  tahu dan tak pernah  bertanya  kepada ayah, makam siapa sebenarnya yang ayah jaga itu bukan?”.
Anaknya mengangguk.
“Bukankah di makam  yang ayah jaga itu , makam seorang syech dan dia orang yang soleh sehingga banyak orang yang ziarah untuk mendapat barokah?” Tanya sang anak.
“Bukan, di makan itu bukan syeh atau bukan orang yang soleh….” Jawab ayahnya.
“Lalu, makan siapa sebenarnya?”
“Makam itu tak lain dan tak bukan adalah makam induk  si habibi”. Jawab ayahnya.


Diolah dan diterjemahkan dari  cerita – cerita Moh. Ambri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.