Senin, 04 Juni 2012

Negeri Tanpa Rasa Malu




Iwan Ardhie Priyana
Beberapa tahun yang lalu kita pernah dihebohkan dengan beredarnya rekaman video porno salah seorang oknum anggota DPR dengan  wanita aktivis salah satu partai . Tak pelak lagi, video itu mengundang reaksi keras masyarakat. Sebab tidak saja Partai yang menjadi pengusung oknum anggota DPR itu yang tercemar, tetapi Senayan pun mendulang kecaman  masyarakat; ditengah menurunnya krisis kepercayaan masyarakat terhadap perlemen. Sungguh mengherankan, bagaimana seorang  wakil rakyat “yang terhormat”  itu melakukan tindakan nista seperti itu. Buntut kejadian tersebut  oknum anggota DPR itu mengundurkan diri, dan kasus nya sendiri sepertinya hilang tak jelas rimbanya .Namun, yang tak kalah hebohnya adalah beberapa waktu yang lalu , wanita yang menjadi teman kencan sang mantan anggota DPR muncul lagi di tengah  public kali ini  mencalonkan diri sebagai calon bupati salah satu kabupaten di Jawa Timur.
Hari-hari ini pun kehebohan terulang lagi, menyusul  beredarnya video porno yang pelakunya “mirip” Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari. Di banding video porno mantan oknum anggota DPR, video porno mirip ketiga selebritis itu benar-benar menyedot perhatian masyarakat, bahkan mampu menggeser popularitas kasus Susno Duadji, Dana Aspirasi Masyarakat yang di gagas DPR dan Kasus Bank Century.Kasus itu pun juga menyita perhatian public mancanegara karena dikutip juga oleh media asing. Sungguh, inilah Kejadian yang menyedihkan dan menyakitkan bagi negeri yang sudah jatuh bangun didera krisis ekonomi ini. Terkait dengan kasus ini ,Menteri Negara Urusan Pemberdayaan Perempuan menegaskan bahwa bangsa ini tengah mengalami krisis moral.
Krisis moral yang paling nyata dengan mengaca pada kasus video porno teserbut , salah satu nya adalah hilangnya rasa malu. Lihat saja bagaimana wanita yang menjadi pasangan mesum mantan anggota DPR itu berani tampil kembali, tak tanggung-tanggung pula untuk mencalonkan diri menjadi calon bupati;  meski sesungguhnya,  dari sisi regulasi , perundang-undang  dan HAM, setiap orang punya hak untuk mencalonkan diri dalam Pilkada. Tanpa rasa malu pula seseorang berani merekam adegan yang tidak pantas di tempat tidur, dan dengan tanpa rasa malu pula seseorang bisa tampil  untuk “membantah” dengan dalih itu hanya mirip dirinya. Bila di runtut lagi kebelakang, berbagai peristiwa yang menunjukkan hilang rasa malu juga dipertontonkan , melalui adu otot anggota DPR dalam sidang paripurna,  saling memaki  dengan mengeluarkan kata-kata kasar dalam sidang yang ditonton jutaan pemirsa televisi. Meski semua itu dibungkus dengan bingkai demokrasi dan kebebasan berpendapat. Menyedihkan karena pelakunya adalah orang-orang terhormat yang seharusnya menjaga kehormatan dirinya.
Rasa malu sejatinya merupakan fitrah manusia yang dengan itu manusia menempatkan dirinya sebagai manusia yang beradab . Melalui rasa malu manusia mampu mengontrol dirinya untuk  menghindari melakukan tindakan yang akan menghancurkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Tanpa rasa malu, manusia sudah memposisikan dirinya sejajar dengan hewan yang setiap tindakannya lebih dirorong oleh nafsunya. Lemahnya kesadaran akan fitrah itu lah yang mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan instingtif, seperti marah tak terkendali, dan meluapkan nafsu birahi tanpa kontrol diri.
Yang mengherankan adalah, rasa malu itu masih dimiliki oleh orang-orang kecil yang tertindas. Perhatikan bagaimana para PSK  , pelaku tindakan criminal, yang menutupi wajahnya saat tertangkap kamera  televisi. Pemandangan sebaliknya jutsru ditunjukkan koruptor yang masih sempat cengengesan dan tersenyum di depan kamera.
Sebagai bangsa yang besar, bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur, seharusnya rasa malu menjadi karakter bangsa yang akan mendorong bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Dengan rasa malu, politisi menghindari  korupsi, juga pejabat rela mundur karena janji-janjinya saat kampanye tidak terbukti.Tak ada lagi caci maki dan adu jotos di depan televisi, takkan ada lagi yang berani beradegan mesum di depan kamera meski dengan dalih untuk kepentingan diri sendiri.
Upaya untuk mencegah krisis moral yang lebih parah lagi,  memang memerlukan  usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak. Salah satunya adalah keteladanan para politisi dan pemimpin negeri ini yang ditunjukkan  melalui perilakunya. Bukan hanya dengan berbagai peraturan dan Undang-undang yang sekedar tertulis saja tanpa ada realisasinya.
Hadis di bawah ini hendaknya menjadi perenungan kita bersama :
“Jika Allah ingin menghancurkan suatu kaum, maka dicabutlah dari mereka rasa malu. Bila rasa malu telah hilang maka yang timbul adalah sikap keras hati. Bila sikap keras hati itu membudaya, maka Allah akan mencabut dari mereka sikap amanah dan tanggung jawab. Bila sikap amanah telah lenyap maka yang muncul adalah para pengkhianat. Bila para pengkhianat sudah merajalela maka Alaah akan mengangkat rahmat-Nya dari mereka. Bila rahmat Allah telah sirna maka akan tampillah manusia-manusia terkutuk. Bila manusia-manusia laknat itu telah berkuasa maka akan tercabutlah dari kehidupan mereka tali-tali Islam.” (HR. Ibnu Majah).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text widget

About

Senin, 04 Juni 2012

Negeri Tanpa Rasa Malu




Iwan Ardhie Priyana
Beberapa tahun yang lalu kita pernah dihebohkan dengan beredarnya rekaman video porno salah seorang oknum anggota DPR dengan  wanita aktivis salah satu partai . Tak pelak lagi, video itu mengundang reaksi keras masyarakat. Sebab tidak saja Partai yang menjadi pengusung oknum anggota DPR itu yang tercemar, tetapi Senayan pun mendulang kecaman  masyarakat; ditengah menurunnya krisis kepercayaan masyarakat terhadap perlemen. Sungguh mengherankan, bagaimana seorang  wakil rakyat “yang terhormat”  itu melakukan tindakan nista seperti itu. Buntut kejadian tersebut  oknum anggota DPR itu mengundurkan diri, dan kasus nya sendiri sepertinya hilang tak jelas rimbanya .Namun, yang tak kalah hebohnya adalah beberapa waktu yang lalu , wanita yang menjadi teman kencan sang mantan anggota DPR muncul lagi di tengah  public kali ini  mencalonkan diri sebagai calon bupati salah satu kabupaten di Jawa Timur.
Hari-hari ini pun kehebohan terulang lagi, menyusul  beredarnya video porno yang pelakunya “mirip” Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari. Di banding video porno mantan oknum anggota DPR, video porno mirip ketiga selebritis itu benar-benar menyedot perhatian masyarakat, bahkan mampu menggeser popularitas kasus Susno Duadji, Dana Aspirasi Masyarakat yang di gagas DPR dan Kasus Bank Century.Kasus itu pun juga menyita perhatian public mancanegara karena dikutip juga oleh media asing. Sungguh, inilah Kejadian yang menyedihkan dan menyakitkan bagi negeri yang sudah jatuh bangun didera krisis ekonomi ini. Terkait dengan kasus ini ,Menteri Negara Urusan Pemberdayaan Perempuan menegaskan bahwa bangsa ini tengah mengalami krisis moral.
Krisis moral yang paling nyata dengan mengaca pada kasus video porno teserbut , salah satu nya adalah hilangnya rasa malu. Lihat saja bagaimana wanita yang menjadi pasangan mesum mantan anggota DPR itu berani tampil kembali, tak tanggung-tanggung pula untuk mencalonkan diri menjadi calon bupati;  meski sesungguhnya,  dari sisi regulasi , perundang-undang  dan HAM, setiap orang punya hak untuk mencalonkan diri dalam Pilkada. Tanpa rasa malu pula seseorang berani merekam adegan yang tidak pantas di tempat tidur, dan dengan tanpa rasa malu pula seseorang bisa tampil  untuk “membantah” dengan dalih itu hanya mirip dirinya. Bila di runtut lagi kebelakang, berbagai peristiwa yang menunjukkan hilang rasa malu juga dipertontonkan , melalui adu otot anggota DPR dalam sidang paripurna,  saling memaki  dengan mengeluarkan kata-kata kasar dalam sidang yang ditonton jutaan pemirsa televisi. Meski semua itu dibungkus dengan bingkai demokrasi dan kebebasan berpendapat. Menyedihkan karena pelakunya adalah orang-orang terhormat yang seharusnya menjaga kehormatan dirinya.
Rasa malu sejatinya merupakan fitrah manusia yang dengan itu manusia menempatkan dirinya sebagai manusia yang beradab . Melalui rasa malu manusia mampu mengontrol dirinya untuk  menghindari melakukan tindakan yang akan menghancurkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Tanpa rasa malu, manusia sudah memposisikan dirinya sejajar dengan hewan yang setiap tindakannya lebih dirorong oleh nafsunya. Lemahnya kesadaran akan fitrah itu lah yang mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan instingtif, seperti marah tak terkendali, dan meluapkan nafsu birahi tanpa kontrol diri.
Yang mengherankan adalah, rasa malu itu masih dimiliki oleh orang-orang kecil yang tertindas. Perhatikan bagaimana para PSK  , pelaku tindakan criminal, yang menutupi wajahnya saat tertangkap kamera  televisi. Pemandangan sebaliknya jutsru ditunjukkan koruptor yang masih sempat cengengesan dan tersenyum di depan kamera.
Sebagai bangsa yang besar, bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur, seharusnya rasa malu menjadi karakter bangsa yang akan mendorong bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Dengan rasa malu, politisi menghindari  korupsi, juga pejabat rela mundur karena janji-janjinya saat kampanye tidak terbukti.Tak ada lagi caci maki dan adu jotos di depan televisi, takkan ada lagi yang berani beradegan mesum di depan kamera meski dengan dalih untuk kepentingan diri sendiri.
Upaya untuk mencegah krisis moral yang lebih parah lagi,  memang memerlukan  usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak. Salah satunya adalah keteladanan para politisi dan pemimpin negeri ini yang ditunjukkan  melalui perilakunya. Bukan hanya dengan berbagai peraturan dan Undang-undang yang sekedar tertulis saja tanpa ada realisasinya.
Hadis di bawah ini hendaknya menjadi perenungan kita bersama :
“Jika Allah ingin menghancurkan suatu kaum, maka dicabutlah dari mereka rasa malu. Bila rasa malu telah hilang maka yang timbul adalah sikap keras hati. Bila sikap keras hati itu membudaya, maka Allah akan mencabut dari mereka sikap amanah dan tanggung jawab. Bila sikap amanah telah lenyap maka yang muncul adalah para pengkhianat. Bila para pengkhianat sudah merajalela maka Alaah akan mengangkat rahmat-Nya dari mereka. Bila rahmat Allah telah sirna maka akan tampillah manusia-manusia terkutuk. Bila manusia-manusia laknat itu telah berkuasa maka akan tercabutlah dari kehidupan mereka tali-tali Islam.” (HR. Ibnu Majah).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.